Terkait dengan prediksi menurunnya produksi beras dalam negeri di akhir tahun ini, dalam jangka pendek, mampukah Indonesia bertahan?
Itulah topik hangat yang menjadi salah satu perdebatan seru dalam acara “Seminar Ketersediaan Pangan, Ketergantungan Harga” yang berlangsung di Hotel Aryaduta, Jakarta (6/5). Acara yang disponsori oleh Perum BULOG, PT Bayer Indonesia, dan Artha Graha Peduli ini menghadirkan sejumlah pembicara, yaitu Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan, Bayu Krisnamurthi, Direktur Perencanaan Pengembangan Usaha Perum BULOG, Mohammad Ismed; Ketua Dewan Pertimbangan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Siswono Yudo Husodo; Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian, Karman Nainggolan; Ketua Kerukunan Tani Nasional Andalan (KTNA), Winarno Tohir; Gubernur Provinsi Gorontalo, Fadel Muhammad, dan Senior Economist (Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bustanul Arifin.
Tantangan Berat Pemerintah
Dalam kata pengantar, Guru Besar Ekonomi Pertanian IPB, Menteri Pertanian RI era 2000 – 2004, yang juga Ketua Dewan Redaksi Agrina, Prof. Dr. Bungaran Saragih, M.Ec menyampaikan, pola ketersediaan pangan dunia telah berubah dari ekses demand menjadi ekses suplai. Namun terdapat perbedaan yang cukup menonjol antara ekses suplai yang terjadi pada tahun 40-an dengan saat ini.
Menurut Bungaran, menurunnya suplai pangan dunia saat ini dibarengi dengan penggunaan produk pangan untuk kebutuhan biufuel, pertambahan penduduk yang lebih besar dibanding peningkatan produksi, bertambahnya populasi penduduk miskin, dan mencuatnya isu-isu lingkungan. Jadi, “Tantangan pemerintah kita saat ini jauh lebih berat,” tandasnya.
Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 78 yang terbit pada Rabu, 14 Mei 2008.