Foto: Ditjen Perikanan Budidaya KKP
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu melakukan pengukuhan dan pelantikan pengurus pusat Asosiasi Tilapia Indonesia (ATI) di Jakarta, tanggal 15 November 2023. ATI telah dibentuk tanggal 10 Agustus 2023 di Bandung yang merupakan suatu wadah organisasi yang menaungi para pelaku bisnis tilapia mulai dari budidaya sampai ke pengolahan.
JAKARTA (AGRINA-ONLINE.COM) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyambut positif terbentuknya Asosiasi Tilapia Indonesia (ATI). KKP berharap organisasi yang mewadahi para pelaku usaha bisnis tilapia tersebut dapat bersinergi dalam mengembangkan tilapia mulai dari budidaya hingga ke pengolahan atau hulu hilir.
“Tilapia memiliki potensi besar dikembangkan. Pasalnya potensi pasar atau global market value ikan nila begitu besar. Merujuk data Future Market Insights 2023, di tahun ini potensi pasar ikan nila global diperkirakan nilainya mencapai USD13,9 miliar. Diprediksi 10 tahun ke depan, potensi nilainya akan meningkat menjadi USD21,6 miliar. Ini peluang yang luar biasa dan besar, potensi budidaya tilapia dapat meningkatkan perekonomian negara,” jelas Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu usai melakukan pengukuhan dan pelantikan pengurus pusat ATI.
Dirjen Tebe mengungkapkan apresiasi dengan resminya terbentuk asosiasi yang bergerak di komoditas tilapia. Selama ini belum ada komunitas atau organisasi para pelaku usaha hulu-hilir tilapia skala nasional. ATI ini telah dibentuk tanggal 10 Agustus 2023 di Bandung yang merupakan suatu wadah organisasi yang menaungi para pelaku bisnis tilapia mulai dari budidaya sampai ke pengolahan.
“Kami berharap dengan resmi dibentuk ATI ini, komunikasi akan menjadi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kami pun berharap dari sini seluruh pihak akan saling menjembatani semua tantangan dan masalah untuk dihadapi bersama. Karena target dari program tidak akan tercapai kalau berjalan sendiri, perlu ada kerjasama dan kolaborasi antara semua pemangku kepentingan, pemerintah, akademisi, perusahaan, hingga masyarakat pembudidaya,” papar Tebe.
Pentingnya konsolidasi, ungkap Dirjen Tebe dalam menghadapi setiap tantangan dalam pengembangan budidaya tilapia di Indonesia. Sehingga ke depan, dengan adanya ATI ini dapat mengkonsolidasikan produksi tilapia Indonesia serta pemasarannya.
Dalam mendorong peningkatan produksi tilapia Indonesia, KKP saat ini juga telah membangun Modeling Budi Daya Nila Salin Berbasis Kawasan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang. Modelling ini harapannya bisa menjadi proyek percontohan klaster budidaya ikan nila salin. “Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin (BINS) ini dibangun sebagai salah satu upaya dalam rangka mencapai target produksi ikan nila nasional di tahun 2024 sebesar 2,46 juta ton atau senilai Rp61,2 triliun. Selain itu sebagai upaya pemerintah pusat dalam mendorong peningkatan produktivitas tambak idle di Pantura Jawa. Agar perekonomian di wilayah tersebut menggeliat, tenaga kerja juga akan meningkat dan multiplier effect terus tumbuh,”harap Tebe.
Merujuk dari Satu Data KKP, adanya penurunan produktivitas tambak di Pantura akibat penurunan daya dukung yang diperkirakan mencapai luas 78.600 ha. Menyikapi hal tersebut, pemerintah terus berupaya agar produktivitas tambak idle terus meningkat yaitu menawarkan budidaya ikan nila salin sebagai salah satu solusi untuk permasalahan tambak idle tersebut. Dikarenakan kemampuan ikan nila salin yang telah terbukti dapat tumbuh dengan baik pada salinitas tinggi.
Dirjen Tebe menambahkan pembangunan model percontohan budidaya ikan nila salin yang diterapkan adalah berbasis darat (land based), dan bukan danau (lake based). Sehingga model percontohan tersebut selain dengan memperhitungkan keuntungan finansial, juga tetap mengedepankan ekologi.
