Foto: BPPSDMP
Pelaksanaan Program CSA dalam proyek SIMURP di Cirebon berhasil menaikkan produktivitas padi sebesar 0,5-1,5 ton/ha
Tujuan utama Program SIMURP untuk membangun resiliensi ketangguhan pertanian Indonesia terhadap perubahan iklim.
Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian melalui program andalan. Salah satunya, Program Climate Smart Agriculture (CSA), Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) di Desa Pasuruan, Kecamatan Pabedilan,Kabupaten, Cirebon, Jawa Barat (Jabar).
Program CSA ini digagas oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP). Pasalnya, fenomena iklim ekstrem atau El Nino akan berdampak pada penurunan produksi sehingga perlu mitigasi untuk menjaga produksi.
Tantangan Pembangunan Pertanian
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan, tantangan pembangunan pertanian terdiri dari perubahan iklim (climate change), degradasi lahan, saprodi (sarana produksi) terbatas, pupuk kimia mahal, serta produksi tidak efisien dan menurun.
“Masalah pangan adalah masalah yang sangat utama dan menentukan hidup matinya suatu bangsa. Oleh karena itu, gencarkan olah tanah, olah tanam, dan manfaatkan lahan pekarangan, terutama pangan lokal. Semua harus mendukung gerakan ketahanan pangan nasional,” ujarnya, Jabar (8/8).
Kabadan menambahkan, tujuan utamaProgram SIMURPuntuk membangun resiliensi ketangguhan pertanian Indonesia terhadap climate change.
"Didalam SIMURP disajikan berbagai inovasi teknologi yang betul-betul adaptif dan mitigatif terhadap perubahan iklim yang terjadi. Juga, mampu beradaptasi dari cekaman biotik yaitu tahan hama penyakit, maupun abiotik yaitu kekeringan dan banjir serta intrusi air laut,” jelasnya.
Pada saat Farmer Field Day (FFD) atau Hari Temu Lapang Petani dan panen padi di lokasi Scaling CSA SIMURP, Wakil Gubernur (Wagub) Jabar, Uu Ruzhanul Ulum memberikan apresiasi tinggi kepada Kementan atas Program CSA, SIMURP di Jabar, khususnya di Cirebon. Program SIMURPmerupakan inovasi tentang irigasi, bibit, pupuk, dan lainnya. Tujuan program tersebut untuk meningkatkan hasil pertanian sehingga petani sejahtera.
“Kegiatan ini sangat luar biasa karena dihadiri masyarakat yang sangat banyak. Saya sering menghadiri panen namun baru kali ini kegiatan panen sangat antusias dihadiri oleh masyarakat Kabupaten Cirebon dan saya sangat terhormat dengan kegiatan SIMURP ini dan menunjukkan bahwa kita dan masyarakat komunikasinya sangat hebat sehingga dihadiri oleh masyarakat yang sangat luar biasa,” tambahnya.
Wagub Uu melanjutkan, Jabar mampu meningkatkan produksi gabah kering yang sangat luar biasa walaupun sawah di Jabar semakin hari semakin berkurang karena penduduknya meningkat signifikan. “Kunci agar petani sejahtera harus memiliki ilmu pertanian yang cukup, yang hebat. Jangan sampai bertani hanya biasa-biasa saja,tidak ada inovasi sama sekali!” tegasnya.
Sementara itu Bupati Cirebon, Imron Rosyadi menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran seluruh masyarakat dalam acara FFD serta kepada Kementan karena wilayahnya terpilih sebagai lokasi Program SIMURP. Tidak hanya itu, Cirebon juga banyak mendapat bantuan dari pemerintah dan Kementan. Imron berharap, produksi pertanian terus meningkat dan petani sejahtera agar mengubah pola pikir yang beranggapan bahwa pertanian tidak menjanjikan.
“Program SIMURP merupakan program yang luar biasa dari Kementan. Dengan total 72 ha yang tersebar menjadi demplot-demplot inti pada 7 kecamatan dan disentralkan 50 ha pada Kecamatan Pabedilan. Program SIMURP adalah jawaban dari kegalauan kita. Saat terjadi atau menghadapi El Nino 2023 melalui Program SIMURP semua sudah dipersiapkan situasi dan kondisinya,” ungkapnya.
Mitigasi
Di tempat yang sama, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Kapusluhtan), Bustanul Arifin Caya menyampaikan, FFD merupakan wadah penting dalam menampilkan kegiatan mitigasi menghadapi El Nino. Lokasi kegiatan SIMURP ada empat, yaitu Cirebon, Karawang, Indramayu, dan Subang. Berdasarkan informasi Kadis Kabupaten Cirebon,adapeningkatan produktivitas padi yang signifikan.
“Ini merupakan kabar gembira untuk kita semua karena yang direncanakan, dilaksanakan sesuai harapan. Buktinya membuahkan hasil, yaitu terjadinya peningkatan provitas yang sangat luar biasa, 0,5-1,5 ton/ha. Ini sudah ada hasilnya, contohnya, bukti nyata, dan instrumennya untuk menaikkan provitas,” katanya.
Instrumen apapun dalam mengembangkan teknologi pertaniannamun tidak meningkatkan provitasdantidak meningkatkan kesejahteraan petani, tambah Bustanul,berarti program tersebut perlu dievaluasi. Lain halnya dengan instrumen CSA yang sudah diterapkan dan berhasil.
Program ini menerapkan pemilihan varietas unggul tahan kekeringan, pengelolaan air yang efisien. Pasalnya untuk menghadapi El Nino seperti saat ini, perlu lebih hemat dalam menggunakan air. Diperkirakan puncak EL Nino pada Agustus – September dalam kondisi sedang dan moderat.
“Program CSA dalam proyek SIMURP telah mendapat apresiasi dari Bank Dunia. Beberapa kegiatan mampu meningkatkan produksi, produktivitas, dan kesejahteraan petani. Bahkan, program tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi semua negara dalam menghadapi perubahan iklim dan efek gas rumah kaca (GRK). Diperkirakan dari program CSA ini terjadi pengurangan efek GRK mencapai 30%, pemanfaatan teknologi intermitten irigasi,yakni pengairan bersela kering-basah,”ungkapnya.
Bustanul berharap, setelah Program SIMURP selesai dapat dilanjutkan dan direplikasi wilayah lain. Sehingga, Jabar bisa mempertahankan predikat sebagai lumbung pangan nomor dua. Kegiatan FFD sekaligus panen padi tersebut dihadiri oleh Wagub Jawa Barat, Bupati Cirebon, SKPD Provinsi dan Kabupaten Cirebon, Kepala Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Barat, perwakilan Kementerian PUPR, Kemendagri, Bappenas, para penyuluh pertanian dan petani.
NF (Humas BPPSDMP)