Meski budidaya pepaya terbilang gampang, buah ini bisa terancam penyakit berbahaya.
Budidaya pepaya memang, menurut Dr. Sobir, Kepala Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT), cukup mudah dan menguntungkan karena harga jualnya relatif stabil di pasaran. Umumnya pepaya sudah bisa dipanen umur 7—9 bulan. Tak heran bila masih banyak petani yang tidak merawat dengan baik tanamannya karena mereka menganggap tanpa perawatan pun pepaya dapat tumbuh subur. “Anggapan itu sangat keliru. Jika petani ingin memperoleh hasil panen yang bagus, mereka harus merawat dan memeliharanya dengan serius agar nilai ekonominya lebih tinggi,” ujar Sobir.
Tidak Luput dari Pengganggu
Kendati mudah tumbuh, pepaya tak sepenuhnya bebas pengganggu. Seperti yang terjadi Mei lalu di sentra pepaya di Bogor, tepatnya daerah Rancabungur. Beberapa kebun pepaya mengalami kerusakan hebat akibat serangan penyakit antraknosa yang disebabkan cendawan Colletotrichum gloeosporioides. Ribuan pohon pepaya meranggas mati tanpa menghasilkan apa-apa.
Menurut Sobir, serangan antraknosa yang terjadi tahun ini sangat berat. “Saking hebatnya serangan antraknosa ini tidak hanya menyerang buahnya saja tapi sudah menyerang ke daun dan pucuk tanaman,” paparnya.
Berdasarkan peninjauan ke beberapa sentra pepaya di Bogor, peneliti pepaya itu menyimpulkan, antraknosa yang menyerang saat kemarau tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun suhu terasa panas, tapi kelembapan udaranya cukup tinggi mencapai 80%—90%. “Pada tahun ini kita kena kemarau basah, artinya meski kemarau tapi masih ada hujan,” tambahnya. Puncak serangan penyakit terjadi kurun Januari—Maret tetapi petani baru menyadarinya setelah melihat dampaknya pada akhir Mei.
Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 86 yang terbit pada Rabu, 3 September 2008.