Foto: Windi Listianingsih
Antarjo Dikin, stok gula pasir aman hingga tahun baru 2022
“Tahun 2021 sampai Desember, masih surplus stok GKP sebanyak 990.191 ton,” ucap Antarjo DIkin.
Antarjo Dikin, Seskretaris Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian menjelaskan, stok dan harga minyak goreng dan gula pada puasa dan lebaran 2021 cenderung stabil. Pasokan kedua bahan pokok itu juga aman terkendali hingga akhir tahun.
Minyak Goreng
Menurut Antarjo, harga rerata minyak goreng curah nasional pada periode 5 April-11 Mei 2021 sebesar Rp14 ribu/l atau 21,42% di atas harge eceran tertinggi (HET). HET minyak goreng sebesar Rp11 ribu/l. Harga minyak goreng tertinggi ada di Provinsi Gorontalo sebesar Rp16.500/l dan terendah di Kalimantan Barat Rp13.300/l. “Ini minyak goreng curah kualitas bagus,” jelasnya di Jakarta, Senin (17/5).
Menilik perkembangan harga minyak goreng curah year on year (yoy)periode Mei 2020 hingga Mei 2021, ada kenaikan 14,49% atau Rp2.050/l. Pada periode ini harga minyak goreng curah terendah sebesar Rp11.850/l, yaitu di Juni 2020, sedangkan harga tertinggi Rp14.150/l di Mei 2021. Kenaikan harga minyak goreng ini dipicu kenaikan harga bahan baku minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO).
Antarjo menguraikan, kebutuhan minyak goreng nasional tahun ini mencapai 5,56 juta ton. Rinciannya yaitu, konsumsi pangan 9,13 ton/kapita sebesar 2,49 juta ton dan kebutuhan industri sebanyak 3,07 juta ton minyak goreng. “Hingga akhir Mei ini perkiraan ada surplus minyak goreng sebanyak 554.900 ton,” terangnya. Sementara, ia menambahkan, prediksi ketersediaan minyak goreng tahun ini mencapai 5,60 juta ton. Dikurangi kebutuhan nasional sebesar 5,56 juta ton maka stok neraca domestik 2021 sekitar 42,59 ribu ton.
Bisnis Bertumbuh
Sahat M. Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) menuturkan, pertumbuhan bisnis minyak goreng di 2021 jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu saat pandemi mulai berlangsung. “Periode Januari-Juni 2021 (pertumbuhan minyak goreng) 5,2% lebih tinggi dibandingkan capaian paruh pertama 2020. Tahun 2020 Jan-Juni mencapai 3.528.000 ton. Tahun 2021 sampai Juni, ekspetasi kita 3.714.000 ton,” ulasnya, Kamis (27/5).
Secara keseluruhan, Sahat memperkirakan, pasar minyak goreng nasional tahun ini akan tumbuh 4,7% daripada tahun lalu. Ia menjabarkan, permintaan minyak sawit untuk pangan lokal, termasuk minyak goreng, margarin, dan shortening pada 2020 sebesar 6,467 juta ton. Sementara, tahun ini diprediksi permintaannya akan menjadi 6,768 juta ton.
Mengulas harga, Sahat menjelaskan, harga minyak goreng tahun ini ada kenaikan sedikit, 5,4% ketimbang tahun lalu. Tetapi, ia meyakinkan, harga minyak goreng cenderung stabil karena pasar CPO untuk domestik tidak terkena levy (pungutan ekspor) dan adanya insentif Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 191/2020. “Pasar domestiknya tidak kena levy. Jangan dijual (CPO) ke luar, jual di dalam negeri. Eksporlah produk yang pajak ekspornya rendah. Apa itu? produk hilir yang lebih rendah pajak ekspornya dibanding pajak ekspor CPO,” tandasnya.
Selain itu, Sahat mengimbau pemerintah agar konsisten menerapkan aturan minyak goreng yang diperdagangkan per Januari 2022 adalah minyak goreng berkemasan dan berlabel. Karena, minyak goreng bermerk akan mudah ditelusur kepemilikan dan terjamin mutunya, seperti keamanan pangan dan kehalalan. “Pemerintah sudah beberapa kali mundur. Kami dari GIMNI mengajukan pemerintah supaya segera, tegas, karena sudah mundur lima kali jadi jangan lagi mundur,” tegasnya.
Gula Pasir
Terkait gula pasir, Antarjo mengungkap, harga rata-rata gula pasir lokal nasional selama 5 April-11 Mei 2021 sebesar Rp13.350/kg. Harga tersebut 6,37% di atas HET gula yang ditetapkan Rp12.500/kg. Harga gula pasir terendah sebesar Rp13.350/kg pada 5 April-3 Mei 2021. Sementara, harga gula pasir tertinggi pada 4-10 Mei 2021 senilai Rp13.400/kg dan selanjutnya harga kembali turun.
Perkembangan harga gula pasir nasional yoy bergerak turun senilai Rp4.000/kg. Harga gula pasir pada Mei 2020 mencapai Rp17.400/kg lalu perlahan melandai di kisaran Rp13 ribuan/kg. Penurunan ini karena stok gula cukup dan gula yang telah digiling akan masuk ke pasar.
Ia mencatat, kebutuhan gula konsumsi nasional setiap bulan sekitar 229.478 ton. Ketersediaan gula per 16 Mei 2021 mencapai 717.447 ton. Stok ini tersebar di pabrik gula sebanyak 226.967 ton (32%), pedagang 151.594 ton (21%), petani 10.143 ton (2%), serta lainnya seperti pasar dan rumah tangga sekitar 328.743 ton (46%). Ketersediaan gula tersebut, lanjutnya, akan mencukupi kebutuhan konsumsi selama 3 bulan.
Aris Toharisman, Direktur PTPN X membenarkan kestabilan harga gula dari sisi produsen. “Jadi, harga gula ini relatif stabil. Kemarin kita mau menghadapi lebaran di Jawa Timur saja, stok gula cukup untuk 5 bulan ke depan. Oleh karena itu, harga gula relatif stabil di angka Rp10.600/kg. Tahun lalu ketika jelang lebaran, harga gula naik sampai hampir Rp14 ribu/kg. Itu karena dulu stoknya kurang, terlambat,” ucapnya, Senin (24/5).
Antarjo menambahkan, prediksi produksi gula kristal putih (GKP) pada Juni 2021 sebanyak 341.033 ton, Juli 404.327 ton, dan Agustus 552.601 ton. Sehingga, “Bulan Juni dipastikan tidak ada impor lagi (gula mentah untuk produksi GKP),” tegas Doktor lulusan Universitas Putera Malaysia itu.
Puncak produksi gula ada di Agustus. Lalu, produksi GKP mulai turun di September hingga Desember. Produksi GKP pada September diperkirakan sebanyak 417.660 ton, Oktober 259.971 ton, dan November 125.869 ton. Kendati demikian, pemerintah menjamin ketersediaan gula sepanjang tahun 2021. “Tahun 2021 sampai Desember, masih surplus stok GKP sebanyak 990.191 ton. Tahun baru ini (2022) kondisi tenang,” tandasnya.
Antarjo mengakui, terdapat beberapa wilayah defisit gula seperti Aceh, Sumatera Barat, dan Jambi. Namun, ia mengingatkan tidak perlu khawatir masalah sebaran gula. karena kebutuhan gula konsumsi di Pulau Sumatera akan terpenuhi dari Lampung sedangkan Papua disuplai dari Sulawesi.
Humas Ditjenbun