Foto: Humas Bulog
BULOG SERAP GABAH PETANI
Banyuwangi (AGRINA-ONLINE.COM) Perum BULOG melakukan penyerapan gabah melalui kemitraan Program Mitra Tani Bulog di wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Luas lahan panen di Desa Watukebo, Kabupaten Banyuwangi sekitar 6 Ha dari luas total lahan project kemitraan sinergis yaitu 31 Ha.
Direktur Bisnis Perum BULOG, Febby Novita menyampaikan, panen hari ini membuktikan BULOG hadir ditengah kondisi cuaca dan iklim tidak menentu atau berubah-ubah. Namun BULOG melakukan kerjasama dengan menjemput ke Hulu.
“BULOG melakukan kolaborasi dengan Pandawa Agri Indonesia melalui Program Mitra Tani. Jadi Program Mitra Tani ini, dimana nanti Program Kemitraan, bagaimana kita berkolaborasi dengan perusahaan ataupun Kelompok Tani atau Gapoktan. Melalui Mitra Tani, yang mengedepankan kolaborasi dengan petani, kami memperkuat rantai pasokan, meningkatkan produktivitas pertanian, dan memberikan pelatihan kepada petani mengenai metode pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan,” katanya, Rabu (16/10).
Menanggapi tantangan ini, dalam memenuhi kebutuhan stok dalam negeri, Bulog dengan bangga memperluas jangkauan Program Mitra Tani, sebuah inisiatif hulu yang dirancang untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan dengan mendukung petani secara langsung di Banyuwangi.
Program ini berfokus pada peningkatan akses terhadap sumber daya pertanian krusial seperti pupuk dan benih, sekaligus menawarkan pembiayaan produksi untuk memastikan petani dapat menjalankan praktik pertanian berkelanjutan.
Direktur Human Capital, Sudarsono Hardjosoekarto menyampaikan, menghasapi perubahan iklim secara global. BULOG tetap menjalankan tugas dari dua sisi, pertama, BULOG mengantarkan kebaikan kepada seluruh masyarakat atau konsumen dengan cara menjamin ketersediaan beras dan pangan pokok lain di semua tempat.
“Ketersediaan beras dan pangan pokok, baik melalui bantuan pangan maupun mekanisme pasar atau operasi pasar yang disebut SPHP saat ini sedang dijalankan. Selain itu konsumen yang mengkonsumsi khususnya beras dan bahan pokok lain tidak mengalami kesulitan dan merasa aman akan ketersediaan cadangan pangan yang tersedia di berbagai gudang-gudang Bulog di seluruh indonesia dari Sabang sampe Merauke tetap terjaga,” ungkapnya.
Lanjutnya, BULOG bersahabat dengan petani, Program Mitra Tani ini terus Bulog kembangkan di berbagai tempat dan sudah dikembangkan juga pilot project diberbagai tempat bahkan nanti bekerjasama dengan TNI AD yang sudah mengembangkan tempat-tempat yang tadinya sumber daya airnya masih terbatas.
“Disediakan alat-alat supaya airnya cukup dan itu ada diberbagai provinsi, itu nantinya kerjasama dengan Bulog, itu salah satu bentuk wujud dari Bulog bersahabat dengan petani,” ungkapnya.
Sudarsono menambahkan, BULOG merencanakan untuk memperkuat cadangan pangan. Salah satunya bersahabat dengan petani di daerah-daerah atau lahan marginal yang masih luas di berbagai tempat seperti di Sulawesi, Kalimantan dan di berbagai provinsi yang lain.
Menjelang Tahun depan, akan ada musim panen bulan Februari 2024. Sehingga mendorong untuk produksi sebanyak mungkin dalam negeri, termasuk program-program mendorong pemuda-pemuda tani, anak-anak muda tani didesa ini supaya mencintai bertanam supaya produksinya bagus.
“Selain dukungan finansial, program ini menyediakan bantuan agronomi yang komprehensif, termasuk panduan tentang pengelolaan tanaman dan teknik pemanenan yang optimal, guna memastikan ketahanan jangka panjang di sektor pertanian.” Tambah Sudarsono.
CEO PT Pandawa Agri Indonesia menyampaikan, inovasi dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan petani sekaligus menjaga kesehatan lingkungan dan tanah. Produk dalam paket PPAI merupakan alternatif ramah lingkungan terhadap input konvensional, sehingga pertanian lebih berkelanjutan dan mendukung keberhasilan pertanian jangka panjang.
“Petani dapat memperoleh laba bersih yang lebih tinggi, memanfaatkan kondisi pasar yang menguntungkan, dan mampu mengadopsi praktik pertanian yang lebih berkelanjutan,” jelasnya.
Arvy Rizaldy, petani muda Banyuwangi menyatakan bahwa sektor pertanian padi menghadapi tantangan yang signifikan, dengan hanya 21,9% petani berusia 16-30 tahun. Banyak anak muda menghindari pertanian karena kurangnya minat dan persepsi negatif terhadap profesi tersebut.
“Bertani dengan Teknologi PPAI menurunkan hambatan bagi generasi muda karena prosesnya disederhanakan dan menerima pendampingan yang erat. Selain itu, hasilnya lebih menguntungkan, menjadikan pertanian sebagai pilihan karir yang lebih menarik dan layak bagi kaum muda,” pungkasnya
Sabrina Yuniawati