Di sebuah kandang milik PT Susu Sehat Alami (SSA) yang berlokasi di pinggiran kota Jember, Jatim, tangan-tangan kekar dengan cekatan memerah susu sapi.
Seakan tak peduli dinginnya udara pagi, para pemerah terus mengalirkan air susu ke dalam tabung-tabung penampung. Di bawah pengawasan manajer operasional, I Nyoman Aribowo, SSA dapat memproduksi susu 900 liter per hari. Menurut Nyoman, susu sejumlah itu dihasilkan oleh 110 ekor sapi yang tengah laktasi dari 150 ekor milik perusahaan tersebut.
Selain dari ternak milik sendiri, susu juga dihasilkan peternak mitra. “Kami punya peternak mitra dengan populasi sebanyak 15 ekor,” jelas Nyoman. Dalam sehari, peternak mampu menyetor sekitar 100 liter susu dengan harga beli Rp3.500 per liter. Agar susu dari peternak mitra sesuai standar yang ditetapkan, mereka diberikan pelatihan oleh tenaga teknis SSA.
Nilai Plus Sapi Perah
Menurut Nyoman, peternak sapi perah akan mendapat cukup banyak nilai tambah, asal mau melakukan manajemen yang baik. Pria yang juga menjabat sebagai pengurus Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) cabang Jawa Timur III itu menyatakan, dari sapi perah dapat diperoleh susu tiap hari dan setiap tahun diperoleh anak sapi (pedet). Untuk mengetahui nilai plus dalam budidaya sapi perah, ia menguraikan perhitungan selama satu periode.
Berdasarkan perhitungan Nyoman, pada bulan pertama setelah beranak sampai bulan ke sepuluh, susu dapat diproduksi. Pada bulan kedua sampai ketiga, sapi mulai dikawinkan lagi. “Tahap ini harus diamati, kapan saatnya sapi siap kawin. Kalau pada hari itu tidak terjadi pengawinan, maka harus menunggu 21 hari lagi,” terangnya. Pada bulan tersebut, sapi dapat menghasilkan susu berkualitas baik hingga 16 liter per hari.
Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 78 yang terbit pada Rabu, 14 Mei 2008.