Senin, 26 Mei 2008

Tingkatkan Produksi dengan Melatih Petani

Ketiadaan modal dan lemahnya kelembagaan petani adalah dua di antara beberapa hal penyebab masih rendahnya produksi kapas nasional. Karena itu, pemerintah mengupayakan pelatihan bagi mereka. 

Sejak 1978, Indonesia mengembangkan tanaman kapas. Namun meski sudah berbilang tiga dekade, toh sampai sekarang produksi kapas nasional masih sangat rendah. Achmad Mangga Barani, Dirjen Perkebunan, Deptan, mengakui, pengembangan kapas belum menunjukkan hasil yang menggembirakan karena terbatasnya benih unggul, modal petani, dan lemahnya kelembagaan petani.  

Program Akselerasi

Untuk meningkatkan produksi kapas, Ditjenbun menyodorkan Program Akselerasi Pengembangan Kapas Nasional. Program itu telah berjalan sejak tahun lalu. Pengembangan diprioritaskan pada sentra produksi kapas tradisional di 6 provinsi, Jateng, Yogyakarta, Jatim, Bali, NTB, dan Sulsel. “Di sentra produksi tersebut, terdapat 17 kabupaten yang mengembangkan,” tambah Agus Hasanudin, Direktur Tanaman Semusim, Ditjen Perkebunan.

Program akselerasi diupayakan melalui pola kemitraan antara petani dengan pihak swasta sebagai pengelola yang akan berperan penampung hasil kapas dan pemberi bimbingan teknis. “Saat ini perusahaan pengelola yang ditunjuk sebagai mitra petani, di antaranya PT Supin Raya, PT Seko Fajar Cotton, PT Nusafarm Intiland Corp, PT New Asia Mandiri dan PR Sukun Kudus, PT Sandang Dwi Mulia, dan PT Ade Agro Industri,” terang Agus.

Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 79 yang terbit pada Rabu, 28 Mei 2008.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain