Selasa, 4 Oktober 2022

Menakar Pupuk Sawit dari Langit

Menakar Pupuk Sawit dari Langit

Foto: Selo Sumarsono
Satelit “membaca” kandungan hara di daun tanaman menghasilkan sehingga rekomendasi pupuk lebih presisi sesuai kebutuhan tanaman

Kandungan hara pada tanaman sawit dapat diduga menggunakan citra satelit. Dengan akurasi 88%-92% dihasilkan rekomendasi dosis pupuk yang lebih efisien 10%. Tertarik mencoba?
 
 
Sawit terbilang tanaman yang responsif terhadap pupuk. Tanpa pupuk yang cukup, jangan berharap hasil panen bakal maksimal. Biaya pupuk termasuk komponen terbesar ongkos pemeliharaan tanaman sawit karena mengambil porsi 50%-60%. Setahun terakhir ini harga pupuk melangit dua kali lipat sehingga pemupukan wajib memenuhi enam tepat agar pemanfaatannya efektif dan efisien. Enam tepat itu mencakup, yakni jenis, dosis, waktu, cara, sasaran, dan alat.
 
“Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat dilakukan analisis daun dan tanah. Bicara sawit, luasnya ribuan bahkan jutaan hektar. Lokasinya juga kebanyakan terpencil sehingga membawa sampel daun dan tanah ke laboratorium butuh waktu. Selain itu juga untuk mendapatkan hasilnya harus antre 3-6 bulan karena keterbatasan jumlah laboratorium yang bersertifikat KAN (Komite Akreditasi Nasional),” tutur Prof. Sudradjat, MS, ahli agronomi dari Fakultas Pertanian, IPB University, kepada AGRINA.
 
Pada 2016, bersama mahasiswa bimbingannya, Sudradjat melakukan penelitian pendugaan unsur hara nitrogen (N) menggunakan satelit pada tanaman sawit di Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit IPB di Jonggol, Bogor. 
 
“N termasuk yang paling mudah diketahui gejalanya bila tanaman mengalami kekurangan. Karena itu kita coba meneliti kandungan N pada daun sawit dengan bantuan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasonal (LAPAN). Model pendugaannya sudah didapat tapi jumlah sampelnya terbatas karena luas lahan kebun tersebut hanya 56 ha,” lanjut peminat pertanian presisi dengan satelit dan drone ini.
 
 
Sinergi dengan Ahli Komputer
 
Tahun berikutnya, Sudradjat bekerja sama dengan Prof. Kudang Boro Seminar, M.Sc. dari Fakultas Teknologi Pertanian yang ahli dalam dalam Ilmu Komputeruntuk melanjutkan penelitian. Sinergi dua ahli ini melanjutkan pendugaan kandungan hara fosfor (P) dan kalium (K) pada sawit.
 
Penelitian juga melibatkan ahli penginderaan jarak jauh (Geograpic Information System)  dan mahasiswa Program Master dan Doktor. Untuk penelitian tersebutdipilih  Satelit Sentinel-2A. Alasannya, satelit Uni Eropa ini memotret titik yang sama(rotasi)di permukaan bumi 7-8 hari sekali sehingga pemantauan dapat dilakukan setiap minggu. Dan yang juga penting, penggunaannya gratis.
 
“Kami mendapat dukungan PT Pupuk Kaltim (PKT) untuk memperbanyak jumlah sampel dari berbagai daerah di Sumatera dan Kalimantan. Sampelnya berasal dari kebun PTPNIII, V,VI, dan VII (Sumatera)  dan swasta. Setelah mendapat hasil yang konsisten, pada 2019 kami membuat demplot bersama PKT di PTPN III, V, VII, dan PT Kalianusa. Yang di PTPN berakhir setahun kemudian, sementara yang di PT Kalianusa berlanjut hingga sekarang,” ungkap Sudradjat.
 
Selain mendapat dukungan PKT, penelitian pun memperoleh sokongan dana dari Kedaireka, kolaborasi dunia usaha dan perguruan tinggi. Jumlah sampel pun bertambah menjadi 1.000 lebih. Sejak 2020/2021, kebun Kalianusa seluas 6.000 ha di Kutai Timur, Kaltim telah sepenuhnya mempraktikkan rekomendasi pupuk N, P, K, dan Magnesium (Mg) dari satelit.
 
