Foto: Humas Ditjen PDSPKP
Ikan Nila Indonesia menjadi salah satu primadona produk perikanan yang dipercaya di pasar internasional. Tilapia (ikan Nila) Indonesia di pasar AS merupakan produk premium dan bersertifikat ekolabel
JAKARTA (AGRINA-ONLINE.COM) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) optimistis komoditas tilapia Indonesia akan menjadi primadona pasar dunia. Hal tersebut didasarkan pada posisi Indonesia yang saat ini menempati peringkat keempat eksportir tilapia dunia dengan nilai mencapai USD79 juta dan market share sebesar 9,7%. Pada tahun 2023 nilai ekspor tilapia juga Indonesia tumbuh menjadi USD82 juta.
Adapun pasar global tilapia tahun 2022 mencapai USD1,65 miliar yang terdiri dari 60% ekspor dengan dalam bentuk produk fillet beku, 22% utuh beku, 14% filet segar/dingin dan 4% utuh segar/dingin.
"Trend 2017-2023 ekspor tilapia kita tumbuh sebesar 7%, ini menunjukkan bahwa tilapia kita mampu bersaing di pasar global," terang Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo melalui keterangan tertulisnya, di Jakarta (16/2).
Budi mengungkapkan di Tahun 2022, produk tilapia Indonesia mayoritas menembus pasar AS, Uni Eropa dan Kanada, dari sejumlah top importir produk tilapia yang meliputi Amerika Serikat (AS), Meksiko, Uni Eropa, Timur Tengah, Pantai Gading dan Kanada.
"Artinya pasar yang lain masih sangat potensial untuk kita kembangkan misalnya Timur Tengah selain yang sudah existing," tuturnya.
Budi menambahkan tilapia Indonesia memiliki keunggulan dibanding kompetitor karena tersertifikasi ekolabel. Produk tersebut pun dihargai paling tinggi dibanding produk sejenis dari Tiongkok, Taiwan dan Honduras di pasar AS.
Selain itu, selama 2021-2022 tidak terdapat penolakan ekspor tilapia Indonesia ke pasar AS. Sementara di periode yang sama, terdapat 17 penolakan terhadap produk Tiongkok karena isu veterinary drugs, labelling, nitrofurans dan pestisida.
"Tilapia Indonesia di pasar AS merupakan produk premium dan bersertifikat ekolabel," urai Budi.
Dalam kesempatan ini, Budi menuturkan tilapia sebagai komoditas potensial yang perlu dikembangkan mengingat semua bagian tubuhnya bisa diolah (zero waste). Misalnya kepala ikan sebagai bahan menu masakan lokal, sisik menjadi kolagen dan gelatin untuk kosmetik, kulit untuk pengobatan luka bakar (farmasi), duri ikan dan intestine menjadi tepung ikan bahan pakan ikan serta minyak ikan untuk biofuel.
"Jadi tidak ada yang terbuang karena semua bagian tubuhnya bernilai tambah jika diolah," ujarnya.
Dikatakannya, saat ini KKP terus memperkuat kemitraan pelaku usaha menengah atau besar dengan masyarakat lokal dalam rangka pengembangan budidaya tilapia mulai dari pembenihan, pembesaran sampai dengan pemasaran.
"Kita juga berupaya untuk membuka akses pasar dan promosi ke negara Asia dan Timur Tengah dalam rangka peningkatan ekspor tilapia Indonesia," tutupnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti wahyu Trenggono menegaskan KKP akan fokus pada 5 porgram prioritas dimana salah satunya ialah pembangunan budidaya laut, pesisir dan darat berkelanjutan dengan mendirikan kampung budidaya. Tahun 2023 lalu, KKP juga mulai membangun modelling klaster budidaya ikan nila salin di Karawang, Jawa Barat yang diharapkan dapat memicu kegiatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Windi Listianingsih