Selain meningkatkan performa telur, sistem kandang tertutup meminimalkan dampak lingkungan bagi ayam dan dapat mengantisipasi penyakit.
Walaupun harus merogoh kocek cukup dalam untuk membuat kandang tertutup (closed house system), peternak dapat menikmati produksi dan kualitas telur yang lebih baik ketimbang di kandang terbuka (open house). Selain itu, ia dapat mengurangi dampak bagi lingkungannya, seperti bau dan lalat, serta mengantisipasi penyakit bagi ayam.
Hal tersebut dipaparkan Ir. Ahmadi dari Charoen Pokphand Group dalam presentasi di ajang Indolivestock 2008 Expo & Forum di Jakarta, Juli lalu. Ia menambahkan, pemanfaatan kandang tertutup sangat efektif untuk mengatasi hambatan pemeliharaan ayam petelur (layer) modern yang sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan, seperti suhu, angin, kelembapan, dan kandungan amonia.
Produksi dan Kualitas Naik
Dalam paparannya, Ahmadi mengungkap data produksi peternak Hadi Cahyono dan Rahmat Subagyo, keduanya di Jatim, yang mengalami peningkatan signifikan karena menggunakan kandang tertutup yang notabene sangat nyaman bagi ayam.
Di peternakan layer milik Hadi Cahyono misalnya, pengamatan produksi dilakukan selama 63 minggu, dari 17 November 2006 sampai afkir 28 Februari 2008. Kelangsungan hidup ayam meningkat dari 82,8% di kandang terbuka menjadi 92,5% di kandang tertutup. Ayam empat hari lebih cepat menapak fase puncak produksi (90%), yaitu pada 143 dari sebelumnya 147 hari. Persentase puncak produksi naik 1%, dari 95% ke 96%. Rata-rata bobot telur pun naik 1 gram, dari 62 gram ke 63 gram per butir. Sedangkan rasio konversi pakan (feed conversion) dari 2,19 menjadi 2,14 sehingga ayam lebih efisien dalam memanfaatkan pakan.
Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 87 yang terbit pada Rabu, 17 September 2008.