Integrasi aktivitas budidaya beserta para pelakunya ternyata bisa meningkatkan pendapatan.
Integrasi di perusahaan raksasa perunggasan biasanya bertujuan menekan biaya sehingga produknya lebih kompetitif di pasaran. Lain lagi integrasi yang dilakukan peternak itik di Kabupaten Tangerang. Penyatuan kegiatan yang digagas lembaga swadaya masyarakat bernama Masyarakat Mandiri (MM) ini dimulai sejak 2006.
Konsep integrasi yang mereka namakan Klaster Itik Terpadu itu prinsipnya membentuk gugus (klaster) peternak pembibitan, produksi telur, produksi pakan, serta pengolahan hasil dan pemasaran. Jadi, produksi bibit dipasarkan ke kelompok peternak produksi telur. Demikian pula kelompok produksi pakan akan menjual hasil kegiatannya kepada kelompok produksi telur. Selanjutnya, produksi telur segar dijual ke kelompok pengolahan dan pemasaran untuk dipasarkan sebagai telur segar maupun olahan. Tidak tertutup kemungkinan bagi kelompok terakhir ini menjual produk-produk mereka ke pasar bebas.
Kepada AGRINA, Muharamar Razak, Program Officer MM mengungkap, pola klaster itik terpadu itu dikembangkan bersama peternak itik di Sukadiri dan Sepatan Timur, Tangerang. Ia menambahkan, sejak 2006 telah berdiri klaster di Desa Pekayon, Sukadiri, Rawa Hideng (Sukadiri) dan Sang Yang, Kampung Kelor (Sepatan Timur). “Di lima desa itu terdapat 10 blok yang disesuaikan dengan kemampuan peternak,” katanya.
Potensi Lokal
Pembentukan klaster sangat disesuaikan dengan potensi lokal peternak tiap masing-masing desa. Salah satunya, Pekayon yang selama ini dikenal sebagai basis itik petelur. Di daerah ini banyak persawahan sehingga itik dapat dikembangkan secara intensif dan semi intensif. “Itik pada saat tertentu bebas dikepar (diumbar) untuk mencari makan di sawah, setelah itu dikandangkan lagi,” kata Agus Mahroni, Koordinator Blok Begog, yang termasuk klaster produksi.
Agus bersama peternak lainnya membentuk sebuah kelompok terdiri dari 4 blok beranggotakan 22 orang, yaitu Blok Kampung, Blok Kulon, Blok Kidul, dan Blok Begog. Masing-masing blok ada satu orang sebagai koordinator dengan tugas mengumpulkan telur, mengumpulkan angsuran, memantau hasil telur, dan kesehatan itik. “Koordinator blok juga bertugas memberi motivasi sesama peternak. Dua minggu sekali pengurus kelompok melakukan pertemuan,” imbuh Hadi Sodikin, salah satu rekannya.
Perkembangan terakhir, jumlah anggota klaster di Pekayon mencapai 34 orang. MM sendiri berfungsi memberikan bantuan permodalan yang sifatnya bergulir di kelompok peternak. Bagi peternak lama, bantuan berbentuk 100 ekor itik dara. Sedangkan kepada peternak baru berupa uang senilai Rp2 juta per orang untuk membeli itik dara dan membuat kandang.
Naikkan Pendapatan
Sejak berdirinya klaster ini, peternak telah memperoleh dana bergulir sebesar Rp42 juta pada Mei 2006. Lalu, pencairan modal tahap kedua awal Juni 2007 sebanyak Rp3,8 juta. Modal itu untuk membeli bibit itik beraya (dara) berusia 5—6 bulan, pakan dan kandang. Totalnya, MM telah mengucurkan bantuan permodalan kepada 106 peternak. “Bantuan modal ini sebagai kail bagi peternak untuk meningkatkan produksi sehingga terjadi peningkatan pendapatan,” jelas Agus.
Agus menambahkan, selama ini kepemilikan itik sekitar 10—50 ekor tiap peternak. Setelah MM memberikan tambahan 100 ekor per peternak, total populasi bertambah sehingga diharapkan ada pula peningkatan pendapatan sebesar Rp250 ribu tiap bulan dari sebelumnya Rp100 ribu. “Allhamdulilah, pendapatan kami meningkat sejak adanya klaster itik ini sehingga saya ingin menyekolahkan anak-anak sampai perguruan tinggi,” harapnya
Yan Suhendar