Foto: Dok. Muhammad Nawab Al Hasan
Pertanaman padi terserang wereng di Kabupaten Ngawi, Jatim
Kemarau basah berpeluang besar meningkatkan serangan kuartet OPT utama.
Tahun ini Indonesia kembali mengalami musim kemarau basah. Musim kemarau tetapi masih banyak curah hujan secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perilaku organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
Menurut Mohammad Takdir Mulyadi, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan, musim tanam tahun ini bertepatan dengan iklim yang sangat mendukung perkembangan OPT. Namun itu dapat diantisipasi dengan penanganan yang tepat dan cepat.
“Hasil pengamatan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada Januari hingga Juni 2021,OPT yang sering muncul adalah Wereng Batang Cokelat (WBC), penggerek batang, tikus, blas,” ungkap Takdir saat ditemui di kantornya (21/6).
Sebaran OPT Utama
Doktor Bisnis Manajemen lulusan IPB University tersebut menjabarkan data pengamatankuartet OPT utama padi yang dihimpun jajaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan periode Januari-Juni 2021. Luas lahan yang terserang di seluruh Indonesia mencapai 181.866 ha. Sekitar 1,06%atau sekitar 1.941 hadi antaranya puso.
Total luas tanam padi nasional periode tersebut sekitar 6 juta ha. Petani yang lahannya terserang tersebut tetap panen tapi hasilnya tidak banyak. Luas serangan 70%-100% termasuk kategori puso.
Luas serangan WBC sekitar 18.536 hadan yangmengalami puso 196 ha. Penggerek batang menyerang 52.546 ha dan mengakibatkan puso 70 ha. Sementara luas serangan tikus lebih besar lagi, 84 ribu dan yang puso 1.500 ha. Sedangkan penyakit blas mesekitar 21.898 ha, puso 31 ha.
Lima besar daerah serangan WBC adalah Jawa Barat dengan luas sekitar 7.356 ha, Jawa Timur 2.186 ha, Jawa Tengah 1.259 ha, Lampung 1.105 ha, dan Sumatera Selatan 197 ha.
“Penggerek batang dengan lima provinsi ada di Jawa Barat dengan total serangan 8.393 ha, Jawa Tengah 6.131 ha, Sulawesi Tengah 4.798 ha, Lampung 4.600 ha, Sulawesi Selatan 3.260 ha. Serangan blas di Jawa Barat seluas 4.182 ha, Lampung 2.188 ha, Jawa Tengah 2.312 ha, Sumatera Utara 2.112, Jawa Timur 1.761 ha, Sumatera Selatan 1.232 ha,” beber alumnus S1 Faperta Universitas Sebelas Maret, Solo dan S2 Bisnis dan Administrasi Teknologi ITB tersebut. (Lihat Tabel)
Kemarau Basah dan OPT
Lebih jauh, Takdir mengingatkan, WBC termasuk yang penting diwaspadai karena cuaca lembapsangat cocok bagi perkembangan populasi serangga bernama ilmiah Nilaparvata lugens ini. Antisipasi perlu dilakukan petani, yaitu budidaya tanam sehat, artinya memilih varietas yang tahan terhadap OPT. Lalu, pengolahan lahan sempurna agar siklus OPT tidak berlanjut.
“Bimbingan teknis dilakukan oleh Petugas Pengendali Organisme Tumbuhan (POPT) daerah dalam antisipasi perubahan iklim. Pemberdayaan Petani dalam Pemasyarakatan Pengendalian Hama Terpadu (P4) dengan kegiatan menghasilkan agen hayati dan pestisida nabati. Pendekatan preventif tersebut mengedukasi petani dengan menggunakan agen hayati, pestisida nabati lebih ramah lingkungan. Lalu menyiapkan Brigade di kabupaten dan kecamatan dan lainnya,” jelasnya.
Di lapangan, padi tengah dalam fase pertumbuhan vegetatif. Parwanto, petani padi di Desa Terusan Makmur, Kec. Bataguh, Kapuas, Kalteng, menyadari kemarau basah sangat berpengaruh terhadap berkembangnya OPT.
Petani, kata dia, harus lebih sering melakukan pengecekan tanaman padi agar serangan dapat dikendalikan dengan cepat. “OPT meningkat pada musim sekarang ini sehingga dipersiapkan insektisida dan fungisida yang tepat. Plus penerapan budidaya sehat dengan pemupukan berimbang akan terhindari dari serangan OPT. Musim tanam saat ini OPT sering muncul hama putih palsu(Cnaphalocrocis medinalis),” jelasnya.
Sementara itu Muhammad Nawab Al Hasan, Staf Riset dan Pengembangan produk pestisida PT Petrokimia Kayaku mengungkap, musim tanam kali ini OPT yang muncul di lapangan adalah WBC. Musim kemarau disertai hujan menciptakan lingkungan lembap yang menjadikan wereng berproduksi tinggi.
“Amati untuk monitoring populasi wereng. Kalau populasi sudah diambang batas ekonomi,mau tidak mau harus dikendalikan. Setelah tanaman sudah sehat, tetap amati agar tidak kecolongan. Monitor sampai dengan fase generatif. Produk Kayaku cukup banyak untuk mengendalikan populasi wereng,” sarannya.
Nawab menambahkan, serangan WBC sudah ada wilayah di Jawa Timur, seperti Ngawi, Madiun, Jombang, Kediri, Lamongan. Kalau dikendalikan secara efektiftanamanbisa terselamatkan dan panen optimal. Jika tidak terkendali, petani akan kehilangan hasil mulai dari 30%hingga tidak panen sama sekali.
“Di Jawa Tengah titik serangan ada di Cilacap, Kebumen, Sragen. Titik serangan WBC ada di bagian selatanJawa. Sedangkan, luas lahan yang terserang belum mengkalkulasi,yang jelas ada spot-spot atau kurang lebih rata-rata 0,2 hasetiap spot,” urainya.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 325 terbit Juli 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.