Foto: Windi Listianingsih
Kebutuhan benih lele meningkat saat pandemi
Pembudidaya harus memperhatikan penggunaan induk unggul, manajemen pakan, dan manajemen air untuk menghasilkan benih berkualitas.
Kebutuhan benih lele saat pandemi, ungkap Adriansyah, pemilik Alif Amandari Agro di Bogor, Jabar meningkat hampir 3 kali lipat.
“Covid naik 3 kali lipat, bisa sampai 1-1,2 juta ekor/bulan,” ujarnya yang biasa memproduksi 500-800 ribu ekor benih lele per bulan. Peningkatan ini seiring program ketahanan pangan berbasis kangkung dan lele.
Menurut Adri, usaha pembenihan lele sangat berpeluang dikembangkan. Kebutuhan lele konsumsi di Jabodetabek sebelum pandemi Covid-19 saja sebanyak 260 ton/hari. Jika dikonversi ke benih, artinya membutuhkan 2,6 juta ekor benih si kumis tiap hari dan kebutuhan ini belum bisa dipenuhi.
Permintaan Tinggi
Adri menuturkan, permintaan benih lele semakin besar saat pergantian musim. Dalam kondisi panas terik di siang hari dan hujan di sore hari, banyak gagal panen benih karena telur membusuk atau larva mati.
Ini umum terjadi sebab pembudidaya belum tahu teknik manajemen air yang tepat. “Permintaannya banyak banget. Apalagi di segmen pembesaran, (benih) ukuran 7-8 cm agak jarang,” timpalnya.
Akibatnya, harga benih lele agak meninggi. “Benih 5-6 cm standarnya 150/ekor, musim sekarang Rp180/ekor, benih 7-8 cm harga dasarnya Rp240–Rp250/ekor, sekarang Rp280–Rp300/ekor,” ucap produsen benih lele bersertifikat CPIB (Cara Pembenihan Ikan yang Baik) itu saat ditemui AGRINA, Rabu (21/4).
Kenaikan harga benih diamini Andik Kurniawan. “Bulan ini permintaan benih tinggi tapijuga nggak banyakstoknya.Harga benih agak naik sedikit, ukuran 5-7 cm Rp130–Rp150/ekor di Jawa Timur, Jawa Baratlebih mahal sedikit. Normalnya Rp120/ekoruntuk lokal Jatim,” ulasnya, Rabu (14/4).
Technical Support Area Indonesia Timur PT De Heus Indonesiaitu menilai, bisnis pembenihan lele masih prospek.
Apalagi, permintaan lele tidak terlalu terpengaruh pandemi. Hariyono, pembenih lele di Kediri, Jatim menambahkan, mendekati lebaran harga benih semakin murah, Rp85–Rp95/ekor ukuran up 5 atau 7 cm/ekor. “Setelah lebaran jarak 2 minggu atau 1 bulan,hargabenihnaik. Rata-rata bisa Rp140/ekor tertinggi,” imbuh Hari.
Sementara, kata Sufendi Winarto, pembenih lele di Lampung Tengah,Lampung harga benih di wilayahnya stabil,Rp100/ekor ukuran 5-7 cm.Ia cukup terdampak pandemi Covid-19. Sebelumnya pria yang disapa Fendi ini menjual sejuta ekor benih lele/bulan,sekarang tinggal 500 ribu/bulan.
Varietas Unggul
Untuk menghasilkan benih lele, para pembenih memiliki cara berbeda-beda. Secara garis besar, mereka menekankan pentingnya penggunaan induk unggul, manajemen pakan, dan manajemen air.
Menurut Adri, pembudidaya harus membeli calon induk ke balai penyedia induk. “Kalau mau mijahin serius, harus beli indukan yang benar-benar murni, dari balai (perikanan). Genetik bagus dari hasil penelitian, seperti Sangkuriang, Mutiara. Faktor genetik menentukan kualitas benih,” urai pengguna induk Sangkuriang dan Mutiara ini.
Fendi memilih strain Sangkuriang, Mutiara, dan Masamo. Calon indukyang dipasok berusia 4-5 bulan dan dipelihara 3 bulan lagi baru matang dan siap dipijahkan.Sedangkan, Hari mengandalkan strain Mutiara sebagai indukan. Jumlah induknya 36 ekor.
Bambang Iswanto, peneliti lele Mutiara di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, Jabar menjelaskan, lele Mutiara yang dirilis pada 2015 punya keunggulan cukup lengkap.
Yaitu, pertumbuhan yang cepat, pakan efisien, dan tahan terhadap stres dan penyakit, khususnya serangan Aeromonas hydrophila. Pertumbuhan lele Mutiara lebih cepat 20%-25% daripada lele Burma. Nilai konversi pakannya (FCR) 8,8 sedangkan lele Burma 1,1.
“Keseragaman ukuran,sedikit lebih bagusdibandingkan lelelain. Misal benih, di lapanganlele lain agak banyak perbedaan ukurannya, lele Mutiara nggak terlalu banyak,” imbuh Bambang.
Selepas perjalanan jauh, lele Mutiara mau langsung makan. Ini menandakan lele tahan stres. “Toleransi lingkungan lebih tahan,misal suhu. Di Sukamandi pendederan di luar dalam kondisi suhu terendah bisa 23-24˚C, suhu tertinggi33-34˚C, lele Mutiara nggak masalah,” urainya.
Sejak 2017, ungkapnya, balai melakukan perbaikan seleksi famili. “Sekarang masih dalam tahap evaluasi dari 3 kali seleksi famili. Kesiapannya sudah 50%. Bisa minimal seleksi 1 tahun lagi untuk penyiapan pengujian-pengujian,”katanya.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 323 terbit Mei 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.