Bermodalkan Rp18 juta dari kompetisi Sampoerna Young Entrepreneur Challenge 2007 yang dimenangkannya, Reny Sri Rahayu sukses di bisnis kepiting cangkang lunak.
Ketertarikan lajang kelahiran Jakarta pada kepiting cangkang lunak (soft shell) ini berawal dari penelitiannya saat ia kuliah di Fakultas Biologi, Universitas Jendral Soedirman (Unsoed), Purwokerto. Peluang bisnis yang cukup menjanjikan dari hewan bercapit ini membuat Reny tidak berhenti di tahap penelitian saja, tapi terjun mengembangkannya. Harga jual kepiting bakau, demikian kepiting soft shell ini biasa disebut pedagang, bisa mencapai Rp70.000 per kg. Keuntungan yang bisa diperoleh mantan distributor buku ini mencapai Rp4 juta per siklus.
Konsentrasi di Penjualan
Seperti pada umumnya entrepreneur pemula, modal awal menjadi kendala dalam memulai usaha. Beruntunglah Reny, karena hadiah lomba yang diadakan atas kerjasama Laboratorium Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (LSM FEUI) dengan PT HM Sampoerna Tbk. memuluskan jalannya terjun ke bisnis kepiting.
Mengingat butuh dana besar untuk memelihara kepiting seperti dalam penelitian, Reny pun menerapkan metode lebih sederhana di tambak yang terletak di Desa Tritih Kulon, Mertasinga, Cilacap, Jateng. Ia menggunakan peralatan serba sederhana, seperti keranjang lengkeng ukuran 50 cm x 45 cm dan kaleng plastik bekas cat bekas untuk rumah kepiting.
Memang Reny tidak terjun langsung ke budidaya kepiting karena ia lebih berkonsentrasi mencari pasarnya. Tugas membesarkan kepiting ia limpahkan pada warga di sekitar tambak dengan sistem bagi hasil. Produksi kepiting cangkang lunak produksinya selalu habis terjual ke resto-resto di seantero Purwokerto.
Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 88 yang terbit pada Rabu, 15 Oktober 2008.