Alwi Tunggul Prianggolo juga telah resmi dilantik sebagai Ketua ATI 2023-2028. Sosok pembudidaya ikan asli Blitar Jawa Timur ini merupakan pembudidaya ikan nila salin di pantura Jawa, yang telah sukses sejak tahun 2020 membudidayakan ikan nila salin. Lokasi tepatnya di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu yang juga merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai kampung perikanan budidaya oleh KKP pada tahun 2022 lalu.
Ketua ATI mengakui usaha budidaya ikan nila salin yang telah digelutinya bisa cepat panen dan untung berlipat. Telah terbukti di wilayah kampung perikanan budidaya ikan nila salin tersebut para generasi milenial banyak yang bergerak menggeluti usaha budidaya ikan nila salin untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dipilihnya ikan nila salin lantaran lebih kuat jika dibandingkan dengan nila biasa dan rasanya lebih gurih.
“Ikan nila tidak hanya memenuhi permintaan pasar lokal, tapi juga pasar luar negeri terutama Amerika Serikat (AS). Sehingga peluang pasar ikan nila masih terbuka lebar. AS membutuhkan ikan nila berupa fillet,”ungkap Alwi.
Alwi mengungkapkan dan mengajak semua pelaku bisnis tilapia Indonesia untuk bergabung, berkonsolidasi dan bertukar informasi seputar inovasi teknologi pengembangan budidaya ikan nila salin yang memenuhi prinsip Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), serta berbasis ekonomi biru. Mulai dari informasi benih ikan nila yang bermutu hingga pemasarannya.
“Semoga harapan kita semua yaitu terwujudnya industri tilapia Indonesia yang berdaya saing dan berkelanjutan. Sehingga kesejahteraan para pembudidaya Tilapia Indonesia tentunya terus meningkat”, harap Alwi.
Alwi menjabarkan ada tiga poin penting dalam usaha budidaya ikan nila salin. Pertama itu standardisasi, dalam budidaya ikan nila salin poin utamanya adalah menerapkan cara pembenihan ikan yang baik (CPIB) dan cara budidaya ikan yang baik (CBIB). Agar konsep ekonomi berkelanjutan dan kesehatan lingkungan selalu terjaga. Kedua yaitu pemanfaatan lahan-lahan yang ideal dengan selalu menerapkan konsep ekonomi biru yang digagas oleh Bapak Menteri Sakti Wahyu Trenggono. Dan terakhir, penggunaan induk dan benih ikan yang standar dan bersertifikat atau jelas asalnya, supaya budidaya lebih produktif dan hasilnya memiliki daya saing yang tinggi,” tandas Alwi.
“Kami berharap dengan resmi dibentuk ATI ini, komunikasi akan menjadi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kami pun berharap dari sini seluruh pihak akan saling menjembatani semua tantangan dan masalah untuk dihadapi bersama. Karena target dari program tidak akan tercapai kalau berjalan sendiri, perlu ada kerjasama dan kolaborasi antara semua pemangku kepentingan, pemerintah, akademisi, perusahaan, hingga masyarakat pembudidaya,” papar Tebe.
Pentingnya konsolidasi, ungkap Dirjen Tebe dalam menghadapi setiap tantangan dalam pengembangan budidaya tilapia di Indonesia. Sehingga ke depan, dengan adanya ATI ini dapat mengkonsolidasikan produksi tilapia Indonesia serta pemasarannya.
Dalam mendorong peningkatan produksi tilapia Indonesia, KKP saat ini juga telah membangun Modeling Budi Daya Nila Salin Berbasis Kawasan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang. Modelling ini harapannya bisa menjadi proyek percontohan klaster budidaya ikan nila salin. “Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin (BINS) ini dibangun sebagai salah satu upaya dalam rangka mencapai target produksi ikan nila nasional di tahun 2024 sebesar 2,46 juta ton atau senilai Rp61,2 triliun. Selain itu sebagai upaya pemerintah pusat dalam mendorong peningkatan produktivitas tambak idle di Pantura Jawa. Agar perekonomian di wilayah tersebut menggeliat, tenaga kerja juga akan meningkat dan multiplier effect terus tumbuh,”harap Tebe.
Merujuk dari Satu Data KKP, adanya penurunan produktivitas tambak di Pantura akibat penurunan daya dukung yang diperkirakan mencapai luas 78.600 ha. Menyikapi hal tersebut, pemerintah terus berupaya agar produktivitas tambak idle terus meningkat yaitu menawarkan budidaya ikan nila salin sebagai salah satu solusi untuk permasalahan tambak idle tersebut. Dikarenakan kemampuan ikan nila salin yang telah terbukti dapat tumbuh dengan baik pada salinitas tinggi.
Dirjen Tebe menambahkan pembangunan model percontohan budidaya ikan nila salin yang diterapkan adalah berbasis darat (land based), dan bukan danau (lake based). Sehingga model percontohan tersebut selain dengan memperhitungkan keuntungan finansial, juga tetap mengedepankan ekologi.
Alwi Tunggul Prianggolo juga telah resmi dilantik sebagai Ketua ATI 2023-2028. Sosok pembudidaya ikan asli Blitar Jawa Timur ini merupakan pembudidaya ikan nila salin di pantura Jawa, yang telah sukses sejak tahun 2020 membudidayakan ikan nila salin. Lokasi tepatnya di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu yang juga merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai kampung perikanan budidaya oleh KKP pada tahun 2022 lalu.
Ketua ATI mengakui usaha budidaya ikan nila salin yang telah digelutinya bisa cepat panen dan untung berlipat. Telah terbukti di wilayah kampung perikanan budidaya ikan nila salin tersebut para generasi milenial banyak yang bergerak menggeluti usaha budidaya ikan nila salin untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dipilihnya ikan nila salin lantaran lebih kuat jika dibandingkan dengan nila biasa dan rasanya lebih gurih.
“Ikan nila tidak hanya memenuhi permintaan pasar lokal, tapi juga pasar luar negeri terutama Amerika Serikat (AS). Sehingga peluang pasar ikan nila masih terbuka lebar. AS membutuhkan ikan nila berupa fillet,”ungkap Alwi.
Alwi mengungkapkan dan mengajak semua pelaku bisnis tilapia Indonesia untuk bergabung, berkonsolidasi dan bertukar informasi seputar inovasi teknologi pengembangan budidaya ikan nila salin yang memenuhi prinsip Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), serta berbasis ekonomi biru. Mulai dari informasi benih ikan nila yang bermutu hingga pemasarannya.
“Semoga harapan kita semua yaitu terwujudnya industri tilapia Indonesia yang berdaya saing dan berkelanjutan. Sehingga kesejahteraan para pembudidaya Tilapia Indonesia tentunya terus meningkat”, harap Alwi.
Alwi menjabarkan ada tiga poin penting dalam usaha budidaya ikan nila salin. Pertama itu standardisasi, dalam budidaya ikan nila salin poin utamanya adalah menerapkan cara pembenihan ikan yang baik (CPIB) dan cara budidaya ikan yang baik (CBIB). Agar konsep ekonomi berkelanjutan dan kesehatan lingkungan selalu terjaga. Kedua yaitu pemanfaatan lahan-lahan yang ideal dengan selalu menerapkan konsep ekonomi biru yang digagas oleh Bapak Menteri Sakti Wahyu Trenggono. Dan terakhir, penggunaan induk dan benih ikan yang standar dan bersertifikat atau jelas asalnya, supaya budidaya lebih produktif dan hasilnya memiliki daya saing yang tinggi,” tandas Alwi.
Sebagai Informasi, Indonesia memiliki sejumlah negara tujuan ekspor utama dimana Amerika Serikat (USA) menduduki posisi teratas dengan pangsa pasar mencapai 62% (7.088 ton) dari total ekspor ikan nila Indonesia. Ini menunjukkan seberapa signifikan peran USA dalam menyerap produksi ikan nila Indonesia ke pasar internasional. Berdasarkan bentuk produk, impor tilapia ke AS didominasi dalam bentuk filet beku dengan pangsa pasar 66%. Selain Amerika Serikat, negara tujuan ekspor nila Indonesia adalah Kanada (14%) dan Uni Eropa (8%).
Windi Listianingsih