Jumat, 2 April 2021

Komitmen CropLife Indonesia Mendukung Food Estate

Komitmen CropLife Indonesia Mendukung Food Estate

Foto: Dok. Croplife
Program Food Estate perlu ditunjang teknologi terkini supaya produksi pangan nasional meningkat

Permintaan pangan meningkat lebih cepat dibandingkan ketersediaan lahan pertanian. Perlu sentuhan teknologi agar pertanian Indonesia tetap berkelanjutan.
 
Pemerintah mencanangkan program Food Estate sebagai penopang baru ketahanan pangan nasional. Beberapa wilayah di Indonesia seperti di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara sedang dikerjakan sebagai wilayah lumbung pangan baru. Kemudian kedepannya juga terencana di Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan, dan Papua.
 
Senior Advisor CropLife Indonesia, Midzon LI Johannis mengutarakan, sebagai asosiasi nirlaba yang bergerak di bidang teknologi pertanian dan pertanian berkelanjutan, CropLife Indonesia mendukung penuh pembangunan Food Estate. Selain kurangnya tenaga kerja, menurut Midzon, yang masih menjadi tantangan sektor pertanian Indonesia adalah ketersediaan lahan dan inovasi teknologi dalam berbudidaya.
 
Laju permintaan akan pangan meningkat lebih cepat ketimbang ketersediaan lahan. Karenaitu, “Inovasi berkelanjutan dan perlindungan tanaman sangat penting untuk meningkatkan hasil panen,” tandasnya di tengah-tengah Webinar “Food EstateDukung Ketahanan Pangan”yang diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan), Kamis (18/3).
 
 
Sentuhan Teknologi
 
Direktur Jenderal Prasaran dan Sarana Pertanian, Kementan, Sarwo Edhy, pada kesempatan yang sama berujar, food estate bertujuan untuk mendukung ketahanan pangan dan menurutnya lahan rawa merupakan masa depan pertanian Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, beber dia, terdapat sekitar 17 juga ha dari 34 juta ha lahan rawa yang bisa dimanfaarkan sebagai lahan pertanian produktif.
 
Lebih jauh, Sarwo menjabarkan, pemerintah berusaha meningkatkan produktivitas tanaman di lahan rawa, khususnya kawasan food estatemelalui sentuhan teknologi. Adanya adopsi teknologi pertanian untuk agroekosistem lahan rawa akan meningkatkan keberhasilan usaha tani, meningkatkan hasil, dan meminimalkan kasus gagal panen. Contohnya seperti penggunaan benih varietas unggul baru (VUB) dan bersertifikat sangat direkomendasikan.
 
“Produktivitas di lahan rawa food estate sebelumnya hanya 2-3 ton/ha. Dengan bantuan teknologi bisa di atas 5 ton/ha,” sebut dia.
 
Midzon menimpali, pengembangan teknologi baru seperti perlindungan tanaman, bioteknologi, biologi, dan smart agriculutre sesuai kondisi Indonesia akan dibutuhkan. CropLife siap mendukung penyediaan teknologi dan menjamin ketersediaan sarana pertanian berupa produk perlindungan tanaman dan benih.
 
“Kami juga akan memberikan pendampingan kepada petani melalui learning center, ekspo pertanian, pelatihan agronomi, dan stewardship(pengawalan)juga membangun kemitraan dengan berbagai pihak,” paparnya.
 
Populasi manusia di dunia pada 2050 diperkirakan mencapai 9 miliar jiwa. Konsumsi pangan diperkirakan meningkat 23%. Namun di sisi lain, luas lahan pertanian hanya tumbuh 9%. Belum lagi risiko penurunan produktivitas 25%-40% akibat serangan hama dan penyakit. Tanpa adaptasi terhadap perubahan iklim, produktivitas tanaman akan berkurang 10%-27% pada 2050.
 
“Adopsi teknologi yang lebih baik, termasuk plant science, akan dapat membantu petani untuk mencegah terjadinya skenario terburuk seperti kekurangan pangan,” tandasnya.***

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain