Jumat, 12 Mei 2023

HORTIKULTURA : Rahasia Sukses Petani Milenial Asal Magelang

HORTIKULTURA : Rahasia Sukses Petani Milenial Asal Magelang

Foto: Pulung Widihandoko
Cabai memiliki nilai ekonomi lebih tinggi

Sukses bertani, inspirasi generasi muda untuk memajukan bisnis pertanian.
 
 
Mengajak pemuda milenial bekerja di bidang pertanian tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan stigma tentang petani di masyarakat masih negatif, seperti pekerjanya kurang sejahtera, hasil pertanian tidak menguntungkan, petani merupakan kelas terendah, dan pemikiran negatif lainnya. Karena itu, perlu mengubah pola pikir masyarakat bahwa pertanian merupakan sektor paling menjanjikan.
 
Berangkat dari hal tersebut, harus ada contoh sukses bisnis pertanian,khususnya dikalangan anak muda. Kisah sukses petani muda Indonesia sangat banyak dan penuh inspirasi. Salah satunya,petani cabai milenial asal Magelang, Jawa Tengah, Pulung Widihandoko.
 
 
Terjun Bisnis Pertanian
 
Tidak perlu merasa gengsi ataupun minder menjadi petani. Pasalnya, banyak sekali kisah sukses petani muda.Memang pelaku usaha dalam bidang pertanian dari mulai pembenihan, pengolahan lahan, hingga pemanenanproduk pertanian terkadang tidakmudah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
 
Padahal, seharusnya sektor ini menjadi sangat penting di Indonesia karena tanpa para petani,ketahanan pangan tidak akan terpenuhi. “Tidak ada petani, kita tidak akan bisa makan,” terang Pulung saat berbincang dengan AGRINA, Jakarta (09/5).
 
Sebelum terjun ke pertanian, Pulung ternyata sudah cukup akrab dengan dunia pertanian. Semenjak masa kecil di Desa Banyudono, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, ia selalu ikut bersama sang ayah, alm. H. Marsudi ke lahan. Hidup dalam keluarga yang bergelut di dunia pertanian, tentu telah melekat sejak usia dini. Beranjak remaja atau SMA, mulailah Pulungsering membantu mengolah lahan milik sang ayah.
 
Saat ayahnya meninggal pada 2012, ia mulai fokus bisnis pertanian bersama kakaknya. Melihat peluang bisnis dan usaha pertanian yang dimiliki sang ayah, Pulung memilih kuliah dengan jurusan pertanian agar bisnis pertanian yang dia kelola dapat berkembang dengan baik. Walhasil, pada saat kuliah ia selalu pulang-pergi dari Magelang ke Yogyakarta untuk mengecek hasil budidaya agar berjalan dengan baik.
 
Jiwa bertani telah melekat kuat dalam diri Pulung. Menurut Pulung, ia terjun ke bisnis pertanian karena inginmeneruskan peninggalan bapak. “Ditinggal bapak, otomatis arahnya ke sana yaitu meneruskan bisnis bapak. Masuklah ke perguruan tinggi pertanian,” jelas alumnus Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini.
 
Disinggung terkait kesuksesan yang dihasilkan dalam bisnis pertanian, Pulung sambil tertawa mengatakan, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup serta ada perputaran bisnis pertanian yang baik. “Investasi dalam bentuk fisik tidak bisa disampaikan, ada dan cukuplah,” ungkapnya merendah. Sedangkan, total lahan yang Pulung garapnya  sampai dengan saat ini sebanyak 15 ha yang tersebar di berbagai lokasi dengan mempekerjakan buruh tani kurang lebih 50 orang.
 
Komoditas yang ditanam adalah cabai rawit merah, cabai keriting, kubis, dan tomat. Namun, cabai merupakan komoditas yang paling dominan ditanam karena menurutnya memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Yaitu, sekali panen cabai bisa mencapai 10 ton/ha.
 
 
Tips Sukses Petani Muda
 
Menurut Pulung, kondisi lahan pertanian dahulu dengan sekarang sangatlahberbeda. Lahan yang digarap almarhumbapak masih terbilang tidak begitu rewel dibandingkan sekarang. Dulu bapaknya memiliki 40 ha lahangarapan. Namun, berbagai macam masalah terjadi mulai dari kurangnya pekerja tani dan efektifitas dalam budidaya, hingga adanya pengurangan lahan setiap tahun. 
 
“Dulu masih enak, lahannya bagus tidak begitu sulit. Sekarang banyak permasalahan dari sisi hama dan penyakit, kesulitan menemukan buruh, dan luasan berlebih tidak menentukan produksi tinggi sehingga perlu adanya penyesuaian dan tidak perlu ngoyo-lah bahasanya,” terang pria yang hobi bermain voli itu.
 
Sementara itu, rahasia sukses bisnis cabai yang digeluti, di antaranya dengan memilih varietas yang tepat. Pulung memilih varietas lokal tipe tegak dengan jarak antarlubang tanam 43x45cm. Pemilihan varietas ini karena vigor tanaman baik, daun kecil, kulit buah tebal, serta buah cabai lebih bagus dan tahan seminggu setelah dipetik.
 
Sehingga, pengiriman cabai ke luar Jawa atau Sumatera dapat tahan mencapai satu minggu lebih tidak mengalami kerusakan. “Pertimbangan lain adalah tahan terhadap patogen penyakit, penyemprotan lebih efektif, serta diterima pasar,” kata pria kelahiran 12 Agustus 1995 ini.
 
Pulung menerangkan, tips dan trik budidaya selanjutnya adalah saat memulai tanam, bersihkan lahan dari sisa tanaman sebelumnya agar terhindar dari penyakit. Buat bedengan dengan jaraknya 40-50 cm karena cabai rentan terhadap genangan air.
 
Selanjutnya, lakukan pengapuran untuk menaikkan pHnetral pada lahan kurang lebih 5 ton/ha. Berikan pupuk kompos 20 ton untuk mendukung pertumbuhan cabai dan NPK 161616 sebanyak 250 kg, fosfat 250 kg, lalu tutup menggunakan mulsa.
 
“Saat menghadapi musim hujan,pupuk mengandung unsur nitrogen dapat ditekan seminimal mungkin. Pasalnya, air hujan sudah mengandung nitrogen,” urainya.
 
Pemupukan 10 hari setelah tanam (HST) lanjutnya, NPK 161616 5kg/ha larutkan dalam air 200 l. Kemudian, pada 30, 40, dan 50 HST gunakan pupuk NPK 4 kg dan pupuk kalium nitrat 2 kg yang dilarutkan dalam 200 l air, serta pupuk majemuk mikro 25 g per 200 l air. “Pada pemupukan selanjutnya hingga sebelum panen, dapat diaplikasikan dengan pupuk yang sama dan dosis sedikit ditambahkan,” katanya.
 
 
Menghadapi OPT
 
Terkait Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), Pulung menerangkan, iklim saat ini masih hujan dan sedikit panas sehingga OPT yang sering muncul yaitu patek atau antraknose. Antraknose merupakan penyakit jamur yang paling parah karena menyebabkan pembusukan buah sebelum dan sesudah panen.
 
Biasanya antraknose menyerang bagian tengah buah cabai yang sudah matang. Serangan penyakit tersebut mengakibatkan kerugian yang sangat besar bahkan gagal panen akibat rusaknya buah cabai.
 
Pengendalian dapat dilakukan dengan sistem terpadu untuk menurunkan populasi OPT sehingga tidak merugikan secara ekonomis. Petani, lanjut Pulung, dalam pencegahan antraknose pada tanaman cabai dapat memilih varietas yang tahan serangan OPT.
 
Jika sudah terjadi serangan, buang tanaman yang terserang lebih awal agar dapat mengendalikan penyebaran cendawan. Lalu, gunakan fungisida yang tepat guna.
 
“Serangan hama dan penyakit di pertanaman dapat menggunakan insektisida dan fungisida sesuai dengan masalah yang ada di lapangan. Lakukan pemeriksaan secara intens agar dapat mengendalikan lebih cepat,” ungkapnya.
 
 
Usaha
 
Mengakhir perbincangan, Pulung memberikan pesan kepada anak muda yang ingin terjun ke pertanian. Yaitu, jangan tergiur hasil yang besar saja tetapi pelajari setiap detail pertanian dan pahami situasi yang sedang terjadi agar dapat melakukan tindakan yang tepat dan cepat. Pulung merinci, tips usaha bidang pertanian adalah perhatikan atau lebih peduli untuk mengecek lahan setiap hari, cintai usaha yang digeluti, serta jangan pernah putus asa dalam budidaya.
 
Pasalnya, budidaya banyak permasalahan gagal panen, hasil pertanian hanya sedikit, dan lainnya. Selanjutnya, yang paling penting yaitu ilmu dan pengalaman. Dua hal ini merupakan kombinasi sangat berharga karena menentukan hasil budidaya. Karena, setiap lingkungan atau lahan di setiap wilayah berbeda-beda sehingga harus lebih memperhatikan kebutuhan lahan. 
 
“Belajar pertanian dilakukan setiap hari karena selalu ada ilmu baru setiap tahunnya. Hari ini metodenya seperti ini, tahun depan belum tentu sama. Pasti kita akan menemukan atau menghadapi permasalahan yang berbeda. Kita harus terus belajar.Tantangan ke depan tidak ada yang tahu. Semoga teman-teman yang lulus pertanian bisa berkontribusi untuk negara,” pungkas pria kelahiran Magelang ini.
 
 
 
 
Sabrina Yuniawati

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain