Krisis energi membawa pemerintah menetapkan untuk mengembangkan sumber energi yang berasal dari minyak tumbuhan atau bioenergi. Beberapa komoditas pertanian dan perkebunan sebagai bahanbaku biodiesel adalah jarak pagar, minyak sawit mentah, dan singkong.
Selain dapat menutupi kebutuhan energi, biodiesel diharapkan bisa melindungi kelestarian alam. Hal ini tak lepas dari sifat biodiesel yang dapat teroksigenasi sempurna, tidak beracun, dan dapat terurai secara alami (biodegradable).
Sawit Paling Siap
Pengembangan bahan bakar nabati (BBN) sudah menjadi keputusan pemerintah yang tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) No.1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Baku Nabati atau Biofuel. BBN dijadikan salah satu solusi pemerintah dalam menghadapi kenaikan haga bahan bakar konvensional (minyak bumi) dan sebagai antisipasi menghadapi makin berkurangnya cadangan minyak bumi yang diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 17 tahun.
Target kebutuhan BBN nasional hingga 2009 sebesar 2% dari kebutuhan nasional, yakni 720.000 kiloliter/tahun yang dari kedelai, jagung, tebu, singkong, ubi, jarak, dan kelapa sawit. Jika kedelai dan jagung masih bergantung impor, singkong dan ubi tidak stabil produksinya, dan minyak jarak masih memerlukan waktu untuk mendapatkan produksi yang cukup, kelapa sawit paling siap memasok kebutuhan produksi biodiesel.
Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang kini mencapai 5,6 juta ha, menghasil minyak sawit (crude palm oil/CPO) 13,6 juta ton. Untuk menghasilkan 720.000 kiloliter/tahun, menurut Pusat Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit (PPKS), diperlukan sekitar 185.000 ha kebun sawit, 18 pabrik kelapa sawit (PKS) berkapasitas 60 ton/hari, dan 8—27 pabrik biodiesel dengan kapasitas 30.000—100.000 ton/tahun.
Tingkatkan Efisiensi Mesin
Biodiesel adalah bahan bakar cair untuk mesin diesel yang terbuat dari minyak nabati yang diperoleh melalui proses methanolisis. Reaksi yang digunakan adalah transesterifikasi atau esterifikasi dan asam, basa, atau methanol sebagai katalisnya.
Biodiesel sawit terbuat dari minyak sawit yang dihasilkan dari bagian buah bagian luar (mesokarp). Beberapa keunggulan biodiesel sawit antara lain kemampuan dalam menekan tingkat polusi dan meningkat efisensi mesin. Menurut hasil penelitian Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI), Bogor, jika mobil diesel menggunakan solar biasa, tingkat konsumsinya mencapai 1:13 (1 liter untuk 13 km). Jika dicampur, biodesel dan solar dengan perbandingan 90%;10%, maka tingkat konsumsi bahan bakar menjadi 1:14.
Berbagai jenis mobil cocok menggunakan biodiesel asal sawit. Soalnya kandungan cetane-nya tinggi (lebih dari 55), bebas dari sulfur, dan tidak mengandung racun. Hanya saja, biodiesel asal sawit memerlukan proses transesterifikasi lebih dahulu sebelum digunakan. Biodisel sawit hanya bisa dimanfaatkan di daerah tropis karena cloud point-nya ada di kisaran 12oC—14oC
Enny Purbani