Buah naga diyakini warga Lampung Timur berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit degeneratif. Alhasil, budidaya buah naga itu menjadi bisnis menggiurkan.
Adalah Petrus Bedjo Mudjantoro yang merintis budidaya buah naga (Hylocereus undatus) di sekitar rumahnya di Desa Selorejo, Kec. Batanghari, Kab. Lampung Timur. Awal 2005, pensiunan guru SMA Negeri I Kota Metro ini memulai budidaya dengan tujuan dikonsumsi sendiri untuk mengobati tekanan darah tinggi dan stroke yang sudah tiga kali menyerangnya.
Bedjo mengaku, kini ia sudah mampu berjalan normal. Bahkan bisa merawat sendiri tanaman buah naga miliknya. "Saya dulu sudah lumpuh. Berkat mengonsumsi buah naga, tubuh saya membaik, dan kuat kembali,” ungkapnya.
Untung Puluhan Juta
Kisah Bedjo yang sembuh setelah mengonsumsi buah naga beredar luas di Lampung Timur, Kota Metro, dan Lampung Tengah. Warga pun berbondong-bondong ke rumahnya untuk membeli buah tersebut setiap musim panen.
Warga membeli buah naga untuk mengobati asam urat, diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol, dan stroke. Karena dimaksudkan untuk obat, Bedjo menjual buah itu dalam bentuk bijian. Buah ukuran besar dijual Rp25.000 per buah. Ukuran sedang Rp15.000—Rp20.000, dan yang kecil Rp10.000 per buah.
Menurut Bedjo, panen buah naga dilakukan secara bertahap karena umur buah tidak sama. Dalam satu batang, ada yang sudah matang, mulai matang, dan ada juga yang masih berbunga. Buah yang baru dipetik didiamkan selama dua hari agar rasa buahnya manis. "Setiap panen, tidak sampai hitungan jam sudah habis. Malahan ada pelanggan yang menitip uang dulu," akunya.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 79 yang terbit pada Rabu, 28 Mei 2008.