Senin, 14 April 2008

Memetik Manisnya Lengkeng Pingpong

Tiga tahun lagi lengkeng pingpong bisa dinikmati konsumen buah Indonesia.

Demikianlah harapan Isto Suwarno, penangkar bibit lengkeng pingpong di Prambanan, Klaten, Jateng. Permintaan bibit lengkeng pingpong semakin meningkat, “Saat ini sudah ada sekitar 5.100 penanam lengkeng pingpong yang tersebar di seluruh Indonesia. Itu bibit yang berasal dari saya, jadi mungkin bisa lebih,” ungkap Isto saat ditemui AGRINA.

Peminat lengkeng pingpong kini tidak terbatas di kalangan hobiis buah saja. Belakangan diketahui lengkeng dataran rendah ini juga berguna untuk penghijauan. Tak heran, permintaan terhadap bibit tanaman ini untuk penghijauan seringkali mampir di kebunnya. “Permintaan paling banyak justru dari Kalimantan, katanya untuk mendukung program penghijauan pemerintah daerah di sana,” terang Isto.

Biji, Okulasi, dan Cangkok

Menurut Isto, tanaman buah seperti lengkeng dan srikaya cocok ditanam pada lahan sempit maupun luas, dan membantu memperbaiki lahan rusak atau pun terlantar. Di kediamannya yang seluas 2.000 m2, tersebar puluhan lengkeng pingpong yang kebetulan sedang berbuah. “Tanaman ini rata-rata baru berumur 2,5—3 tahun lho, tapi sudah bisa berbuah sampai dua kali,” ujarnya dengan wajah sumringah. Mengingat lengkeng lokal baru bisa berbuah pada umur 5—6 tahun, lengkeng pingpong asal Vietnam itu menjadi menarik perhatian.

Lengkeng pingpong yang sedang berbuah tersebut ditanam dari biji dan beberapa buahnya sempat disuguhkan kepada AGRINA. Rasa manis dan segar langsung menyergap lidah, daging buahnya pun bening dan lembut. “Pernah ada juga tamu dari Amerika dan Jepang yang mampir ke kebun dan langsung memetik sendiri, dan mereka senang sekali,” lanjut petani berumur 49 tahun tersebut.

Kini pria yang juga karyawan Dinas Pariwisata Klaten itu memiliki lebih dari 100 induk lengkeng pingpong yang mulai diusahakan sejak awal 1998. Ada tiga cara pembibitan lengkeng pingpong, yakni dari biji, okulasi, dan cangkok. “Saya memproduksi bibit asal biji sebanyak 20.000 batang, okulasi 10.000 batang, sedangkan cangkok hanya sekitar 3.000-an,” akunya.

Permintaan bibit lengkeng pingpong di kebunnya seakan tak pernah sepi. Sebanyak 200—400 batang  dipastikan dikirim ke pembeli yang tersebar di seluruh Indonesia. Harga bibit asal  biji dibandrol Rp20.000, bibit okulasi Rp65.000 – Rp. 75.000, dan bibit cangkok Rp150.000 per batang. Bila pembeli ingin menanam bibit besar, dia siap melayaninya tanam di tempat dengan biaya Rp4 juta per batang. Ketika ditanya apakah hal itu tidak berisiko, ia menjawab tidak khawatir karena selama ini pelanggan selalu puas pada produk dan pelayanannya.

Tidak hanya lengkeng pingpong yang bisa dipesan, juga aneka jenis bibit lengkeng umur dua bulan hingga dua tahun. Satu paket bibit berisi 60 batang bibit lengkeng berlainan jenis, dipatok seharga Rp75.000 per batang.

Isto yakin, prospek lengkeng pingpong cukup baik. Dalam tiga tahun ke depan, dia berharap bisa menjual buah lengkeng sebesar bola pingpong ini ke pasaran. Dia menyayangkan, peluang mengebunkan lengkeng pingpong oleh pekebun besar maupun pemerintah daerah belum digarap. Karena itu, tak segan-segan dia memberikan pembinaan dan pelatihan cara menanam lengkeng pingpong secara cuma-cuma kepada petani dan pekebun buah yang membeli bibit darinya.

Menurut pemilik Telaga Nursery tersebut, perawatan lengkeng pingpong ini relatif mudah. Yang perlu diwaspadai adalah musim penghujan, saat banyak hama menyerang tanaman, seperti kupu-kupu hitam dan kelelawar. Namun itu pun bisa diatasi dengan pemberian jaring di seluruh kebun.

Theresia Dian (Kontributor Surakarta)

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain