Foto: DOK. FMC
Kru FMC, Staf Ditjen PSP, Kementan, Staf Dinas Pertanian, dan para petani Jempolan
Agar para petani memperoleh manfaat pestisida yang maksimal, mereka perlu mendapatkan edukasi cara penggunaan dan penanganannya secara tepat.
FMC Indonesia menggelar acara Stewardship Day di tiga kota, yakni Demak (Jawa Tengah) pada 25 Juli 2024, Bima (Nusa Tenggara Barat) 31 Juli 2024, dan Nganjuk (Jawa Timur) 22 Agustus 2024. Di setiap kota acara berlangsung cukup meriah karena dihadiri ratusan petani, Staf Dinas Pertanian setempat, dan penyuluh pertanian.
Stewardship, menurut Yagus M. Darajat, Brand Manager FMC, adalah tata cara mengelola suatu bahan perlindungan tanaman (pestisida), mulai dari hulu sampai ke hilir, mulai dari penelitian, produksi pengantaran produk, saat penggunaan pestisida, sampai terakhir nanti pemusnahan botol kemasannya.
“Ini akan ada hubungannya dengan yang saat ini lagi viral yakni pemalsuan karena kebanyakan kasus pemalsuan itu terjadi mereka memanfaatkan botol-botol bekas kemasan yang tidak kita rusak,” ujarnya pada Stewardship Day di Nganjuk.
Pada acara yang sama, Shierly Margono, Regulatory Manager FMC, menjelaskan, “Kegiatan ini merupakan komitmen dari kami untuk terus mengawal dan mengedukasi para petani di Indonesia terutama dalam meminimalkan risiko terjadinya kontaminasi dalam penggunaan pestisida.
Selain itu juga dalam penggunaan label pestisida secara efektif dan bijaksana karena kita tahu sekarang banyak sekali beredar pestisida palsu. Jadi, memang petani harus berhati-hati sekali, jangan sampai membeli yang palsu, terus nanti panennya gagal.”
Perlunya Edukasi
Penyelenggaraan acara FMC ini tak terlepas dari kebiasaan banyak petani yang belum memahami pentingnya menggunakan pestisida secara aman. Rasmin, petani di Nganjuk mengakui, “Mayoritas para petani itu kurang tepat dan kurang bagus dalam penanganan pestisida dan menjaga keamanan dirinya saat penyemprotan.”
Demikian pula Ahmad, juga di Nganjuk, mengungkap, kebanyakan petani menyepelekan efek bahan-bahan kimia yang ada di obat-obat (pestisida) tertentu.
Sementara Samsudin, petani di Bima, dengan jujur menuturkan, selama tiga tahun menyemprotkan pestisida ia tidak pernah memakai masker, tidak memakai sarung tangan, dan sambil mengisap rokok. “Ya karena Alat Pelindung Diri (APD). Kalau ada saya pakai,” cetusnya.
Dalam acara bincang-bincang di panggung, Agus Yuni Purwanto, SP, MM, Kabag Perlindungan Tanaman, Dinas Pertanian Nganjuk, menuturkan, “Petani kita ini sudah terbiasa main campur mencampur obat, jadi enggak cuman apa sprite dicampur spiritus dan sebagainya tapi pestisida itu mesti dicampur macam-macam. Teman-teman dari FMC bisa menyampaikan ke petani bahwa tidak semua pestisida itu bisa dicampur.”
Pada kesempatan yang sama, Lilis Sulastrie, SE, Pengawas Perizinan Pupuk dan Pestisida, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementan, menekankan pentingnya mencermati label pestisida.
“Label itu sangat penting karena mencantumkan dosis, aturan keselamatan, dan juga tanggal expired dan nomor izin pestisida,” ujarnya.
Rangkaian Acara
Di setiap kota, staf lapangan FMC membuat demplot khususnya padi yang diberi perawatan menggunakan produk-produk FMC. Para petani yang hadir diarahkan untuk melihat dan mencermati pertanaman demplot tersebut lalu mendapat pencerahan tentang manfaat dan cara aplikasinya secara tepat dan aman.
Para kru FMC juga menjabarkan tentang stewardship, praktik kalibrasi alat aplikasi, pengenalan produk FMC, dan pembagian APD.
Kali ini FMC memfokuskan pada produk Marshal®5 GR dan Rovral 50WP. Marshal®5GR merupakan insektisida dan nematisida sistemik racun kontak dan lambung berbentuk butiran untuk mengendalikan hama pada tanaman jagung, kelapa sawit, padi, dan pisang.
Pada padi, produk berbahan aktif karbosulfan ini untuk mengendalikan hama Wereng Batang Cokelat (Nilaparvata lugens) dan penggerek batang kuning (Scirpophaga innotata).
Marshal® 200SC, insektisida sistemik racun kontak dan lambung berbentuk pekatan suspensi berwarna coklat muda berbahan aktif karbosulfan 20% untuk mengendalikan hama serangga pada tanaman kapas, nanas, padi, dan teh. Pada padi, terdaftar untuk mengendalikan penggerek batang dan walang sangit.
Marshal® 25DS, insektisida sistemik racun kontak dan lambung berbentuk tepung denga bahan aktif karbosulfan 25%. Fungsinya untuk mengendalikan hama pada tanaman bawang merah, padi gogo, jagung, dan kedelai dengan cara perlakuan benih.
Rovral 50 WP adalah fungisida kontak berbentuk tepung untuk mengendalikan penyakit pada tanaman bawang daun, bawang merah, cabai, kentang, mangga, tembakau dan tomat.
Para petani peserta menyambut baik acara FMC ini. Mereka mengaku semakin tahu menggunakan alat-alat pengaman pelindung tubuh karena itu untuk kesehatan maupun keselamatan dalam melakukan penyemprotan di lahan.***