Bagaimana peran benih dalam agribisnis?
Benih adalah blueprint dari agribisnis. Kemajuan agribisnis sangat ditentukan oleh kualitas benih. Jika kualitas benih tidak bagus, maka hasilnya pun tidak akan bagus. Sekalipun kualitas benih yang tidak bagus bisa diatasi dengan teknik agronomis yang luar biasa baik sehingga baru dapat menghasilkan secara baik. Oleh karena itu peran benih sangat strategis.
Pada masa pemerintahan yang lalu, Departemen Pertanian banyak mengembangkan benih di dalam negeri melalui penelitian-penelitian dan kemudian dirilis sebagai varietas unggul. Satu kelompok benih yang kita rilis saat itu adalah kelompok benih padi hibrida. Dari 2001—2004 telah dirilis 17 varietas padi hibrida yang berasal dari China, India, IRRI (Filipina), dan Jepang.
Bagaimana pendapat Bapak tentang padi hibrida?
Memang padi hibrida itu memberikan tingkat produksi rata-rata yang relatif lebih baik daripada padi unggul nasional. Tapi padi hibrida hanya lebih baik apabila ditanam pada tempat yang cocok dan dengan praktik agronomis yang ideal. Apabila ditanam di tempat yang tidak cocok dan praktik agronomis yang tidak sempurna, hasilnya tidak lebih baik daripada padi unggul nasional.
Suatu hal yang menarik dari pengembangan padi hibrida di Indonesia adalah inisiatifnya datang dari swasta yang berkeinginan untuk mengembangkan benih padi di dalam negeri.
Perusahaan swasta waktu itu seperti PT Benih Inti Subur Intani, Mitsui Chemical, Inc., PT Bangun Pusaka, PT Bayer Indonesia, dan PT Karya Niaga Beras Mandiri. Selama ini hanya pemerintah yang mempunyai inisiatif dan pemerintah melalui Balai Besar Penelitian Padi juga sudah menghasilkan 4 varietas padi hibrida.
Bagaimana kebijakan pengembangan padi hibrida?
Kebijakan mengenai padi hibrida pada waktu itu adalah pemerintah mendukung swasta untuk pengembangan padi hibrida di dalam negeri. Dan mereka diberi izin sementara untuk mengimpor benih padi hibrida.
Tujuan impor tersebut untuk percobaan dan bahan dasar pengembangan benih di dalam negeri. Alasannya, kita berpendapat bahwa benih khususnya padi, karena penggunaan sangat luas, sebaiknya dihasilkan di dalam negeri.
Kita bisa mengimpor neneknya, tapi tetua dan benih sebarnya dikembangkan di Indonesia. Kita tidak setuju benih sebar sepenuhnya diimpor dan dalam jumlah besar. Jika tidak dibatasi demikian, benih sebar yang diimpor sangat potensial membawa hama dan penyakit yang belum ada di dalam negeri.
Apakah padi hibrida ini akan menggeser padi unggul nasional?
Kendati pun padi hibrida itu terlihat lebih unggul daripada padi unggul nasional tetapi kita tidak bisa mengabaikan begitu saja padi unggul nasional. Karena dia sudah lebih teruji daya adaptasinya, lebih toleran terhadap hama penyakit, dan produktivitasnya cukup baik.
Beberapa contoh padi unggul nasional adalah Ciherang, Sintanur, dan Fatmawati. Dan penggunaan varietas padi yang beragam dapat mengantisipasi risiko gagal panen bila hanya ditanam satu varietas.
Indonesia sekalipun hanya menggunakan benih padi unggul nasional saja sudah termasuk salah satu negeri dengan produktivitas padi per hektarnya paling tinggi di dunia. Kita hanya sedikit di bawah China, Jepang, dan Korea. Produktivitas padi Indonesia lebih tinggi dibandingkan India, Thailand, Filipina, dan negara-negara penghasil beras lainnya.
Belakangan ini ada wacana bahkan sudah menjadi rencana pemerintah untuk memberikan subsidi benih. Bagaimana tanggapan Bapak?
Saya pikir itu ide yang bagus, tetapi menjadi salah kalau subsidi itu digunakan untuk mengimpor benih atau membeli benih impor. Dana itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan dalam negeri mengembangkan benih yang diproduksi di dalam negeri termasuk benih padi hibrida.
Kenapa begitu? Pertama, sangat tidak adil jika kita mensubsidi produsen benih di luar negeri. Kedua, sangat tidak bijaksana jika kita menjadi tergantung kepada produsen benih luar negeri dan mengabaikan pengembangan kemampuan sendiri. Akibatnya, kita akan tergantung terus pada luar negeri.
Bagaimana dengan rencana pemerintah untuk tambahan produksi beras 2 juta ton pada 2007?
Untuk mencapai tambahan 2 juta ton beras pada 2007 memang tidak mudah. Padi hibrida hanyalah salah satu solusi, bukan satu-satunya solusi. Sekalipun kita ingin menanam padi hibrida katakanlah satu juta hektar, apakah benihnya sekitar 15.000 ton tersedia tahun ini? Padi hibrida itu adalah padi masa depan jadi merupakan solusi jangka panjang yang pengembangannya dimulai dari sekarang.
Mudah-mudahan target penambahan beras 2 juta ton tahun ini bisa tercapai sekalipun belum pernah kita mengalami tambahan produksi beras sebanyak itu. Jika hal tersebut tercapai, maka akan menjadi sejarah baru dalam peningkatan produksi beras dalam negeri.
Dulu saya sudah beberapa kali mengadakan acara tanam dan panen padi hibrida sebagai seorang Menteri Pertanian.
Dan saya sangat gembira beberapa waktu yang lalu panen dan tanam padi hibrida secara simbolik dalam rangka pencanangan gerakan tambahan 2 juta ton beras 2007 dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kita harapkan dengan acara simbolik tersebut, pengembangan dan penggunaan benih padi hibrida akan semakin meluas dan semakin dipercepat.
Untung Jaya