Sebenarnya bagaimana sejarah perkembangan pemikiran itu?
Barangkali kita kurang jeli mengenai konsep agribisnis sehingga kita salah kaprah, demikian juga dengan pendidikannya. Awalnya, pertanian adalah sesuatu yang tergantung dari alam kemudian diurus atau dibudidayakan.
Pada mulanya merupakan kegiatan di on farm saja, seperti bercocok tanam, memelihara ternak, dan memelihara ikan. Oleh karena itu pertanian dalam konsep tradisional merupakan a way of life, tidak dimaksudkan untuk pasar atau hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Belakangan karena perkembangan penduduk, kemajuan transportasi, berkembangnya telekomunikasi, meluasnya urbanisasi, dan terbukanya pasar, bertani bukan lagi sebagai pandangan dan cara hidup semata. Pertanian mulai masuk ke pasar. Dari sinilah lambat laun pertanian menjadi bisnis.
Bisnis dalam pengertian bahwa usaha itu dilakukan bukan untuk kepentingan sendiri lagi tapi juga untuk kepentingan orang lain yang ada di pasar dan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi.
Setelah berhubungan dengan pasar, bertambah banyaklah kontak pertanian itu dengan transportasi, pengolahan, pembiayaan, dan transaksi pasar. Keterkaitan antara usaha tani dengan sektor di luar pertanian disebut sistem agribisnis.
Apa yang dimaksud dengan sistem agribisnis dewasa ini?
Bila kita melihatnya hanya farming as a business, berarti hanya melihat usaha tani. Pabrik pupuk, perusahaan benih, perusahaan pestisida, dan pabrik pengolahan hasil pertanian sudah masuk agroindustri.
Selain itu, jasa keuangan dan transportasi bukan bagian dari usaha tani. Bila semuanya bergabung dan saling keterkaitan, antara industri hulu, on farm, industri hilir, dan jasa penunjang, baru menjadi sistem agribisnis.
Sistem agribisnis bisa kita lihat dalam beberapa tingkatan. Agribisnis dalam satu perusahaan maka yang diperlukan manajemen dari satu perusahaan. Tapi agribisnis bisa merupakan gabungan dari beberapa perusahaan yang kita sebut industri. Agroindustri juga bisa merupakan gabungan agroindustri berbagai subsektor.
Misalnya, agroindustri perkebunan, tergabung di dalamnya agroindustri subsektor kelapa sawit, karet, dan lainnya. Bahkan agribisnis bisa dikelola dalam intersektoral.
Bagaimana dengan pendidikannya?
Pendidikannya juga begitu. Dalam pendidikan agribisnis, awalnya hanya ada pendidikan pertanian yang merefleksikan kata pertanian itu sendiri. Di situ hanya ada on farm. Keahlian yang dibutuhkan pun hanya tentang agronomi, tanah, hama penyakit, dan klimatologi.
Dari sejarah terlihat juga yang kita pelajari dulu hanya farm management (usaha tani). Belakangan setelah disadari bahwa pertanian merupakan bisnis masuklah ilmu ekonomi dan ilmu-ilmu sosial yang lain.
Pengelolaan usaha tani ini tidak ada bedanya dengan pengelolaan sebuah perusahaan. Dalam sebuah perusahaan, baik itu usaha tani atau industri, membutuhkan pemimpin, manajer, profesional, teknisi, karyawan, dan pendidik atau penyuluh.
Pendidikan agribisnis harus dapat menyediakan tenaga kerja mulai dari tingkat terbawah hingga teratas untuk mengisi posisi-posisi tadi, mulai dari strata non gelar, S1, S2, dan S3.
Jadi, jika ingin mengembangkan sistem pendidikan agribisnis harus tahu tingkatan yang mau disiapkan. Apakah yang mau mengelola satu perusahaan, industri, sektor, atau intersektor. Dan pendidikan itu semua sebenarnya telah dimiliki oleh pendidikan sistem agribisnis di Indonesia. Mulai dari tingkatan sekolah menengah atas, S0 (strata nongelar), S1, S2, dan S3.
Apakah tenaga yang dihasilkan dapat bekerja pada semua sektor?
Tenaga yang dihasilkan dari pendidikan sistem agribisnis mampu bekerja di berbagai sektor. Misalnya dalam pemerintahan, ia tidak hanya mampu bekerja pada Departemen Pertanian tapi juga di Bank Indonesia, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, Departemen Keuangan, dan lainnya.
Sedangkan dalam perusahaan swasta, ia bisa bekerja sebagai bankir, eksportir, importir, tenaga profesional pada pabrik pengolahan hasil pertanian, dan lainnya.
Jadi sistem agribisnis adalah cara baru melihat pertanian. Dalam sistem agribisnis, peran sektor pertanian diperkirakan hanya sekitar 30% dan hal-hal yang terkait dengannya, seperti hulu, hilir, dan jasa penunjang, berperan sekitar 70%. Oleh karena itu pendidikan agribisnis harus mampu mengakomodasi semua itu bahkan termasuk sosial ekonomi dan ekologi manusianya.
Apakah semua pertanian itu terkait dengan bisnis?
Ya. Pada umumnya pertanian itu adalah bisnis. Tapi kita tetap harus hati-hati karena pertanian itu tetap masih ada yang merupakan a way of life, tidak boleh dibisniskan semua.
Bagi masyarakat Jepang misalnya, pertanian itu adalah memelihara budaya tapi tetap tunduk pada perhitungan-perhitungan bisnis. Di samping cara hidup, pertanian juga ada sebagai hobi. Hobi itu bisa juga menjadi cikal bakal bisnis.
Bagi kita, bisnis terbesar di Indonesia saat ini dan yang akan datang adalah agribisnis. Itulah sebabnya kita kembangkan konsep sistem agribisnis ini.
Untung Jaya