“Dalam menyusun rekomendasi, kami hanya berdasarkan kandungan hara di daun, tidak mempertimbangkan status hara di tanah karena rumit pemodelannya. Ini namanya French Approach. Asumsinya,kondisi hara di dalam daun itu sudah mencerminkan apa yang ada di dalam tanah. Memang tidak seakurat kalau kita juga mempertimbangkan hara yang ada di dalam tanah tetapi dari pengalaman di demplot PT Kalianusa, rekomendasi kami menghasilkan efisiensi 10%. Maksudnya, dosis rekomendasi pupuk lebih rendah 10% tapi hasil panennya sama,” jelas doktor alumnus ENSA de Rennes, Perancis tersebut.
 
“Prinsip kerjanya adalah mengkuantifikasi 12 panjang gelombang yang dipancarkan satelit ke tanaman. Kami menghitung unsur hara N, P, K dalam bentuk angka misalnya persen untuk N, P, dan K, sedangkan unsur mikro dalam ppm. Kisaran unsurN 1,5%-3%. Satelit dapat membaca seluruh permukaan daun. Untuk memudahkan pembedaan antara yang satu dengan lainnya,kami memberi tanda berupa warna. Jadi satelit yang memberi angka misalnya 2,4%. Karena termasuk level hara yang kurang, kami kasih warna kuning. Angka 2,7% termasuk bagus, warna hijau. Lebih dari 2,7% itu bagus sekali, warna biru, tapi ini berlebih. Dosis rekomendasi diarahkan untuk mencapai level hijau,” bebernya.
 
Sistem pendugaan unsur hara kolaborasi dua profesor tersebut membuahkan hasil yang bagus. “Tingkat akurasinya untuk nitrogen mencapai 92%, fosfor 90%, dan kalium 88%-89%. Di laboratorium pun kadang hasilnya tidak normal, bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi. Bayangkan dari jarak yang berapa km di atas bumi kita bisa menduga jumlah hara di dalam daun dengan akurasi 90%,” urainya dengan nada bangga.
 
 
Terus Dikembangkan
 
Sistem yang kemudian diberi nama PreciPalm ini terus dikembangkan. Kini ada dua model yakni untuk lahan mineral dan lahan gambut. Aplikasi di lahan gambut diuji coba di perkebunan milik petani swadaya anggota Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) di Riau.
 
“Rekomendasinya berbeda-beda karena kebiasaan petani memupuk tidak sama. Jadi dosis rekomendasinya juga tidak sama. Mereka telah mengaplikasikan hasil rekomendasi pada pemupukan pertama bulan Maret 2022. Pada umumnya dosis rekomendasi di lahan gambut lebih tinggi karena lahan gambut lebih miskin hara,” ungkap bapak yang 13 tahun terakhir menekuni komoditas sawit tersebut.
 
Aplikasi ini ditujukan untuk kebun tanaman menghasilkan (TM). Tidak bisa untuk kebun tanaman belum menghasilkan (TBM) karena banyak bidang kosong, padahal satelit membaca setiap jengkal tanah. Bisa saja yang terpotret gulma. Dosis rekomendasi berlaku per blok untuk kemudahan aplikasi di lapangan. Padahal secara sistem dapat menentukan dosis per hektar bahkan per  individu tanaman.
 
Setelah rekomendasi pupuk tepat, hal lain yang penting diperhatikan pekebun adalah cara pemupukannya. Cara manual menggunakan tenaga manusia bisa memberikan hasil yang bervariasi dari satu tanaman ke tanaman lain, bisa lebih rendah ketimbang dosis anjuran, bisa sebaliknya lebih tinggi. Sekarang, bersama akhli mekanisasi sedang dirancang traktor pemupukan yang terkoneksi dengan PreciPalm, sehingga dosis pupuk dapat diberikan per individu tanaman agar mendapatkan dosis yang akurat.
 
 
Anda tertarik menerapkan pemupukan presisi ini?
 
 
 
 
 
Peni Sari Palupi
 
 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain