Senin, 2 Agustus 2021

Polysulphate

Polysulphate

Foto: Dok. Everris
Polysulphate meningkatkan berat kering pelepah dan hasil panen kelapa sawit

Polysulphate (K2Ca2Mg(SO4)4•2(H2O)) adalah mineral yang mengandung K, Mg, Ca dan S (14% K2O, 6% MgO, 17% CaO, dan 45% SO3).
 
Mineral tersebut dapat langsung diaplikasikan ke lapangan dalam keadaan alami tanpa melalui proses industri apapun sehingga pupuk ini bersertifikat untuk digunakan dalam pertanian organik.
 
Pelepasan empat dari enam makronutrien yang berkepanjangan telah terbukti meningkatkan hasil pada lebih dari 40 jenis tanaman.
 
 
Polysulphate terhadap Hasil dan Kualitas Buah
 
Penggunaan Polysulphate di berbagai tanaman telah dibuktikan di lebih dari 600 percobaan pada tahun 2020.
 
Secara global, terdapat konsistensi agronomi bahwa kombinasi penggunaan Polysulphate dan MOP (KCl) dapat meningkatkan hasil dan kualitas buah.
 
Selain itu, kejadian penyakit tanaman berkurang dan umur simpan lebih panjang. Ini disebabkan oleh unsur kalsium dan aplikasi makronutrien yang lebih seimbang.
 
Baru-baru ini, sebuah artikel di International Fertilizer Correspondent of the International Potash Institute mengenai penggunaan Polysulphate setelah fase pembungaan pada tanaman durian mengungkapkan adanya hubungan penting antara makronutrien sekunder dan kualitas buah durian.
 
Artikel yang diterbitkan oleh peneliti dari Universitas Tungku Abdul Rahman, Malaysia tersebut membandingkan pentingnya peranmakronutrien primer dan makronutrien sekunder setelah fase pembungaan.
 
Makronutrien sekunder (magnesium, kalsium dan sulfur) diaplikasikan sebagai Polysulphate. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar lemak, kekenyalan buah dan penilaian konsumen terhadap buah durian itu.
 
Pentingnya nutrisi seimbang antara makronutrien primer dan sekunder menjadi perhatian utama untuk mendapatkan hasil dan kualitas tanaman yang optimal.
 
 
Penggunaan Polysulphate pada Tanaman Kelapa Sawit
 
Baru-baru ini, data yang menjanjikan telah didapatkan dari uji coba pada tanaman kelapa sawit di Indonesia dan Kolombia yang menunjukkan peningkatan berat kering pelepah dan hasil panen.
 
Saat ini, penelitian yang lebih mendalam sedang dilakukan untuk membandingkan hasil minyak dan kualitas minyak kelapa sawit.
 
Dalam budidaya kelapa sawit, aplikasi Polysulphate dapat melengkapi KCl tetapi tidak bertujuan untuk menggantikan KCl.
 
Mustahil membandingkan kandungan K2O pada Polysulphate yang memiliki empat makronutrien dalam satu formula kristal kompleks dengan KCl yang hanya mengandung satu jenis unsur hara, yaitu 14% vs 60%.
 
Disamping itu, Kalium Polysulphate dalam bentuk sulfat, sedangkan KClmengandung 47% klorida. Membandingkan Polysulphate dengan Kieserite menggunakan nutrisi tunggal, MgO juga tidak masuk akal (6% vs 25%).
 
Dalam kedua situasi tersebut, jika Polysulphate langsung digunakan sebagai pengganti KClatau Kieserite, dibutuhkan setidaknya 4 kali lipat lebih banyak.
 
Pendekatan yang lebih masuk akal adalah dengan menggunakan aplikasi tunggal Polysulphate untuk melengkapi aplikasi KCl sekaligus mengurangi ketergantungan pada Kieserite.
 
Satu putaran aplikasi pupuk akan berkurang. Selain itu, pekebun bebas memilih pupuk nitrogennya. Sebagai contoh, urea/coated urea bisa menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan amonium sulfat dan amonium klorida di tanah masam.
 
Urea bersifat mudah menggumpal karena kelembapan relatif kritis (CRH) lebih rendah. Urea dan KCl dalam campuran menurunkan tingkat CRH lebih lanjut.
 
Oleh karena itu, banyak kasus pupuk dengan kandungan NK tinggi di daerahtropis cenderung mudah menggumpal.
 
Penambahan Polysulphate berpotensi mengurangi kecenderungan menggumpalnya produk akhir NPK. Saat ini sedang dilakukan banyak percobaan pada urea untuk menentukan pengaruh campuran Polysulphate dalam efisiensi penyerapan nitrogen dan potensi pengurangan penguapan.
 
Suplai Sulfur melalui Polysulphate lebih sesuai dengan kebutuhan tanaman karena profil pelepasannya.
 
Hal ini memungkinkan pekebun untuk tidak dibatasi oleh pilihan antara amonium sulfat dan kieserite. Selain itu, penyerapan komponen nutrisi lain dari Polysulphate dapat lebih efisien terutama di daerah dengan potensi pelindian/pencucian yang tinggi.
 
 
Kesimpulan
 
Polysulphate menghadirkan peluang baru bagi pekebun untuk meningkatkan strategi pemupukan yang ada. Pekebun kelapa sawit harus menggali lebih dalam tentang Polysulphate untuk meningkatkan pemahaman agronomis tentang mineral tersebut.
 
Untuk mendapatkan produk Polysulphate, silakan hubungi distributor Anda masing-masing. Atau hubungi kami untuk rekomendasi lebih rinci berdasarkan metode aplikasi, seperti aplikasi langsung atau NPK dengan kandungan Polysulphate yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman sawit.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain