Selasa, 15 Agustus 2023

Kampanye Hitam Harus Dilawan

Kampanye Hitam Harus Dilawan

Foto: Sabrina Yuniawati
Serangan negatif pada sawit harus diubah dengan fakta yang didapat secara empiris

Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM) - Pihak Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) kembali mengeluarkan dan membedah buku berjudul “Mitos vs Fakta, Industri Sawit Indonesia” Edisi 4 terkait dengan isu ekonomi, sosial, dan lingungan. Peluncuran buku tersebut didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
 
Menurut Direktur Eksekutif PASPI, Tungkot Sipayung, kampanye hitam terhadap industri sawit terus terjadi yaitu isu negatif berkaitan tentang ekonomi, sosial, lingungan, dan kesehatan. Hal ini tentu menghambat jalannya ekspor sawit Indonesia.
 
“Contoh kampanye negatif minyak sawit yaitu sisi kesehatan. Isu minyak sawit mengandung kolesterol. Tanaman sawit tidak menghasilkan kolesterol tapi hewan yang menghasilkan kolesterol. Begitu hebatnya persepsi negatif sawit yang mengandung kolesterol hingga saat ini. Hal ini perlu adanya sosialisasi jangan ada lagi isu tersebut yang merupakan mitos sehingga mempengaruhi perilaku konsumen,” tegasnya saat bedah buku, Jakarta (14/7).
 
Tungkot menambahkan, berbagai isu yang menyerang industri sawit dari lokal dan internasional atau global. PASPI bersama lembaga peneliti dan perguruan tinggi melakukan penelitian terhadap sawit. Hal ini akan menghasilkan fakta dan mitos terhadap sawit sehingga dapat menyampaikan sesuai bukti yang didapat.
 
“Hasil dari fakta dan mitos ini merupakan bagian dari metodologi, hasil yang didapat tidak dibuat-buat atau dikarang tapi dihimpun dari penelitian. Penelitian buku edisi 4 ini terkait isu dan dinamika kondisi sawit dilevel nasional dan global,” jelasnya.
 
Senada dengan Tungkot, Eddy Abdurrachman, Direktur Utama BPDPKS mengatakan, serangan negatif pada sawit harus diubah dengan fakta yang didapat secara empiris. Citra baik sawit bisa meningkat baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
 
“PASPI memiliki senjata dan bekal utama dalam rangka menangkal serangan negatif diperoleh dari data fakta di dalam buku ini. Buku ini bisa digunakan untuk kampanye sawit untuk memerangi isu negatif. Perlu adanya sosialisasi ke kampus-kampus untuk bekal anak muda dari fakta sawit untuk melawan mitos sehingga pola pikir dapat berubah,” terangnya.   
 
Ketua Dewan Pembina PASPI, Bungaran Saragih menyebutkan, Indonesia telah berkomitmen mencapai keberlanjutan (sustainability) sawit menangkal serangan isu negatif terhadap sawit.
 
“Kita sudah adopsi sustainability goal menjadi agenda. Bahkan sebelumnya mengadopsi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Kita tidak boleh kalah, bicara sustainability kita punya ISPO dari tahun 2011. Sebagian sawit sudah mendapatkan ISPO. Sustainability  kita akan lebih baik lagi dari tahun kemarin itu bagian dari komitmen. PASPI mengajak seluruh stakeholder membangun sawit. Industri sawit dapat kontribusi besar bagi masyarakat dunia,” tegasnya.       
 
Bungaran menambahkan, industri sawit mempertaruhkan 2,5 juta rumah tangga petani dan 16,5 juta tenaga kerja. Tidak hanya itu, tapi juga mempengaruhi sumber devisa negara yaitu dapat menyumbang devisa sekitar US$ 39 miliar pada 2022.
 
“Industri sawit nasional merupakan salah satu sektor strategis dalam pembangunan nasional. Kontribusi dalam bidang lingkungan, sosial, dan ekonomi. Industri sawit telah berkontribusi besar dalam surplus perdagangan nasional pada 3 tahun terkahir terutama pada saat pandemi Covid-19,” katanya.  
 
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud menjelaskan, buku ini diperbarui dari edisi sebelumnya. Sehingga banyak data dan fakta yang didapat untuk menghapus isu negatif sawit.
 
“Sawit merupakan komoditas paling penting. Kurang lebih 16 juta rakyat terlibat dalam industri sawit. Sehingga harus bersama-sama berjuang dan terlibat dalam siklus sawit. Kita harus menjaga ekonomi ini, karena belum ada sumber ekonomi lain dari komoditas yang ekonomis, kompetitif dan daya saing tinggi di dunia selain sawit,” pungkasnya.
 
 
 
Sabrina Yunawati

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain