Senin, 23 Juni 2008

Kerabat Piranha Primadona Baru KJA

Keberadaannya di Indonesia masih kontroversial, tetapi harus diakui bawal air tawar menjadi salah satu alternatif petani ikan untuk berkelit dari kebangkrutan.

Setidaknya hal itu dialami Yayan Taryana, petani ikan di waduk Cirata, Kab. Cianjur, Jabar. Menurutnya, sejak terjun ke usaha budidaya ikan mas pada 2005, tak sekali pun ia menangguk untung. Maklumlah, kualitas air waduk yang dibangun pada 1975 ini makin menurun sehingga pertumbuhan ikan mas yang diusahakan petani ikan di wilayah itu sering kali tidak maksimal.

Berbeda dengan bawal air tawar yang lebih tahan dibandingkan ikan mas maupun nila. Apalagi ikan asal Amerika Selatan ini bisa dipanen dalam waktu 45 hari, jauh lebih singkat ketimbang ikan mas yang butuh waktu 100—120 hari pemeliharaan. Karena itu, “Sejak 2007 saya putuskan untuk fokus di bawal. Walaupun risiko terkena stres,  tetapi keuntungan tetap ada,” jelas Yayan.

Untungkan Petani dan Pabrikan

Awalnya, bawal air tawar masuk ke Indonesia sebagai ikan penghuni akuarium alias ikan hias. Ikan ini memang cukup cantik dengan semburat warna kuning oranye pada bagian perut dan sirip dadanya. Tak heran jika dalam waktu yang cukup lama ikan yang sosoknya mirip dengan piranha ini digandrungi hobiis ikan hias di tanah air. Namun begitulah dunia hobi, tren datang silih berganti. Setelah tak lagi diminati  lagi, si bawal pun  harus tersingkir dari akuarium.

Tak dinyana, disamping unik rupanya, bawal air tawar pun punya sifat-sifat yang menguntungkan jika dibudidayakan. Salah satunya, toleran terhadap kualitas air yang kurang baik. Inilah yang menyebabkan bawal air tawar banyak diusahakan petani ikan, terutama yang berbudidaya di keramba jaring apung (KJA). Sebut saja di Waduk Cirata (Cianjur) dan Lido (Bogor) yang petaninya banyak beralih mengusahakan bawal.

Komposisi ikan mas dan bawal air tawar di Cirata saat ini sudah mencapai 70 : 30. Tak mengherankan hampir semua pabrik pakan ikan memproduksi pakan untuk bawal air tawar. Contohnya PT CentralPangan Pertiwi dengan P88, Pilar yang diproduksi PT Sinta Prima Feedmill, dan SPM4B keluaran PT Suri Tani Pemuka. Produsen pakan ikan ini juga cukup diuntungkan dengan pertumbuhan produksi bawal mengingat masa panennya yang relatif singkat sehingga perputaran modal petani, termasuk pakan, menjadi lebih cepat.

Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 81 yang terbit pada Rabu, 25 Juni 2008.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain