Kekurangan air tidak harus menghentikan pengembangan kapas. Dengan analisis potensi air dan mengatur jadwal tanam, permasalahan itu dapat diatasi.
Pengembangan tanaman kapas di Kabupaten Jeneponto, Sulsel, menghadapi masalah utama kekurangan suplai air. Menurut Gatot Irianto, Direktur Pengelolaan Air, Deptan mengatakan, daerah tersebut mempunyai iklim sangat fluktuatif dengan curah hujan 1.500—2.000 mm per tahun. Berdasarkan Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia termasuk pola iklim IIC artinya wilayah bercurah hujan 1.000—2.000 mm per tahun dengan pola ganda. Jadi, dalam setahun terjadi dua kali puncak curahan tertinggi dan dua kali curahan terendah. “Puncak hujan tertinggi terjadi pada Juni dan Desember, sedangkan hujan terendah terjadi pada Mei dan Agustus,” ucapnya.
Untuk menjaga kontinuitas produksi kapas diperlukan ketersediaan air yang cukup terutama pada fase kritis tanaman (70—100 hari setelah tanam-HST) dengan umur maksimum 5 bulan (120—140 hari). “Pada umumnya kapas yang ditanam di wilayah ini pada bulan Desember dan Maret atau Maret dan Mei—Juni tidak kebagian air sehingga menyebabkan terjadinya cekaman air yang akan berakibat penurunan produksi,” ungkap Gatot lebih jauh.
Analisis Potensi Air
Sementara itu Agus Hasanudin, Direktur Budidaya Tanaman Semusim, Ditjen Perkebunan mengatakan, berdasarkan penelitian Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, terdapat potensi daerah kering seluas 4.648 hektar (ha) di Kecamatan Pantai dan potensi daerah basah seluas 403,47 ha di Kecamatan Rumbia.
Di Jeneponto, potensi air tanah bagus sampai sedang dijumpai di Kecamatan Kelara dengan dominasi potensi sedang. Sedangkan potensi air tanah bagus hanya terdapat di Kecamatan Batang. Potensi air tanah sangat bagus ada di Desa Alutaroang, Bontoujung dan Bontoraya (Batang), Tonrokasi Barat (Tamalatea), Tanrongga (Turatea), Bungungloe (Binamu), dan Tolo Selatan (Kelara). “Di lokasi-lokasi dengan potensi air tanah sangat bagus inilah disarankan untuk memanfaatkan air tanah dalam,” ungkap Agus.
Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 78 yang terbit pada Rabu, 14 Mei 2008.