Jumat, 12 September 2008

Sulap Limbah Jadi Bisnis

Bagi orang lain, kulit ikan berakhir jadi limbah. Namun, Wildan Mathlubi menyulapnya menjadi bisnis yang tak pernah terpikirkan orang lain.

Ide memanfaatkan limbah kulit ikan terbersit saat dirinya praktik kerja lapang (PKL) di sebuah perusahaan fillet ikan di Bogor. Saat itu, puluhan kilo kulit ikan hasil pengolahan terbuang percuma setiap hari. ”Saya kemudian mencoba mengembangkan teknologi sederhana untuk meningkatkan nilai tambahnya,” jelas Willy, sapaan akrabnya. Lewat penelitian yang sekaligus bahan penyusunan skripsi di Jurusan Teknologi Perikanan, IPB, ia mencari cara mengolah bahan yang banyak terbuang itu.

Berbekal ilmu pengolahan yang didapatkan selama PKL, Willy memberanikan diri membuka bisnis olahan kerupuk kulit ikan. Bermodal awal Rp200 ribu, ia yang saat itu masih berstatus mahasiswa, membeli kulit ikan patin dan kakap sebanyak 10 kg  sebagai bahan baku. Kerupuk ikan hasil olahannya ternyata cukup diminati konsumen.  Tak menduga respon produknya cukup baik, permintaan terus mengalir ke CV Alfa Dinar miliknya. Omzetnya pun terus menggembung dan sekarang mencapai Rp10 juta—Rp15 juta per bulan.

Tanpa Pengawet

Pengusaha muda yang baru berusia 25 tahun itu, kini mempekerjakan delapan orang karyawan. Produksinya meliputi empat kuintal kulit ikan patin, empat kuintal kulit ikan kakap, dan satu kuintal fillet ikan. Kerupuk kulit ikan buatannya dipasarkan hingga ke Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung, Purwakarta, dan Surabaya.

Willy juga memasarkan produknya lewat ajang pameran. Lewat kegiatan inilah ia banyak mendapat order keluar Bogor. Untuk wilayah Bogor, pemasarannya sudah merambah ke sejumlah minimarket yang ada di kota tersebut. “Nanti saya akan coba pasarkan melalui hypermarket yang ada di mal-mal,” harapnya.

Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 87 yang terbit pada Rabu, 17 September 2008.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain