Foto: Humas NFA
Tingkatkan Investasi Logistik Pangan
CILEGON, BANTEN (AGRINA-ONLINE.COM) – Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi melakukan kunjungan kerja meninjau sarana dan fasilitas logistik pangan milik PT FKS Multi Agro Tbk di Krakatau International Port, Cilegon, Banten, Minggu, (15/1). ia mengatakan, fasilitas logistik pangan merupakan sarana yang sangat penting dan harus dimiliki di setiap daerah karena merupakan faktor penentu dalam mendukung kelancaran distribusi pangan nasional, distribusi antara daerah maupun dari dan ke mancanegara.
Agenda pemerintah dalam memajukan dan memperkuat pangan nasional harus didukung ketersediaan fasilitas dan sarana logistik pangan yang memadai. Untuk itu, pembangunan fasilitas logistik pangan baru serta modern harus terus didorong dan ditingkatkan melalui kolaborasi antara sektor Pemerintah, BUMN, dan swasta. “NFA bersama Menteri Perdagangan, Satgas Pangan Polri, unsur Pemerintah Daerah yang diwakili Gubernur Banten, Gubernur NTB, Bupati Sumbawa, Perwakilan Pemprov DKI Jakarta, Pemprov Jawa Barat, serta BUMN Pangan dari Perum Bulog dan ID Food, bersama-sama melihat fasilitas logistik pangan di Krakatau International Port. serta melihat bagaimana fasilitas tersebut bekerja dalam mendukung proses distribusi pangan,” jelasnya.
Sejumlah fasilitas logistik yang dikunjungi seperti fasilitas grain pump dan integrated warehouse kapasitas 200 ribu ton, automatic modern terminal transit system yang menghubungkan dermaga dan gudang dengan kapasitas transfer konveyor hingga 1.300 MT/jam yang dikelola PT Sentral Grain Terminal. Selain itu, juga dilakukan kunjungan ke Pabrik Pengolahan Jagung PT. Tereos FKS Indonesia dan Pabrik Tepung Terigu PT Bungasari Flour Mills Indonesia.
Arief mengatakan, sudah menjadi keharusan fasilitas logistik pangan terstandarisasi seperti di Krakatau International Port, terdapat secara merata di seluruh wilayah Indonesia khususnya di sentra-sentra produksi pangan. “Fasilitas logistik pangan di Krakatau International Port ini dapat menjadi benchmark. Apabila terpasang di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia maka distribusi pangan dapat lebih masif, cepat, dan efisien,” ujarnya.
Arief mengatakan, untuk membangun fasilitas logistik pangan modern dan terintegrasi tentunya tidak mudah karena diperlukan kompetensi dan pengalaman. Maka dari itu, ia mendorong Pemerintah Daerah, BUMN Pangan, dan pihak swasta yang telah memiliki pengalaman dapat saling berkolaborasi. “Sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo terkait peningkatan investasi. Presiden sering menekankan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah tidak ragu untuk membuka peluang investasi di berbagai sektor, mengingat investasi adalah salah satu kunci pertumbuhan ekonomi,” papar Arief.
Arief mengatakan, upaya membuka peluang investasi fasilitas logistik pangan ini telah dimulai baru-baru ini di Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui rencana pembangunan Pelabuhan Teluk Santong, di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pelabuhan tersebut merupakan bentuk kolaborasi Pemerintah Daerah dengan swasta.
“Kita telah melakukan peletakan batu pertamanya 11 Januari lalu. Pelabuhan ini dipersiapkan sebagai pusat distribusi jagung produksi Sumbawa dan Dompu sehingga akan dilengkapi infrastruktur dermaga serta silo dengan kapasitas sekitar 30 ribu ton,” ungkapnya.
Arief berharap, daerah lain mengikuti langkah Pemerintah Provinsi NTB yang telah berhasil membuka keran investasi pembangunan fasilitas logistik pangan di wilayahnya. Pelabuhan tersebut dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing jagung sebagai komoditas unggulan daerah.
“Apabila setiap komoditas pangan strategis nasional yang mengalami surplus bisa kita kelola dengan baik pendistribusiannya, maka stabilisasi stok dan harga dalam negeri bisa lebih terjaga. Hal tersebut juga dapat mengurangi inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kita bisa menambah devisa negara karena peluang ekspor lebih terbuka,” katanya.
Berdasarkan data Prognosa Neraca Pangan Nasional periode Januari-Desember 2023, sejumlah komoditas pangan strategis diproyeksikan mengalami surplus di akhir 2023, diantaranya jagung sekitar 3,2 juta ton, daging ayam ras sekitar 689 ribu ton, dan beras sekitar 6,3 juta ton.
Menanggapi urgensi pengembangan fasilitas logistik pangan, Gubernur NTB Zulkieflimansyah mengatakan, investasi fasilitas logistik pangan yang tepat bisa menyelesaikan berbagai persoalan mendasar di daerah, misalnya untuk NTB, terkait distribusi jagung yang stoknya melimpah saat panen. Ia mendukung penuh masuknya investasi pembangunan pelabuhan Teluk Santong dan berharap fasilitas tersebut segera beroperasi.
Sementara itu, Bupati Sumbawa Mahmud Abdullah mengaku, mendapatkan banyak insight baru dalam kunjungan kerja meninjau fasilitas logistik pangan di Krakatau International Port. Ia berharap apa yang sudah berjalan di sini dapat dilaksanakan juga di Pelabuhan Teluk Santong yang akan segera dibangun.
Terkait penyediaan fasilitas logistik pangan di Kawasan Krakatau International Port tersebut, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyampaikan apresiasi kepada pengusaha swasta yang telah melakukan investasi pengembangan fasilitas logistik pangan sehingga membuat proses distribusi dan pengolahan pangan menjadi lebih efisien.
“Pengusaha-pengusaha ini kalau bisa bikin efisien harga kita bisa jadi bagus. Kalau mereka kerjanya bagus, tambah efisien, tambah lingkungan nyaman, tenaga kerja kompak, tentu akan menguntungkan semua pihak,” ujarnya.
PJ Gubernur Banten Al Muktabar pada kesempatan yang sama mengatakan, fasilitas logistik pangan di Krakatau International Port merupakan salah satu aset penting di Provinsi Banten. Keberadaan pelabuhan ini merupakan bentuk dukungan pemerintah daerah dalam penguatan ketahanan pangan Nasional, baik dari sisi produksi maupun logistik pangan.
Country Head FKS Group Yanuar Samron mengatakan, FKS Group sebagai mitra pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan nasional, selalu siap berkolaborasi bersama pemerintah mendukung kelancaran distribusi komoditas pangan melalui penyediaan dan pembangunan fasilitas logistik yang terintegrasi dan modern.
Sabrina Yuniawati