Di Taman Akuarium Air Tawar, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), masyarakat bisa menyaksikan ikan air tawar terbesar di dunia. Panjangnya sekitar 2,5 meter, tapi ikan ini bisa mencapai 5 meter dengan bobot lebih dari 200 kg.
Itulah ikan Arapaima (Arapaima gigas), yang di sungai asalnya, Amazon, Brasil, dikenal pula dengan nama Pirarucú atau Paiche. Karena citarasanya yang sedap dan ukurannya yang besar, ikan itu menjadi makanan kegemaran penduduk asli (Indian) dan masyarakat pendatang di Brasil. Ikan gergaji itu kemudian mulai diperdagangkan dalam bentuk potongan-potongan segar, diasap, atau diasin. Pusat-pusat pengolahannya terdapat di Manaus (ibukota negara bagian Amazon), Santarém, dan Belém. Arapaima asap dan asin bahkan dieskpor ke negara-negara tetangga.
Berhasil Dibudidayakan
Penangkapan ikan yang sudah berlangsung ratusan tahun itu membuat populasinya menurun karena belum sempat dewasa untuk reproduksi sudah dijaring atau dipancing. Mulai 1960, ikan tersebut sudah sulit ditemukan dan lenyap dari pasar. Pada 1975 ikan itu dinyatakan terancam punah (endangered species) dan dilarang untuk ditangkap. Tapi kemudian Arapaima berhasil dibudidayakan. Budidaya ikan air tawar itu dipadukan dengan pembangunan pelestarian lingkungan hutan. Di samping tentunya menjadi proyek komersial pula.
Pembudidayaan Arapaima dirintis di Amazon Research Institute Manaus (INPA). Kini 15% dari konsumsi bulanan Pirarucu warga Manaus yang berjumlah 50—60 ton itu dipasok dari peternak ikan lokal. "Perikanan budidaya ini menyediakan ikan segar dengan harga murah, lima dolar AS sekilo,” kata Dr. Marco Lima, pejabat dari INPA. Ikan-ikan itu dikembangbiakkan sampai matang kelamin di kolam dan danau kecil (embung) di tepian Amazon. Kini yang dijual adalah ukuran yang sudah besar. Tidak lagi seperti sebelumnya, ukuran baru 1,3 meter dan belum dewasa sudah ditangkap untuk dimakan.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 86 yang terbit pada Rabu, 3 September 2008.