Senin, 11 Desember 2006

TARGET PRODUKSI PADI HARUS REALISTIS DAN BERMANFAAT

Mengapa target produksi 57,41 juta ton GKG itu kurang masuk akal? 

Dua tahun pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu berjalan, peningkatan produksi padi rata-rata masih di bawah 1% per tahun. Jadi kalau tahun ketiga menjadi meningkat 5%, saya tidak melihat ada suatu variabel baru yang memungkinkan lonjakan sebegitu besar bisa terjadi.

Mengapa saya anggap itu lonjakan? Sebab  dari rata-rata kurang dari 1% menjadi 5% per tahun itu artinya peningkatan lebih dari 500% atau lima kali lipat. Kalau produksi nasional kita kecil, misalnya dari 100.000 ton mudah meningkatnya menjadi 200.000 ton, meskipun  itu meningkat 100%.

Tapi ini kita berangkat dari angka 54 juta ton lebih. Kalau peningkatan 5% itu di suatu daerah sangat mungkin tapi untuk Indonesia yang luas areal sawahnya lebih dari 11 juta ha bukan pekerjaan mudah bahkan mustahil.

Dan inisiatif baru yang akan dilakukan agar produksi melonjak dari 1% menjadi 5% tak pernah diinformasikan secara transparan. Oleh karena itu saya tidak melihat alasan yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa akan ada rata-rata peningkatan produksi sebesar 5%.

 

Bukankah pemerintah merencanakan subsidi benih untuk 8,2 juta ha sawah, subsidi pupuk Rp5,8 triliun, pengembangan pupuk organik, penambahan sumberdaya manusia, serta perbaikan saluran irigasi?

Variabel utama dalam produksi padi adalah benih, pupuk, dan irigasi. Mari kita lihat satu persatu variabel tersebut. Memang ada subsidi benih dalam jumlah yang sangat besar. Walaupun ada subsidi, petani tidak akan menggunakan benih lebih banyak. Apalagi selama ini petani sudah menggunakan benih unggul padi nasional, subsidi yang membantu petani itu tidak akan secara signifikan meningkatkan produksi padi.

Selain itu, sekarang sudah ada introduksi padi hibrida tapi penyediaan benihnya masih sangat kecil dibandingkan areal yang ada. Lagi pula produktivitas padi hibrida yang ada sekarang ini di lapangan belum terbukti berbeda dengan padi unggul nasional dalam skala luas. Jadi, benih bukanlah menjadi pemicu bagi peningkatan padi nasional.

Selanjutnya, distribusi pupuk bersubsidi sudah semakin kacau belakangan ini. Sistem lama mau diganti tapi yang baru belum jelas. Ditambah lagi dengan usulan Mentan untuk menaikkan harga eceran tertinggi (HET) yang sangat signifikan, sekitar 20—50%, maka penggunaan pupuk akan berkurang. Dan saya percaya, petani itu rasional dalam penggunaan pupuk.

Tidak benar mereka memanfaatkan pupuk secara berlebihan. Menurut pengalaman mereka, kalau tidak pakai pupuk dalam jumlah tertentu, produksinya akan turun. Jadi kalau kenaikan HET itu maksudnya untuk mengurangi penggunaan pupuk, maka produksi akan turun. Ini juga bukan suatu pemicu untuk meningkatkan produksi.

Berikutnya irigasi. Tidak ada usaha yang sistematis untuk memperbaiki irigasi dan salurannya. Hal ini terlihat dari dana yang disediakan untk memperbaiki irigasi tidak meningkat secara signifikan.

Andaikan ada benih dan pupuk tapi tidak ada air dari saluran  irigasi, maka kurang bermanfaat. Jadi irigasi bukanlah pemicu yang nanti kita harapkan secara signifikan bisa menaikkan produksi beras nasional untuk 2007.

 

Selain variabel yang sudah disebutkan tadi, apakah ada faktor lain yang mempengaruhi produksi padi?

Ada, perlu diperhatikan beberapa hal. Misalnya, ketiga variabel tadi perlu dikoordinasikan dan disinkronkan. Belum ada koordinasi yang baik antarprogram dan kebijakan pupuk, benih, dan irigasi.

Apalagi koordinasi antarsektor dan antartingkatan pemerintah daerah. Kemudian, konversi lahan pertanian dari sawah yang paling baik ke penggunaan di luar pertanian masih terus berlanjut. Dan belum ada usaha-usaha untuk menggantikannya.

Di samping itu, dua tahun  terakhir keadaan iklim normal-normal saja. Tidak kekeringan dan kebanjiran yang mencolok atau tidak ada El Nino dan La Nina seperti pada 1997 dan 2001. Padahal fenomena itu datang meski tidak teratur dan kita tidak tahu ramalan 2007. Dalam kondisi iklim normal saja, produksi hanya bertumbuh kurang dari 1% per tahun.

 

Bagaimana sebaiknya target dibuat?

Target harus realistis, jangan berlebihan sebab itu mempunyai konsekuensi yang buruk terhadap target-target di bidang lain yang berhubungan dengan padi. Misalnya, kita rencana mau surplus padi padahal tidak, maka inisiatif untuk diversifikasi ke sumber-sumber yang lain tidak direncanakan.

Oleh karena itu Deptan harus membuat target yang lebih realistis. Kita akan mengacungkan jempol kalau produksi padi nasional bisa meningkatkan sedikit di atas pertumbuhan penduduk yang besarnya 1,3% per tahun dan berlangsung dalam jangka panjang. Jika produksi meningkat 2% saja, maka harga di tingkat petani sudah mulai akan turun. Dan jika meningkat 5% harga akan anjlok.

Pengalaman 2000—2004 pertumbuhan per tahun sekitar 2% saja, harga padi nasional sudah anjlok. Jika harga anjlok sebenarnya untuk siapa peningkatan produksi ini? Harusnya petani tidak dirugikan oleh kebijakan pemerintah dan target-target pemerintah.

Kesimpulan saya, peningkatan 5% itu tidak realistis dan juga tidak perlu.

Untung Jaya

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain