Foto: Agung Prasetyo
Gejala serangan tanaman padi terserang WBC
Kondisi kekeringan yang panjang akibat El Nino mempengaruhi serangan hama penyakit. Perlu antisipasi yang tepat agar tanaman selamat.
Berdasarkan prakiraan cuaca dan musim serta data lapangan tahun-tahun sebelumnya, para ahli bisa meramalkan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang akan menguat pada musim mendatang. Ali Nurmansyah, Ketua Departemen Proteksi Tanaman, Faperta IPB University mengatakan, prediksi atau peramalan OPT merupakan bagian terpenting dalam produksi tanaman. Pasalnya, berdasarkan data FAO, tindakan pengendalian OPT hanya mampu menurunkan potensi kehilangan sebesar 58%. Angka ini cukup besar tentu perlu adanya pencegahan dengan cara peramalan OPT.
Peramalan akurat bisa digunakan sebagai dasar untuk menyusun strategi dan teknik pengelolaan OPT yang efektif dan efisien. “Jika sudah dapat memprediksi misalnya, musim tanam akan datang tingkat serangan sebesar berapa persen, sudah bisa menyiapkan strategi untuk menanggulangi atau menurunkan akibat dampak serangan. Populasi OPT dapat ditekan sehingga tingkat produktivitas tanaman bisa meningkat,” jelas Ali dalamwebinar Propaktani tentang Iklim dan Peramalan OPT bulan lalu.
OPT yang Menguat
Menurut Gandhi Purnama, Koordinator Kelompok Substansi Pengendalian OPT Serealia, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Kementan,ada empat jenis OPT utama yang serangannya menguatpadaMusim Tanam (MT) 2022/2023, yakni hama penggerek batang, wereng batang cokelat (WBC), tikus, dan penyakit kresek.
Data tersebut hasil pantauan Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), Jatiasih, Karawang, Jabar. “Provinsi yang terkena serangan hama tersebut Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Lampung,” katanya.
Dari kalangan swasta, Agus Suryanto, Senior Crop Manager FMC, membeberkan hasil pantauan tim FMC di lapangan. OPT yang akan muncul pada musim kemarau panjang ini adalah penggerek batang dan hawar daun bakteri atau kresek.
“Semua provinsi di Jawa mengalami serangan dua OPT tersebut yang cukup tinggi. Persentase tertinggi di Jawa Barat dan sebagian di Jawa Tengah. Sedangkan di Sumatera serangan tinggi ada di Sumatera Selatan dan Aceh.Di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan,serangan OPT tersebut dalam kategori sedang,” terangnya saat dihubungi AGRINA (6/6).
Sementara Agung Prasetyo, Product Development Manager PT Agricon mengatakan, serangan OPT pada musim tanam saat ini paling dominan WBC, penggerek batang, dan tikus. “Kemarau panjang atau biasanya El Nino ini potensi serangan sangat tinggi adalah serangan hama tersebut. Tingkat serangan pada penggerek batang mencapai 60%, WBC bisa puso atau 100% kehilangan hasil, dan tikus mencapai 80%,” jelasnya.
Solusi Serangan OPT
Suryatiman Hartanto, petani padi asal Desa Adijaya, Kec. Pekalongan, Kab. Lampung Timur, mengamati, selama musim tanam ini hama yang sering muncul di lahannya adalah tikus, penggerek batang, dan WBC. Pengendalian tikus biasanya dilakukan dengan gropyokan. Namun hasilnya belum maksimal. Dampak dari serangan tikus tersebut hasil produksi rendah bahkan sampai gagal panen.
“Hama tikus dikendalikan dengan berbagai cara dan upaya diantaranya racun tikus, pengasapan dengan belerang dan gropyokan. Namun tikus sangat sulit dikendalikan. Walhasil, petani tidak menanam padi pada MT-2 dan menggantinya dengan menanam palawija karena khawatir serangan tikus makin banyak,” kata ketua Gapoktan Sepakat Jaya ini.
Agung pun mengakui, pengendalian tikus memang tidak mudah. Sebenarnya ini bisa dikendalikan dengan cara gropyokan dalam satu hamparan luas secara intens dan rutin agar serangan tikus dapat terkendali. Sedangkan pengendalian WBC,Agricon merekomendasikan gunakan insektisida berbahan aktif dinotefuran 20% konsentrasi 1,5 g/l saat pembibitan atau umur sekitar 2 minggu untuk pencegahan di awal.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 348 terbit Juni 2023 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.