Keuntungan konsep peternakan terpadu sudah banyak dibicarakan orang. Namun belum banyak yang mempraktikkannya.
Satu di antara sedikit yang membawa konsep ke lapangan adalah Primatani, lembaga yang dibentuk Badan Litbang Deptan, di Cikembar, Sukabumi, Jabar. Di areal seluas 700 hektar (ha) terdapat peternakan sapi potong dengan populasi 54 ekor yang dikelola lima kelompok tani. Di lahan yang terbilang kurang produktif tersebut juga ada pertanaman padi, hortikultura, dan jagung.
Peternakan dan pertanian tersebut dikelola secara terpadu. Pada prinsipnya, peternakan sapi potong menghasilkan limbah berupa kotoran. Kotoran ini dimanfaatkan untuk pembuatan kompos yang dipasok ke lahan pertanian sebagai penyubur tanaman dan diambil biogasnya guna memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM).
Menurut Nandang Kusnandar, Manajer Primatani, yang ditemui AGRINA di lapangan, sejak dilakukan pengembangan sistem terpadu antara peternakan sapi dan bercocok tanam padi dan jagung pada pertengahan 2006, para petani merasakan manfaatnya dapat meningkatkan produksi. “Pola pengembangan tanaman disesuaikan dengan permintaan pasar, sehingga luasan areal yang akan ditanam berdasarkan pasokan yang akan dijual,” urai Nandang. Tujuannya tak lain agar petani dan peternak mendapatkan keuntungan yang optimal.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 81 yang terbit pada Rabu, 25 Juni 2008.