Penanaman padi hibrida yang semakin meluas dapat mendongkrak poduksi pangan nasional karena varietas ini memproduksi 15—20 % lebih banyak ketimbang varietas inhibrida.
Menurunnya stok pangan dunia akibat melambungnya permintaan bahan pangan sebagai pangan, pakan, maupun sumber energi memerlukan perhatian yang sangat serius. “Bagi kita, kondisi ini harus dijadikan sebagai tantangan dan peluang untuk lebih meningkatkan produksi pangan agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, tanpa bergantung pada negara lain,” ucap Mentan Anton Apriyantono pada pencanangan Tanam Perdana Padi Hibrida menggunakan benih Arize Hibrindo R-1 di Desa Bangbayang, Kec. Cicurug, Sukabumi, Jabar. (25/5). Hadir juga dalam acara ini, Ahmad Heryawan, Calon Gubernur Jabar Terpilih, H. Sukmawijaya, Bupati Sukabumi, serta para Kepala Desa, Kontak Tani, Penyuluh Pertanian se-Sukabumi.
Mengingat tantangan dan peluang tersebut, lanjut Anton, pemerintah beserta seluruh pemangku kepentingan telah menetapkan strategi untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, pengamanan produksi dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan anomali iklim serta pemberdayaan kelompok tani.
Tingkatkan Produksi
Salah satu terobosan untuk meningkatkan produktivitas padi adalah melalui pengembangan padi hibrida di beberapa provinsi, terutama di Pulau Jawa. “Padi hibrida umumnya dapat meningkatkan produksi sekitar 15—20% dibandingkan varietas padi nonhibrida, asalkan ditanam di lokasi yang sesuai dan dilaksanakan pengawalan secara tepat dan terpadu,” jelas Anton.
Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 80 yang terbit pada Rabu, 11 Juni 2008.