Foto: Corcom AAL
Ciptakan Klon Unggul
Pangkalan Bun (AGRINA-ONLINE.COM) Industri kelapa sawit Indonesia menghadapi tantangan produktivitas dan stagnansi produksi selama lima tahun terakhir, ungkap data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Tingginya permintaan pasar, baik dalam negeri maupun luar negeri, dikhawatirkan akan mengancam ketersediaan pasokan minyak sawit.
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Puji Lestari menjelaskan, penggunaan varietas unggul menjadi salah satu upaya dalam mengoptimalkan produktivitas kelapa sawit di Indonesia. Melalui kerja sama dengan Astra Agro, BRIN mengembangkan teknik kultur jaringan sebagai metode klonal bibit sawit yang berkualitas.
“Diperlukan ekplorasi dan pengembangan varietas-varietas unggul kelapa sawit agar mampu menciptakan bibit yang berkualitas dengan produktivitas yang tinggi. Riset dan pengembangan diperlukan untuk mendorong mutu yang memperhitungkan keberlanjutan dan dampak lingkungan,” ujar Puji Lestari via pesan seluler, Senin (21/10).
Menurut Data yang dilansir GAPKI, produksi minyak sawit tahun 2023 meningkat 7,02% dibandingkan dengan 2022 yang mencapai 51,2 juta ton. Namun, produksi CPO dan PKO telah stagnan di sekitar 51 juta ton dalam periode 2019 hingga 2022.
Sejak tahun 2018, BRIN dan Astra Agro telah mengembangkan inovasi melalui teknik kultur jaringan untuk menciptakan klon unggul kelapa sawit. Hingga tahun 2024, penanaman klon unggul hasil kultur jaringan telah mencapai lebih dari 10 ribu tanaman yang berlokasi di salah satu perkebunan kelapa sawit Astra Agro di Kalteng.
Senior Vice President Research and Development Astra Agro Cahyo Wibowo mengungkapkan bahwa teknologi yang digunakan untuk menghasilkan klon melalui kultur jaringan saat ini dalam proses untuk mendapatkan hak paten bersama BRIN yang telah diajukan pada akhir 2023 silam. Melalui kerjasama BRIN, Astra Agro terus meningkatkan kloning (perbanyakan) tanaman menggunakan sumber materi genetik tanaman yang unggul.
“Pada prinsipnya, kandidat tanaman yang digunakan harus memiliki keunggulan spesifik seperti produktivitas yang tinggi berdasarkan hasil pengamatan komprehensif di lapangan. Optimalisasi metode kultur jaringan didorong melalui kerja sama ini untuk menghasilkan tanaman dengan jumlah yang besar dengan waktu yang relatif lebih cepat,” kata Cahyo Wibowo.
Menurut penelitian Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), produktivitas kelapa sawit dapat meningkat 20-25% dari tanaman konvensional jika dikembangkan melalui kultur jaringan. Cahyo Wibowo melanjutkan tanaman kelapa sawit dari hasil kultur jaringan memiliki sifat genetik yang sama dengan pohon yang akan dikloning.
“Tidak hanya dari varietas unggul, produktivitas tanaman juga harus didukung dengan pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, serta teknologi kecerdasan buatan yang membantu proses budi daya tanaman sawit. Untuk itu, inovasi dalam perawatan tanaman juga tetap harus dieksplorasi,” tuturnya.
Sebelumnya, Astra Agro telah menciptakan pupuk hayati Astemic yang dikembangkan dengan pemanfaatan teknologi hayati mikroba unggul yang bersumber dari kebun-kebun Astra Agro. Pupuk hayati ini telah digunakan secara internal yang berhasil mengurangi 25% penggunaan pupuk kimia selain juga mengurangi emisi karbon. Dengan kolaborasi BRIN, Astra Agro membuka diskusi untuk turut melakukan inovasi pengembangan pupuk hayati yang dapat memenuhi prinsip berkelanjutan.
Sabrina Yuniawati