Foto: TSA
Konferensi pers APKASINDO secara daring merefleksi capaian sawit rakyat pada 2021
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) sebagai wadah petani kelapa sawit Indonesia bertujuan meningkatkan daya saing perkebunan sawit rakyat guna mewujudkan kesejahteraan, keberlanjutan dan kesetaraan petani kelapa sawit Indonesia.
Ketua Umum APKASINDO, Gulat M.E. Manurung menuturukan, APKASINDO menjadi penjembatan antara petani kelapa sawit Indonesia dengan program pemerintah dan sebaliknya.
Merefleksi pelaksanaan rangkaian program kerja APKASINDO selama 2021, setidaknya terdapat peningkatan kesejahteraan petani kelapa sawit yang dapat terlihat dari berbagai parameter. Namun demikian, sebut Gulat, parameter yang terlihat jelas adalah peningkatan harga Tandan Buah Segar (TBS) yang memecahkan rekor nasional dengan titik tertinggi mencapai Rp 3.500,-/kg di provinsi Riau dan pemerataan harga TBS di seluruh provinsi.
“Pendataan lahan petani kelapa sawit yang terklaim dalam kawasan hutan, yang secara proaktif terus dilakukan dan diinisiasi oleh tim satgas DPP APKASINDO. Begitu juga pendampingan peremajaan sawit rakyat. APKASINDO telah menjadi motor penggerak komunikasi Petani sawit antar negara penghasil CPO melalui kemitraan dengan CPOPC,” bahasnya dalam jumpa pers bersama awak media secara daring (30/12).
Pada saat yang sama, Rino Afrino, Sekretaris Jenderal DPP APKASINDO mengulas pencapaian peran APKASINDO selama 2021. Berdasarkan rangkumannya, setidaknya terdapat 5 aspek upaya peningkatan daya saing perkebunan sawit rakyat. Pertama, menjaga harga TBS. Kedua, mengoptimalkan produktivitas dan menekan biaya pokok produksi. Ketiga, mengelola kepastian dan perlindungan asset petani. Keempat, meningkatkan SDM Petani. Terakhir, membangun komunikasi lintas sectoral terkhusus dalam regulasi sawit.
“Beberapa kegiatan dalam bentuk asistensi, advokasi maupun peningkatan sumber daya manusia, seperti berbagai Focus Group Discussion (FGD). APKASINDO juga aktif menginisiasi kajian dalam bentuk naskah akademi sawit masuk dalam kelompok tanaman hutan dengan merangkul IPB (Institut Pertanian Bogor) sebagai Mitra,” bahasnya.
Secara global, program kerja APKASINDO 2021 telah membawa petani kelapa sawit menjadi setara dalam kemitraan dan juara dalam pergerakan hulu-hilir kelapa sawit nasional dan garda terdepan melawan kampanye pembenci sawit.
Menyongsong 2022
Gulat menuturkan, APKASINDO menyadari tantangan yang lebih besar bagi petani kelapa sawit secara keseluruhan, yakni masih kurangnya penyerapan dana Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), tenggat waktu sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) pada 2025, dan upaya mempertahankan harga TBS.
“Perlu juga menekan kenaikan harga SARPRAS dan mendorong implementasi UU Cipta Kerja. Belum lagi pertumbuhan NGO yang melibatkan Perguruan Tinggi dalam merancang dan membujuk pemerintah untuk menerbitkan regulasi, yang justru merugikan sawit Indonesia, khususnya petani sawit,” tandas Gulat.
Lebih lanjut ia berujar, pada semester kedua tahun 2021 petani kelapa sawit dikejutkan dengan kenaikan harga pupuk yang mencapai 100%. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi harga pokok produksi petani yang dapat berdampak pada pengurangan atau penundaan pemupukan yang berimplikasi penurunan produksi TBS di tahun depan.
Penyelesaian legalitas kebun sawit rakyat terus dicari jalan keluarnta, kendati UUCK beserta Turunannya (PP dan PermenLHK) telah memberikan jalan dalam penyelesaian lahan petani sawit dalam Kawasan hutan. Gulat menyampaikan, di tahun 2021, APKASINDO telah secara proaktif menggiatkan inventarisasi lahan petani kelapa sawit dengan total 42.775 ha, yang tersebar di provinsi Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
“Kami akan terus mengawal hingga petani mendapat kejelasan agar dapat berpartisipasi dalam PSR dan sertifikasi ISPO,” pungkasnya.
Try Surya A