Sabtu, 4 Pebruari 2023

Jaminan Serapan Gabah Petani

Jaminan Serapan Gabah Petani

Foto: PERUM BULOG
Budi Waseso, stok CBP dipenuh dari dalam negeri

”Kita berharap bisa membantu petani ke depan. Petani tidak harus jual gabah kering giling, cukup gabah kering panen. BULOG yang akan kelola,” ucap Budi Waseso.
 
 
Ada kabar baik buat petani. Mulai tahun ini Perum BULOG akan menyerap dua kali lipat lebih banyak gabah petani untuk diolah menjadi cadangan beras pemerintah (CBP). Dirut Perum BULOG, Budi Waseso menjelaskan, pihaknya memperoleh mandat untuk menguasai stok CBP sebanyak 2,4 juta ton beras pada 2023 dari sebelumnya 1,5 juta ton. Ia pun menegaskan, pengadaan CBP tersebut akan mengutamakan produksi dalam negeri.
 
 
Serapan BULOG
 
Menurut pria yang akrab disapa Buwas itu, sekitar 70% rencana pengadaan gabah dan beras 2023 akan diperoleh dari panen raya April – Juni. Kemudian, stok berikutnya akan dipenuhi dari panen gadu.
 
Start panen raya itu Maret. Panen Maret itu pasti BULOG belum bisa mengambil secara masif atau besar karena pasti didahulukan untuk kepentingan-kepentingan seluruh wilayah, diserap penggilingan untuk keperluan rumah tangga yang selama ini kosong, diisi. April, Mei, Juni, itulah puncak-puncak panen raya yang kita ambil 70%. Ada panen gadu nantinya kita serap 30%,” urainya.
 
Buwas meyakinkan, penguasaan CBP 2,4 juta ton tersebut masih jauh di bawah kapasitas serap BULOG. ”Kalau dibandingkan kemampuan gudang BULOG, itu belum apa-apa karena kemampuan gudang kita 3,6 juta – 4 juta ton seluruh Indonesia,” tukasnya di Jakarta, Kamis (2/2).
 
BULOG akan menggunakan 1,2 juta – 1,4 juta ton dari penugasan CBP untuk penyaluran beras operasi pasar atau kini disebut Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Sedangkan, 1 juta ton sisanya untuk stok. “Stok harus ada di BULOG minimal 1 juta ton. Jadi, negara butuh sesuatu, negara ada cadangan 1 juta ton,” kupasnya.
 
BULOG juga akan memutar stok 1 juta ton tersebutsehingga kualitasnyatetap terjaga. Pengelolaan ini, ungkap Buwas, menindaklanjuti Permentan No. 38/2018 tentang Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah yang memperbolehkan melepas beras dengan umur simpan minimal 4 bulan. Beras tersebut boleh dipasarkan BULOG dengan harga di bawah harga pembelian.
 
”Jadi kalau kita beli harga Rp8.300/kg, nanti setelah 4 bulan, kita bisa mengajukan dan diizinkan untuk melepas beras itu dengan harga di bawah Rp8.300/kg. Tentunya kalau 4 bulan beras masih bagus ya,” ulasnya.
 
Dengan perputaran seperti itu, sambungnya, tidak akan ada lagi beras lama dengan kualitas jelek bahkan berkutu di gudang BULOG. Terlebih, perusahaan pelat merah ini memiliki fasilitas mesin Rice to Rice (RtR) dan Modern Rice Milling Plant (MRMP) di sentra produksi padi yang menghasilkan beras berkualitas bagus.
 
”Yang penting kita tidak punya lagi beras lama. BULOG identik dengan berasnya lama, beras turun mutu, dan berkutu. Insyaallah tidak ada lagi karena sudah kita perbaiki manajemen, tata niaga dengan sistem yang lebih baik dan modern. Standar pengeluaran beras dari BULOG harus melalui mesin RtR. Mesin ini sudah ada, mesin ini menjamin tidak ada kutu, tidak ada debu,” tandas Buwas.
 
Mesin RtR mengolah beras asalan atau beras pecah kulit menjadi beras berkualitas sedangkan MRMP menghasilkan beras berkualitas dari gabah kering panen. Jadi, petani bisa langsung menjual gabah kering panennya tanpa dikeringkan di penggilingan lebih dulu.
 
”Kita berharap bisa membantu petani ke depan. Petani tidak harus jual gabah kering giling, cukup gabah kering panen. BULOG yang akan kelola mulai dari pengeringan, simpan di silo, olah jadi beras dengan mesin modern. Harapannya, kita akan buat beras sendiri dengan harga yang murah. Mesin kita akan menghasilkan beras premium,” cetusnya.
 
 
Sistem SRG
 
Selain itu, pemerintah melalui Kemendag juga menawarkan skema sistem resi gudang (SRG) yang bisa menjadi stabilitas pasokan dan harga beras nasional. Widyastuti, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan SRG dan Pasar Lelang Komoditas (PLK), Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Kemendag menuturkan, SRG merupakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, dan penyelesaian transaksi resi gudang. Sedangkan, resi gudang yaitu dokumen atau surat bukti kepemilikan barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang tertentu.
 
Penerapan SRG mengacu pada Undang-undang No. 9/2011 tentang Sistem Resi Gudang, PP No. 70/2013 tentang SRG, Permenkeu No. 187/2021 tentang Skema Subsidi Resi Gudang, dan Permendag No. 53/2022 tentang Pelaksanaan Skema Subsidi Resi Gudang.
 
Resi gudang ini, ulasnya, sebagai instrumen pengendali harga dan manajemen stok komoditas pangan. Saat panen raya produksi akan meningkat dan stok melimpah. Sementarapermintaan stabil sehingga harga pangan otomatis anjlok. ”Di sini kita harapkan komoditas (pangan) masuk ke gudang SRG supaya bisa sebagai buffer stock, kemudian bisa dimanfaatkan untuk pembiayaan dan untuk tunda jual (saat paceklik),” jelasnya pada webinar Propaktani beberapa waktu lalu.
 
SRG mendorong pemilik komoditas pangan untuk menyimpan barangnya di gudang SRG dengan tetap dapat berproduksi melalui modal dari skema pembiayaan SRG. Pemanfaatan gudang SRG secara optimal dan berkesinambungan di seluruh Indonesia juga berpotensi menjadi stabilisator harga melalui fasilitasi cara penjualan sepanjang tahun.
 
Menurut Permendag No. 14/2021, buka Widyastuti, komoditas yang bisa disimpan di gudang SRG harus tahan disimpan minimal 3 bulan, tidak berubah kualitasnya, dan diterima pasar komoditas. Ada 20 komoditas yang dapat disimpan di gudang SRG, antara lain gabah, beras, jagung, bawang merah, ikan, ayam karkas beku, dan kedelai.
 
Alur pemanfaatan SRG dimulai dari petani, nelayan, dan pelaku usaha membawa komoditasnya ke gudang SRG dan mengajukan permohonan penyimpanan barang. Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) akan menguji mutu komoditas dan dilengkapi asuransi.
 
Lalu, pengelola gudang meregistrasi ke pusat registrasi dan setelah terverifikasi akan terbit resi gudang yang diserahkan ke pemilik barang. ”Ini (resi gudang) diberikan juga ke pelaku komoditi untuk dibawa (sebagai agunan) ke lembaga keuangan bank atau nonbank untuk mendapatkan pembiayaan,” katanya.
 
Selama masa simpan, pengelola gudang juga mencarikan pembeli yang menyerap komoditas dan melunasi pembiayaan. Barang SRG bisa dijual ke pasar, pabrik, eksportir, hingga pasar lelang online dan offline. Pemanfaatan resi gudang bisa untuk tunda kirim atau ekspor, tunda jual, peningkatan omzet, sarana pemasaran, dan peningkatan nilai tambah komoditas hulu-hilir.
 
Tidak hanya petani, pengelola gudang, offtaker, hingga pemerintah pun merasakan manfaat SRG. Petani mendapat manfaat akses pembiayaan, tunda jual-beli, dan nilai tambah. Pengelola gudang mendapatkan manfaat jasa pengelolaan. ”Offtaker juga bisa mendapatkan kontinuitas produk. Untuk pemerintah juga ada informasi untuk buffer stockdan lain-lain,” pungkasnya.
 
 
 
 
Windi Listianingsih, Peni Sari Palupi

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain