Senin, 12 Mei 2008

Kelola Limbah Cegah Gagal Panen

Pengelolaan pakan yang kurang tepat, berbuntut pencemaran yang menjadi sumber kegagalan budidaya.

Dengan makin intensifnya budidaya udang, kebutuhan pakannya juga semakin besar sehingga berpotensi menghasilkan banyak limbah. Upaya menekan limbah tentu saja bukan melalui pembuangan secara langsung ke lingkungan di sekitar tambak. Limbah itu harus dikelola terlebih dahulu. Salah satu caranya dengan mengendapkan di kolam mengandung organisme yang mampu mengurangi bahan cemaran.

Dampak Limbah Tambak

Limbah tambak terdiri dari bahan organik dan anorganik. Limbah organik biasanya berupa kotoran udang, sisa pakan, plankton, dan organisme yang mati di tambak. Sedangkan limbah anorganik mencakup mineral yang larut dalam air, seperti senyawa nitrogen, fosfat, dan asam sulfat. Limbah dibuang saat pergantian air, pembersihan lumpur, dan pengeringan tambak. Limbah yang tertinggal dan mengendap di dasar tambak kemudian disedot dengan pompa. Di satu sisi, dasar tambak menjadi bersih, tetapi di sisi lain terjadi pencemaran lingkungan.

Masalah yang timbul antara lain munculnya plankton yang merugikan, lambatnya pertumbuhan udang,  serta makin  rentannya udang terhadap serangan penyebab penyakit. Bahan organik di dasar tambak memicu perkembangan bakteri patogen dan kalau menempel di kulit atau insang udang menyebabkan udang sulit bernapas.

Pakan yang jatuh di lumpur menghasilkan amoniak, penyebab turunnya nafsu makan udang. Limbah juga menaikkan kebutuhan oksigen terlarut yang digunakan untuk merombak bahan organik.

Hasil perombakan bahan organik juga berdampak terhadap kesuburan perairan, yaitu terjadinya blooming plankton yang sulit dikendalikan. Plankton yang mati dan mengendap di dasar tambak menyebabkan daerah tempat udang mencari makan (feeding area) menyempit karena bertambahnya daerah mati (dead zone).

Standar Air Buangan

Untuk mencegah menurunnya kualitas air, pakan yang diberikan harus sesuai kebutuhan. Aerator ditempatkan titik yang tepat. Lumpur dibuang secara rutin. Kecuali itu petambak juga disarankan menggunakan  probiotik,  mencegah meluasnya areal  dead zone, dan mendaur ulang limbah menjadi flok bakteri sehingga dapat dimanfaatkan udang. Sebelum dibuang, air diendapkan terlebih dahulu. Bila mengandung bahan berbahaya,  air harus dinetralkan.

Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 4 Edisi No. 78 yang terbit pada Rabu, 14 Mei 2008.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain