Strategi pembangunan ekonomi seperti apa?
Strategi pembangunan yang dipilih hendaklah memenuhi empat persyaratan utama. Pertama, mampu menyelesaikan masalah yang luas, relatif cepat, dan efektif. Kedua, tidak mengandalkan pinjaman luar negeri dan boros devisa dan sebaliknya perlu diupayakan menghasilkan devisa. Ketiga, akomodatif terhadap sumberdaya yang kita miliki terutama kualitas sumberdaya manusia (SDM). Keempat, secara keseluruhan dapat memperkuat fundamental ekonomi dan membangun kemampuan bersaing Indonesia dalam globalisasi.
Memang tidak banyak pilihan bagi kita saat ini. Pilihan yang paling realistis dan rasional adalah proses industrialisasi dimulai dari memodernisasi sistem agribisnis dengan menempatkan agroindustri sebagai penggerak utama. Sistem agribisnis tersebut merupakan suatu cluster industri yang mencakup sektor pertanian, industri hulu, dan hilir pertanian (agroindustri), sektor perdagangan input dan hasil pertanian, serta sektor-sektor jasa yang terkait langsung.
Mengapa terlalu yakin dengan sistem agribisnis?
Selain penyerap tenaga kerja terbesar, sistem agribisnis merupakan sebagian besar dunia usaha di Indonesia mulai dari usaha mikro, rumah tangga, kecil-menengah, koperasi, dan usaha korporasi. Saat ini sistem agribisnis masih merupakan sektor ekonomi yang akomodatif terhadap keragaman kemampuan tenaga kerja dan enterpreneurship rakyat Indonesia.
Sistem agribisnis juga penyumbang terbesar (sekitar 50%) dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor pertanian dalam PDB memang sudah relatif kecil, sekitar 16%. Namun kontribusi agroindustri dan perdagangan hasil pertanian masih cukup besar.
Selain itu, sistem agribisnis juga penyumbang ekspor nasional yang cukup besar. Sekitar 50% dari ekspor total Indonesia adalah produk agribisnis. Ekspor hasil pertanian primer memang sudah jauh menurun, hanya sekitar 2%, dari total ekspor nasional. Namun ekspor produk agribisnis (olahan) makin membesar. Sekitar 70% dari ekspor agribisnis adalah produk agroindustri. Karena itu proses industrialisasi harus kita mulai dari sistem agribisnis, baru kemudian melangkah atau diperluas ke industri lain.
Bagaimana caranya?
Untuk memodernisasi sistem agribisnis, agroindustri merupakan penggerak utama. Dalam memanfaatkan persaingan global, Indonesia perlu mengembangkan agroindustri berbasis tropis melalui pengembangan beberapa cluster agroindustri. Cluster agroindustri itu adalah pangan dan pakan (food and feed), serat alam (natural fiber), biofarmasi (obat-obatan, pestisida, antibiotika, produk kecantikan), energi nabati (biodiesel, etanol), dan floris. Pada kelima cluster tersebut Indonesia berpeluang besar untuk unggul secara internasional karena didukung keunggulan komparatif dan tidak banyak negara lain memilikinya.
Untuk membangun daya saing kelima cluster agroindustri tersebut, kita memerlukan road map pengembangan agroindustri. Road map itu bergerak dari agroindustri yang dihela pemanfaatan SDA dan SDM belum terampil (natural resources and unskill labor based) atau factor driven. Lalu bergerak pada agroindustri yang dihela pemanfaatan modal dan SDM lebih terampil (capital and semi-skill labor based) atau capital-driven, dan kemudian melangkah maju ke agroindustri yang dihela pemanfaatan ilmu pengetahuan-teknologi dan SDM terampil (knowledge and skilled labor based) atau innovation-driven.
Agroindustri Indonesia masih berada di antara fase factor-driven dan capital-driven dengan ciri produktivitas dan nilai tambah yang masih relatif rendah. Hal yang mendesak kita lakukan adalah meningkatkan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan barang-barang modal dan peningkatan SDM. Pada agroindustri, yang mendesak dilakukan adalah pendalaman industri sehingga Indonesia menikmati nilai tambah yang lebih besar.
Bila kita berhasil dalam memajukan agroindustri dari factor-driven ke capital-driven serta pendalaman industri, tahap berikutnya mendorong agroindustri memasuki fase innovation-driven. Pada fase ini produk utama agroindustri akan didominasi produk-produk bernilai tambah tinggi, barang-barang modal bermuatan padat teknologi, hak paten, dan produk bioteknologi.
Kebijakan apa yang perlu dilakukan?
Pengembangan agroindustri mulai dari factor-driven ke fase capital-driven, dan pada innovation-driven memerlukan kebijakan dasar yang mengawal road map pengembangan agroindustri untuk tetap berada pada jalur dan laju yang diharapkan. Kebijakan dasar itu kombinasi proteksi dan promosi melalui kebijakan fiskal maupun moneter. Kebijakan ini dirancang dengan jangkauan jauh ke depan, misalnya 25 tahun, dengan time schedule yang jelas.
Sekarang ini agroindustri kita memerlukan tingkat promosi dan proteksi yang relatif tinggi untuk memberikan iklim kondusif bagi perkembangan agroindustri khususnya dan sistem agribisnis domestik pada umumnya. Tingkat proteksi dan promosi yang diperlukan berbeda-beda untuk masing-masing cluster agroindustri sesuai kondisinya.
Tingkat proteksi dan promosi relatif tinggi yang diberikan dalam waktu terlalu lama juga tidak produktif. Karena itu penurunan tingkatannya harus dilakukan secara bertahap sesuai peningkatan daya saing, sehingga pada 25 tahun kemudian tingkat proteksi sudah berada pada taraf yang minimal. Sampai akhirnya agroindustri kita mencapai daya saing tinggi dan siap bersaing secara internasional.
Untung Jaya