Foto: Istimewa
Produksi padi sebelumnya hanya 2 ton/ha – 3 ton/ha, kini bisa mencapai 5 ton/ha GKG
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Megaproyek lumbung pangan ‘Food Estate’ diinisiasi Pemerintah dalam rangka pendukung ketahanan pangan nasional. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy menuturkan, lahan rawa dapat dimanfaatkan secara optimal menjadi lahan pertanian produktif.
Dari 34 juta ha lahan rawa, setidaknya terdapat 17 juta ha yang sangat potensial. Lahan tersebut, imbuhnya, akan dioptimalkan secara bertahap dengan tata kelola air demi meningkatkan Indeks Pertanaman (IP). Food estate merupakan upaya Kementan dalam meningkatkan produktivitas dengan dukungan teknologi dan benih padi unggul serta bersertifikat.
“Dahulu produksinya hanya 2 ton/ha – 3 ton/ha. Kini bisa mencapai 5 ton/ha – 6 ton/ha,” beber Sarwo Edhy di sela-sela diskusi yang digelar Kementerian Pertanian, Asosiasi Nirlaba CropLife Indonesia, dan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) secara daring, Kamis (18/3).
Optimalisasi lahan rawa di Kalimantan Tengah seluas 30 ribu ha pada 2021. Sebelumnya, pada 2019 pemerintah menggarap lahan rawa di lima provinsi di Indonesia. Yaitu Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Jambi, dan Lampung. Total seluas 366 ribu lahan rawa yang digunakan untuk budidaya pada di lima provinsi tersebut.
Kasubdit Optimasi dan Rehabilitasi Lahan, Ditjen PSP, Kementerian Pertanian, Foyya Yusufu Aquino menambahkan, penerapan teknologi di lahan food estate salah satu contohnya adalah pembuatan center of excellence di Kabupaten Kapuas 1.000 ha dan Kabupaten Pulang Pisau 1.000 ha.
Pemerintah melalui Ditjen PSP Kementan memberikan bantuan berupa alat olah tanam dan panen untuk memudahkan petani dalam berbudidaya. Dengan begitu, olah tanam dan panen lebih cepat sehingga mampu mengejar periode tanam berikutnya.
Sementara itu, Sahara, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi-FEM IPB University mengutarakan, konsep pengembangan food estate adalah mekanisasi dan modernisasi pertanian atau digitalisasi. Hal tersebut merupakan simpul penting yang mesti diperkuat baik secara on farm (di dalam lahan) maupun off farm (di luar lahan).
Ia menilai, penggunaan alat dan mesin pertanian pada saat pengolahan lahan akan meningkatkan produksi pertanian. Selanjutnya, untuk pengelolaan hasil, diperlukan penggilingan padi (Rice Milling Unit-RMU) yang menjadi titik sentral dalam agroindustri padi.
Dukungan CropLife Indonesia
Pada kesempatan yang sama, Midzon LI Johannis, Senior Advisor CropLife Indonesia menambahkan, CropLife Indonesia siap mendukung program pembangunan food estate melalui pertanian yang berkelanjutan (sustainability). “Dukungan CropLife Indonesia untuk pertanian Indonesia yakni melalui pengembangan teknologi baru dalam perlindungan tanaman, secara biologi, bioteknologi, digital, serta smart agriculture,” paparnya.
Disamping itu, asosiasi nirlaba yang bergerak dalam pertanian berkelanjutan ini juga siap mendorong penyediaan teknologi dan menjamin ketersediaan sarana pertanian. Sebagai contoh, produk perlindungan tanaman dan benih, pendamping petani melalui learning center, ekspo pertanian, pelatihan agronomi dan program stewardship.
Menurut Midzon, konsumsi pangan diperkirakan meningkat 23% namun tanpa diikuti pertumbuhan luas lahan pertanian. “Lahan pertanian hanya tumbuh 9%. Maka itu, penyediaan teknologi dan jaminan ketersediaan sarana pertanian seperti produk perlindungan tanaman dan benih sangat diperlukan,” tandasnya.
Try Surya A