“Perang Vietnam II” tengah berkecamuk. Para pihak yang berhadapan sama seperti dulu, Vietnam dan Amerika. Bedanya, dulu Amerika yang menyeberangi Pasifik, kini berbalik defensif, membentengi diri dari ancaman “invasi” Vietnam.
Memang, perang kali ini tidak dengan peluru tajam, melainkan dengan ikan patin (Pangasius hypophthalmus). Amerika Serikat sekuat tenaga menangkis serangan patin Vietnam, yang diluncurkan dari sentranya di Delta Mekong, kawasan yang dulu merupakan sasaran roket AS.
Patin (catfish) merupakan unggulan Vietnam, tapi Amerika menghambatnya dengan bea masuk 37%–65%. Bila tidak, riwayat patin Mississippi, Alabama, Louisiana, dan Arkansas bisa tamat, 13.000 pekerja bisa kena PHK, dan bakal celaka pula 28.000 warga yang mata pencahariannya terkait agribisnis ini. Pembudidaya patin Amerika lalu minta proteksi dari pemerintahnya. AS kemudian mengenakan persyaratan label country of origin labeling (COOL) yang akan berdampak pada bea masuk impor.
Industri Patin Vietnam
Vietnam adalah pemasok patin dunia. Walaupun AS sejak Juli 2003 menghambatnya dengan tarif anti-dumping, toh pasarnya sudah merambah ke 60 negara. Di negeri itu terdapat pabrik pengelola patin terbesar di dunia. Nam Viet Corporation (Navifishco) mengelola tiga pabrik terbesar di Vietnam, memperkerjakan 14.000 orang yang mengisi 600 kontainer patin beku untuk dikapalkan ke 45 negara. Dua pabrik Navifishco merupakan yang terbesar di dunia. Pabriknya yang terbaru, seluas 28 ha, terletak di Kabupaten Thot Not, Provinsi An Giang yang memproses 450 ton patin per hari.
Industri patin terbesar kedua adalah An Giang Fisheries Import Export Co (Agifish) yang juga meningkatkan kapasitasnya. Seluruhnya ada 10 besar industrialis ikan patin di Vietnam yang berpangkalan di Delta Mekong. Pasokan patin didapat dari sentra budidaya milik sendiri maupun rakyat setempat. Pengusaha agribisnis patin bergiat memperluas pasar dunia maupun domestik. Pasar domestik menggeliat, terutama setelah merebaknya bahaya flu burung. Masyarakat mengganti asupan protein dari ayam ke ikan.
Navifishco adalah pemain utama industri dan bisnis patin yang pada 2006 menghasilkan turnover sampai US$1 miliar. Dari budidaya patin di Sungai Mekong, perusahaan ini mampu memproses sampai 600 ribu ton patin segar utuh, 30%–40% berujud fillet. Ketiga pabriknya menghasilkan 750 ton fillet beku per hari. Pabrik pakan ikannya berkapasitas 300 ribu– 500 ribu ton per tahun.
Navifishco menguasai Eropa dan kini juga ke Rusia. Pemimpinnya bernama Doan Toi, yang dijuluki “laksamana” dan pabrik-pabriknya adalah “kapal-kapal perangnya”. Doan Toi adalah seorang self-made-man yang membangun kerajaannya mulai dari budidaya ikan. Kini ia sanggup menginvestasikan US$200 juta untuk fasilitas pengelolaannya.
Tenang dan Bersih Sempurna
Memasuki pabrik-pabrik Navifishco, suasananya tenang dan bersih sempurna. Salah satunya, yang dinamakan Atlantic, dilukiskan oleh Herby Neubacher dari Seafood Processor Magazine, Inggris, sebagai silent and sanitary perfection. Tak ada suara, tiada orang bercakap-cakap, total quietness, sehingga kalau ada jarum jatuh pasti kedengaran. Mesin-mesinnya mutakhir, karyawannya bekerja dengan cekatan dan cermat.
Letak pabrik ini berdampingan dengan sungai sehingga perahu-perahu pembawa ikan segar bisa langsung merapat dan menuangkan muatannya ke kolam atau penampungan.
Untuk mencegah kontaminasi, bilik-bilik untuk memotong ikan, menyayat (filleting), merapikan (trimming) dipisahkan dinding kaca. Tidak boleh orang saling melintas. Dalam satu ruangan terlihat 22 mesin buatan Belgia untuk menguliti patin. Kulit-kulit ikan itu dikumpulkan karena masih laku dijual sebagai bahan kebutuhan farmasi atau kosmetika ke Eropa.
Di ruangan trimming sekitar 1.500—2.000 perempuan memotong ikan dengan tepat dan rapi. Hanya suara pisau memotong yang terdengar. Navifishco jua mempekerjakan sepasukan pegawai quality control (QC).
Tahun lalu, Navifishco membangun lagi pabrik yang lebih besar lagi diberi nama The Indian Ocean Fish Processing Factory. Doan Toi bilang, ada empat samudra di dunia, jadi ia masih akan mengembangkan diri untuk menguasai pasar-pasar baru. Kalah berperang di Amerika, mandala lain masih luas terbentang untuk kemenangan patin Vietnam.
Indonesia punya sungai jauh lebih banyak daripada Vietnam, punya patin pribumi, dan masyarakat sepanjang aliran sungai di Indonesia juga cukup menguasai budidaya ikan itu. Kok Vietnam bisa jauh lebih unggul daripada kita? Dirjen Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, Made L Nurjana, Desember 2007, bilang, dalam lima tahun ke depan patin Indonesia berpeluang menggeser dominasi ekspor patin Vietnam. Karena patin Vietnam dibudidayakan di perairan Sungai Mekong yang mengalir di lima negara dari China, Thailand, Kamboja hingga Vietnam sehingga airnya kotor.
Kita punya banyak kawasan perairan untuk membudidayakan patin, seperti Jambi, Riau, Sumsel, Kalsel, dan Kalteng. Sekadar catatan, ekspor ikan patin kita baru 700 ribu ton (2007), sementara Vietnam tahun ini menjangka pengapalan 1,2 juta ton senilai US$1,2 miliar, naik 20% dari tahun lalu.
Daud Sinjal, dari berbagai sumber