Semakin besarnya pasar bebek peking di tanah air membuat salah satu perusahaan perunggasan terbesar di Indonesia tergiur lezatnya marjin bebek peking ini.
Sesuai namanya, Bebek Peking atau Peking Duck, memang berasal dari negeri tirai bambu. Daging bebek ini sedari dulu terkenal kelezatannya sehingga menjadi makanan khas dari raja-raja Tiongkok kala itu. Kini, masyarakat sudah dapat merasakan daging bebek peking, walau dari harganya hanya terjangkau kalangan menengah atas.
Menurut Ir. Herman Wirawan, MBA, Vice President Marketing Information System PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI), konsumsi bebek peking di Indonesia sudah mulai meningkat. Pertandanya, maraknya menu peking duck yang ada di restoran-restoran, tumbuh resto khusus peking duck. Hal ini, sambungnya, menunjukkan pasar bebek peking akan semakin berkembang. Namun, pasokan bebek pedaging selama ini sepenuhnya impor dari luar negeri, misalnya China, USA, Singapura, dan Malaysia.
“Impor ini tentunya akan menghabiskan devisa negara. Peluang inilah yang CPI (Charoen Pokphand Indonesia) tangkap, lebih baik dibudidayakan lokal saja. Karena itu CPI mulai mengembangkan bebek ini dari pembibitan hingga ke budidaya, pakan, dan produk olahannya,” terang Herman.
Berdasarkan data Departemen Perdagangan, importasi daging bebek peking beku legal terjadi sejak 2001. Pada 2001 volume impor sebanyak 350.403 kg dari China dan Amerika, dan 2002 sebanyak 105.703 kg yang berasal dari China, USA, dan Singapura. Selanjutnya, pada 2003, sebesar 65.747 kg dari Malaysia, USA dan China, serta pada 2004 sekitar 51.589 kg dan 2005 sebanyak 46.275 kg dari China dan USA, terakhir 2006 mencapai 49.566 kg dari USA dan Malaysia. “Jika melihat jumlah importasi ini hingga 2006 lalu, jumlah memang terus mengalami penurunan. Tapi kami yakin, hal ini karena banyak impor yang dilakukan tidak tercatat saja,” tegas Herman.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 85 yang terbit pada Rabu, 20 Agustus 2008.
