Rabu, 6 Agustus 2008

Selamatkan Jatiluhur dengan Nener

Kondisi lingkungan perairan membaik, produktivitas hasil perikanan meningkat, kesejahteraan masyarakat sekitar waduk pun terangkat.

Tiga hal itulah yang menjadi tujuan utama dalam kegiatan tebar benih bandeng di perairan umum (restocking) sebanyak 2,1 juta ekor di Waduk Ir. H. Juanda (28/7). Saat ini terdapat tak kurang dari 21.000 unit keramba jaring apung (KJA) di bendungan yang lebih dikenal dengan sebutan Waduk Jatiluhur ini. Padatnya KJA di waduk tersebut  menyebabkan pencemaran bahan organik dari sisa pakan yang tidak dikonsumsi oleh ikan yang dipelihara dalam KJA.

Tak heran jika kualitas air di perairan umum buatan itu terus merosot dan menyebabkan produksi ikan budidaya di waduk tak lagi optimal. Padahal, menurut Dede Yusuf, Wakil Gubernur Jabar, yang hadir pada acara tersebut, kegiatan budidaya ikan di Waduk Cirata dan Jatiluhur menyerap lebih dari 13.500 tenaga kerja dan uang yang berputar on farm sebanyak Rp4,3 triliun per tahun dan off-farm sebesar Rp130 miliar per tahun.

Minim Pemakan Plankton

Menurut Dede, Jabar menargetkan 10 juta ekor benih ikan untuk ditebar di perairan umum tahun ini, yang terdiri dari benih mola, tawes, sepat siam, dan nila. Di samping meningkatnya kualitas lingkungan perairan, ia mengharapkan restocking 2008 berdampak pada pertambahan produksi ikan sebesar 688 ton per tahun dan peningkatan konsumsi ikan 2 ton per hari. Sedangkan dari penebaran 2,1 juta nener, “Awal 2009 diharapkan akan diperoleh sekitar 269 ton bandeng konsumsi,” jelas Dede.

Selain berdampak ekonomis, masih menurut Dede, Jabar juga ingin memasyarakatkan ikan. Melalui gizi yang terkandung pada ikan, ia mengharapkan dapat menghindarkan kemiskinan karena kebodohan di wilayahnya.

Hal senada diungkapkan H. Darsono, Kepala Dinas Perikanan Jabar.  Ia menyatakan, salah satu tujuan restocking adalah menyediakan protein hewani bagi masyarakat yang berdaya beli rendah di sekitar waduk.

Dalam kesempatan tersebut Darsono juga mengungkapkan manfaat lain dari restocking, yaitu mengendalikan gulma air, memutus siklus penyakit (malaria), dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Menurut data Loka Riset Pemacuan Stok Ikan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), terdapat sekitar 871 orang nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil tangkapan ikan di Waduk Jatiluhur.

Hasil tangkapan nelayan di waduk tersebut pada 2006 sekitar 1.849,7 ton atau rata-rata 6,5 kg per orang nelayan per hari, sekitar 25% dari potensi produksi ikan yang ada di waduk tersebut. Kondisi ini mencerminkan rendahnya transfer dari biomasa fitoplankton menjadi biomasa ikan karena kurangnya populasi ikan-ikan pemakan plankton (plankton feeder). Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ikan di waduk, salah satunya dengan introduksi ikan.

Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 84 yang terbit pada Rabu, 6 Agustus 2008.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain