Foto: DOK. NFA
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi (tengah) bersama pelaku industri gula ASEAN plus Australia
Pelaku Industri Gula ASEAN Rancang Strategi Hadapi Tantangan Pangan Global
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM) – Meluasnya tantangan pangan secara global akibat naiknya permintaan terhadap kebutuhan pangan dan perubahan iklim serta konflik geopolitik harus menjadi perhatian bagi para pelaku usaha pangan.
Kepala Badan Pangan Nasional (National Food Agency - NFA) Arief Prasetyo Adi menyerukan ikhwal tersebut saat membuka 6th Meeting of ASEAN Sugar Alliance (ASA)' di Jakarta, Selasa (25/6/2024).
Dalam pertemuan tahunan ASA ini, Arief mendorong pelaku usaha gula se-Asia Tenggara untuk semakin memperkuat implementasi prinsip Environment, Social, and Governance (ESG).
“Saya berharap semua delegasi negara mempunyai pandangan yang sama bahwa saat ini adalah kesempatan berharga untuk bertukar pengetahuan guna mengembangkan kebijakan, inovasi, dan teknologi. Kami juga mendorong pelaku usaha budidaya tebu dan produksi gula untuk konsisten menerapkan prinsip ESG. Ini penting dilakukan sesegera mungkin agar industri gula semakin mendukung percepatan perwujudan keberlanjutan bagi generasi yang akan datang,” lanjutnya.
Pada Februari 2024 Presiden Jokowi pernah mengingatkan perlunya berbagai langkah antisipasi untuk menyikapi ketidakpastian ekonomi global, konflik geopolitik, dan dampaknya terhadap ekonomi nasional maupun regional. Untuk itu, Arief meminta Forum '6th Meeting of ASA’ menjadi ajang tukar gagasan dan membuahkan rancangan strategi untuk eskalasi industri pergulaan skala regional Asia Tenggara.
“Forum hari ini perlu membahas perkembangan pasar dan produksi gula dan nongula juga. Lalu seperti apa perkembangan kebijakan terkait etanol atau produk turunan lainnya untuk optimasi utilisasi tebu pada bidang lain serta bagaimana tentang kebijakan WTO yang terkini. Tentang penelitian juga perlu didiskusikan karena ini merupakan kesempatan bagi kita semua untuk bertukar informasi dan menyusun strategi penguatan industri gula,” ujar Kepala NFA itu.
NFA memproyeksikan, produksi gula nasional berkisar 2,384 juta ton. Sementara, estimasi kebutuhan setahun konsumsi gula 2,933 juta ton sehingga masih ada kekurangan sekitar 549 ribu ton.
“Dalam peningkatan daya saing industri gula, Asosiasi Gula Indonesia (AGI) dan ASEAN Sugar Alliance (ASA) perlu terlibat aktif dalam memberikan rekomendasi dan saran kepada pemerintah. Tentu ada banyak tantangan yang memerlukan penyelesaian, misalnya peningkatan produksi, memperkuat penelitian untuk varietas tebu unggul, produktivitas tebu dan tingkat pemulihan gula,” sebut Arief.
“Dengan semangat yang sama, saya yakin AGI dan ASA dapat secara efektif mengatasi tantangan tersebut dan mempelopori industri gula menuju masa depan yang lebih cerah dan sejahtera. Saya sangat yakin pertemuan ini akan bermanfaat dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi perkembangan industri gula di ASEAN,” pungkasnya.
Sementara Chairman Thai Sugar Millers Pramode Vidtayasuk mengatakan, “Aliansi ASA telah menjadi forum ASA Plus One dengan partisipasi dari Australia sejak pertemuan terakhir di tahun lalu. ASA ini adalah organisasi persahabatan dan ini bernilai berbentuk pertukaran informasi dan promosi bisnis, serta kerja sama teknis sesama industri gula.”
“Industri gula itu menghadapi banyak konflik, seperti biaya produksi yang tinggi berkaitan dengan harga dan kualitas gula, sehingga pada pertemuan ini, kita akan mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan bertukar informasi serta penyampaian pendapat tentang berbagai topik menarik yang bermanfaat bagi pengembangan keberlanjutan industri gula,” tandasnya.
Dalam konferensi ini turut hadir Ketua Umum AGI Frans Marganda Tambunan, Ketua Umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI) Aris Toharisman dan perwakilan dari BUMN pangan ID FOOD dan PTPN III. Selain itu, ada sejumlah delegasi pengusaha gula dari Thailand, Vietnam, Myanmar, Malaysia, Laos, Filipina, dan Australia.
Peni Sari Palupi