Senin, 23 Juni 2008

Yang Naik Kelas Karena Kemasan

Percayakah Anda pada ajaibnya pengemasan pada sebuah produk?

Jika tidak, ada baiknya Anda menyimak pengalaman Muhammad Yan Bachtiar, produsen camilan ikan goreng garing yang bermukim di Bogor, Jabar. Produk ikan goreng renyah bermerek Q Pepetek awalnya hanya laku dijual dengan harga Rp20.000 per kg. Melalui sedikit sentuhan pada penampilan kemasannya, produk ini laku dipasarkan dengan harga Rp66.000 per kg.

Untuk mendongkrak harga, memang bukan hanya kemasannya yang perlu didandani, sistem pendistribusian dan cara pemasaran ikan goreng renyah ini juga diperbaiki. Tentang rasa produknya, Yan mengaku tak mengubah banyak. Ia hanya menghentikan penggunaan bahan penyedap rasa yang sebelumnya dipakai dalam memproduksi ikan hasil tangkapan dari Waduk Saguling, Kab. Bandung, Jabar ini.

Tembus Swalayan

Usaha yang digeluti pria yang masih berstatus sebagai PNS di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB ini bisa dibilang tidak disengaja. Awalnya,  camilan ikan goreng ini diusahakan seorang temannya yang dipasarkan dari rumah ke rumah. Kala itu, tampilannya bisa dibilang sangat sederhana, “Hanya dibungkus plastik biasa dan tanpa merek. Harganya Rp3.500 per 200 gr,” jelas Yan.  Setelah dicoba dan ia nilai cukup enak, terpikir olehnya untuk memasarkan produk tersebut dengan cara yang berbeda.

Yang pertama terlintas di dalam benak Yan adalah mengemas produk tersebut agar layak dijual bersama barang-barang lain di pasar swalayan dan restoran, pasar yang ia bidik. Setelah mempercantik tampilan produk, giliran citarasa, dan higienitas produk yang diperbaiki. Agar produknya mendapat pengakuan keamanan pangan, selanjutnya, ia mendaftarkannya ke Dinas Kesehatan setempat untuk memperoleh izin Produk Industri Rumah Tangga (PIRT).

 “Bisnis ini relatif nggak rumit ya karena produknya tunggal. Kebetulan daya tahan produk ini juga relatif lama, sampai tiga bulan,” jelas Yan. Meskipun sudah mampu menembus pasar swalayan, restoran, dan hotel di seputar Bogor, ia belum puas. Ayah dua anak itu memutuskan untuk ekspansi ke pasar yang lain. Kini ia tengah menjajaki kerjasama penjualan dengan salah satu ritel modern di Jakarta.

Maklumlah, bekerja sama dengan pasar swalayan besar tidak bisa dibilang mudah, selain harus mampu memasok minimal order, kontinuitas produk, pembayaran barang yang bersifat konsinyasi, pemasok juga dikenakan biaya promosi. Namun ia yakin, “Dengan volume penjualan tertentu, itu tidak akan berat,” harapnya. Sebagai tahap awal, ia diminta memasok minimal 200 kemasan camilan ikan goreng kering ke pasar swalayan tersebut.

Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 81 yang terbit pada Rabu, 25 Juni 2008.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain