Rabu, 12 Juli 2023

Inovasi Budidaya Tingkatkan Produksi

Inovasi Budidaya Tingkatkan Produksi

Foto: Sabrina Yuniawati
Demplot jagung multitongkol di Penas XVI menghasilkan 8 ton jagung/ha

Teknologi multitongkol diklaim dapat meningkatkan produktivitas jagung nasional.
 
Aplikasi teknologi budidaya pertanian terus digaungkan Kementerian Pertanian (Kementan) agardapat meningkatkan produktivitas.Salah satu teknologi tersebut yaitu penggunaan biomikroba dan hormondalam budidaya jagung. Seperti apakah aplikasi teknologi yang dilakukan agar dapat menaikkan produksi komoditas pertanian,khususnya jagung. Berikut hasil temuan AGRINA.
 
 
Jagung Multitongkol
 
Salah satu yang menarik perhatian dan antusias petani seluruh Indonesia dalam kegiatan Pekan Nasional (PENAS) Petani Nelayan XVI Tahun 2023 di Padang, Sumbar adalah demplot jagung multitongkol. Pasalnya, jagung multitongkol ini merupakan teknologi budidaya yang menghasilkan tongkol jagung lebih dari dua dengan memanfaatkan biomikroba dan hormon tumbuh. Hal itu tentu menjadi kabar gembira bagi petani agar produksi jagung lebih optimal untuk memenuhi kebutuhan nasional.
 
Menurut Direktur Serealia, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan, Moh. Ismail Wahab, prediksi produksi jagung nasionaltahun ini sebesar 18,6 juta ton dengan kadar air 14%. Ismail menegaskan, perlu inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi.
 
Upaya meningkatkan produksi dari sisi teknologi budidaya dengan memanfaatkan pupuk organik, pupuk hayati, dan hormon. “Demplot atau demonstration plot jagung di Padang ini memberikan hasil bagus untuk menambah produksi dalam negeri. Dampak lainnya, petani menjadi lebih sejahtera dari hasil yang didapatkan,” klaim Ismail.
 
Pertanaman jagung pakan multitongkol di demplot PENAS XVI seluas 1 ha menghasilkan panen sekitar 8 ton/ha. Sementara, panen jagung rata-rata petani sekitar hanya 5-6 ton/ha. Melihat hasil panen ini, Ismail menyarankan petani mengaplikasikanpupuk hayati dan hormon pertumbuhan.
 
“Silahkan aplikasikan pupuk hayati dan hormon agar hasil produksi maksimal. Bayangkan masing-masing jagung tongkol dua ukuran sama bandingkan tongkol satu! Artinya, ada peningkatan produktivitas. Biasanya hanya 5-6 ton/ha maka dapat meningkat 8 ton/ha,” tandasnya. 
 
Penggunaan pupuk hayati dan organik merupakan upaya Kementan yang terus didorong untuk dapat diterapkan dalam budidaya semua komoditas pertanian. Karena, perlakuan pupuk hayati dapat mempengaruhi keberhasilan produksi pertanian serta menyuburkan tanah. Perlakukan yang tepat dalam budidaya merupakan hal paling penting untuk menunjang pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
 
 
Tips Produksi Optimal
 
Pada acara Bimtek Serealia bertema “Jagung Multi Tongkol”, Andreas Gunapradangga, Direktur PT Agrikencana Perkasa menjelaskan, teknologi yang diusung Kementan itu berpotensi menghasilkan jagung multitongkol atau lebih dari satu tongkol. Ia menambahkan, benih apapun yang digunakan pada tanaman jagung bisa menghasilkan tongkol lebih dari dua.
 
Namun, kuncinya adalah perlakuan petani dalam budidaya, yaitu dengan menggunakan pupuk hayati, pupuk organik, dan hormon pertumbuhan, seperti auksin, sitokinin, dan giberelin. “Untuk menghasilkan jagung multitongkol diperlukan nutrisi yang cukup dan metode tertentu sehingga tanaman jagung berpotensi lebih dari dua tongkol,” tegasnya, Senin (12/6).
 
Andreas memberikan tips agar produksi jagung optimal. Pertama, berikan pupuk organik minimal 1,5 ton/ha dan pupuk hayati 1,5 ton/ha saat olahtanah.Penggunaan pupuk hayati dan organik untuk memperbaiki unsur hara dan menambah nutrisi tanah.Petani juga bisa menggunakan pupuk organik buatansendiri untuk perawatan tanaman. “Petani dapat menghasilkan pupuk hayati di sekitar lingkungannya serta murah,” katanya.
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 349 terbit Juli 2023 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.
 
 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain