Senin, 23 Juni 2008

Iming-iming dari si Telinga Panjang

Prospek pasar terbuka tetapi pemenuhannya sulit lantaran skala pengusahaannya kecil-kecil dan tersebar.

Memang tak banyak peternak yang memilih kelinci sebagai hewan ternaknya. Namun itulah yang dilakukan Baban Subandi, peternak kelinci di Desa Citapen, Ciawi, Bogor, sejak 2002. Ia berdalih, hewan yang imut dan lucu itu cepat pembiakannya dan prospek pasarnya cukup besar. Produk yang bisa dipasarkan dari mamalia kecil bertelinga panjang ini adalah daging, kulit, dan anakan.

Khusus kelinci pedaging, ada beberapa ras yang bisa dipilih peternak, yaitu New  Zealand White, Belgian, Californian,  Flemish  Giant,  Havana,  dan Himalayan.  “Produk utama kelinci adalah daging yang sehat, tinggi kandungan protein, rendah kolesterol dan trigeliserida,” Baban menjawab AGRINA. Dagingnya yang bertekstur halus tersebut bisa diolah menjadi sosis, abon, dendeng, nugget, burger, dan olahan lainnya.

Permintaan Tinggi

Baban mengaku, dari kawasan Bogor saja, ia mendapat permintaan sebanyak 1.000 ekor anakan kelinci pedaging per minggu. Sedangkan permintaan akan kelinci pedaging dari Jabodetabek mencapai 100 ekor per minggu. Belum termasuk pesanan dari luar kota, misalnya Lampung, Pekanbaru, dan Bengkulu. “Dari Bengkulu, bulan lalu saja ada permintaan 4.000 ekor. Sayang, saya belum mampu memenuhi pemesanan itu,” ucap pria berusia 30 tahun itu.

Dari total permintaan tersebut, Baban hanya sanggup mampu memenuhi 45—50%. Itu pun kadangkala ia juga mendatangkan anakan kelinci dari Bandung dan Cianjur. “Masalah utama pengembangan kelinci adalah pemenuhan pasar yang masih sangat terbatas karena pemeliharaan yang masih dalam skala kecil,” tuturnya.

Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 81 yang terbit pada Rabu, 25 Juni 2008.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain