Foto: - WINDI L
Sudaryono, menjadi tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa industri sawit dapat beroperasi secara berkelanjutan, efisien, dan kompetitif
Nusa Dua (AGRINA-ONLINE.COM). Sebagai negara produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia memegang peranan yang sangat penting di pasar minyak nabati dunia, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap energi terbarukan, produk pangan, dan industri oleokimia. Menurut Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, saat ini minyak kelapa sawit Indonesia menyumbang sekitar 25% produksi minyak nabati dunia atau 59% produksi minyak kelapa sawit dunia.
“Produksi Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit Indonesia pada tahun 2023 sebesar 47,08 juta ton, di mana 10,2 juta ton digunakan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri untuk pangan, 2,3 juta ton untuk industri oleokimia, 10,6 juta ton untuk biodiesel, dan 23,98 juta ton untuk ekspor,” ujarnya dalam sambutan pada acara IPOC-20 di Nusa Dua Bali, kamis (7/11).
Industri kelapa sawit tidak hanya menjadi sumber utama pendapatan nasional, tetapi juga menyediakan lapangan pekerjaan bagi lebih dari 16 juta orang yang bekerja di industri kelapa sawit (on farm dan off farm), termasuk petani skala kecil di berbagai daerah di Indonesia.
“Apalagi, merujuk kisah the Goose with the Golden Eggs, menurut Sudaryono, industri kelapa sawit ibarat “angsa yang bertelur emas” bagi Indonesia. Karena itu, menjadi sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga dengan baik serta merawatnya agar industri sawit itu terus bertelur emas dan mensejahterakan bangsa Indonesia.” jelas Sudaryono.
Lebih lanjut, dia menguraikan, industri kelapa sawit merupakan tulang punggung perekonomian nasional, terutama di daerah-daerah yang sedang didorong pertumbuhannya. “Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memastikan bahwa industri ini dapat beroperasi secara berkelanjutan, efisien, dan kompetitif,” tegasnya.
Sudaryono menambahkan, pemerintah berkomitmen akan selalu mendukung industri kelapa sawit serta menetapkan kebijakan yang mengutamakan keberlanjutan dan memperkuat kapasitas industri nasional. Hal ini menguatkan pernyataan Mentri Koordinator Perekonomian, Erlangga Hartarto yang disampaikan dalam pidato pembukaan IPOC.
Menurut Erlangga, pemerintah banyak berharap pada industri kelapa sawit nasional. Karena itu, semua pihak diharapkan bisa bersinergi dalam mendorong komoditas strategis ini. Pemerintah pun siap mendukung dan bekerja sama. “Sikap kita terhadap EUDR (European Union Deforestation Regulation) sudah sangat jelas, bahwa kita menentang kebijakan tersebut,” tegasnya.
Langkah pemerintah yang menunjukkan dukungan terhadap industri sawit ini dilakukan untuk mengatasi hambatan ekspor minyak sawit di pasar global. Yang pasti, sambungnya, pemerintah telah mengenali tantangan-tantangan yang harus Indonesia hadapi, seperti tekanan dari luar terhadap industri sawit terkait dengan isu-isu lingkungan. Di samping itu, pemerintah juga mendorong peningkatan produktivitas di dalam negeri.
Airlangga menerangkan, sikap dan komitmen ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia. Terutama, mengenai pangan dan energi yang fokus dalam mendorong pemenuhan pasokan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor, serta menjamin keberlanjutan daya tahan ekonomi dan tujuan-tujuan pelestarian lingkungan.
“Kita sudah memperkenalkan beberapa strategi yang dilakukan untuk mengelola produksi minyak sawit yang kemudian mendorong basis ekonomi, energi dan ketahanan pangan sekaligus melakukan perlindungan terhadap lingkungan,” ujarnya.
Strategi yang dimaksud termasuk meningkatkan program replanting (peremajaan) petani sawit seperti program peremajaan sawit rakyat (PSR) sejak 2017. Pemerintah juga mendorong adopsi tata kelola perkebunan yang lebih baik dan panen yang lebih tinggi. Ketiga mendorong sertifikasi di industri minyak sawit seperti ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).
Menteri Perdagangan, Budi Santoso menyampaikan dukungan serupa dalam sambutannya melalui video. Ia berharap konferensi sawit internasional 2024 dapat menghasilkan masukan yang konstruktif bagi kementerian perdagangan. Terutama, untuk mendukung tiga fokus utama kemendag saat ini. Pemerintah tengah berkonsentrasi pada program pengamanan pasar dalam negeri, perluasan pasar ekspor, serta peningkatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
“Saya dan jajaran kemendag berkomitmen untuk mendukung dan terus bersinergi dengan para pemangku kepentingan di industri sawit,” ujar Budi Santoso. Dukungan tersebut akan diberikan baik melalui penerbitan kebijakan maupun melalui kemudahan akses pasar dalam perjanjian perdagangan.
Windi Listianingsih