Foto: TSA
Total 150 ton jagung rendah aflatoksin yang akan diserap industri
Lampung (AGRINA-ONLINE.COM). PT Tereos FKS Indonesia melakukan penyerapan jagung rendah aflatoksin (JRA) perdana sebanyak 30 ton. Jagung “berspesifikasi dewa” ini diperoleh dari Kelompok Tani Maju Desa Margacatur Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan.
Tereos FKS yang merupakan anggota Perkumpulan Produsen Pemurni Jagung Indonesia (P3JI), total berencana menyerap 150 ton jagung rendah aflatoksin. Sebelumnya, pada akhir 2020, P3JI telah melakukan penandatangan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding - MoU) bersama pengembangan JRA di Indonesia berikut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.
Sebagai informasi, Jagung Rendah Aflatoxin merupakan jagung yang digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan berbagai produk pangan yang aman untuk di konsumsi manusia. Salah satu produk yang sudah umum dan bayak dikonsumsi di Indonesia adalah sweetener atau gula jagung. Kebutuhan jagung rendah aflatoksin ini sangat penting, mengingat bahan makanan yang mengandung kadar aflatoksin di atas ambang batas yang diperbolehkan akan berbahaya bagi kesehatan. Standar kadar aflatoksin yang dipersyaratkan adalah di bawah 20 ppb (per part billion).
Solihun, Ketua Kelompok Tani Maju menuturkan, sebagai petani, kelompoknya sangat ingin produk jagung yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Untuk itu, kelompoknya bertekad untuk memproduksi JRA agar mempunyai manfaat lebih bagi konsumen. Total seluas 25 ha lahan yang digunakan untuk menanam jagung.
Dalam memproduksi jagung super ini, Solihin melakukan beberapa tahapan kegiatan. Pertama, melakukan panen setelah jagung berumur 10 hari lebih tua dari umur panen ideal. Kedua, melakukan pengeringan dengan jarak 4 jam sejak panen untuk jagung yang dipanen dengan corn combine dan 10 jam bagi jagung yang dipanen dalam bentuk tongkol. Ketiga, semua prinsip tahapan penangan senantiasa menggunakan prinsip keamanan pangan. Untuk alat dan bahan yang digunakan juga menggunakan alat bahan yang bersih dan aman.
Wisman Djaja, Presiden Direktur PT. Tereos FKS Indonesia mengutarakan, pihaknya siap membeli jagung JRA dengan harga lebih baik dari harga yang ditawarkan pabrik pakan saat ini. Dengan adanya kerja sama dengan petani Lampung Selatan, imbuh Wisman, perusahaannya memiliki opsi pembelian bahan baku yang selama ini baru didapatkan dari petani di Lombok Timur. Sebelumnya, Dean Novel, petani dan pengusaha jagung di Lombok Timur, telah mampu menghasilkan JRA dalam skala usaha cukup besar.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mengapresiasi Kelompok Tani Maju yang telah berhasil memproduksi jagung dengan prinsip-prinsip penanganan panen dan pasca panen yang baik sehingga produknya mampu diterima oleh industri jagung untuk kebutuhan pangan.
“Pemerintah senantiasa mendukung upaya pemenuhan kebutuhan industri dalam negeri dari bahan baku yang ada di dalam negeri sendiri, sehingga kemandirian produksi pangan bisa cepat terwujud,” timpalnya.
Gatut Sombogodjati, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan berharap, citra Lampung sebagai provinsi produsen jagung dengan kualitas rendah bisa mulai terhapus dengan adanya program JRA yang mengedepankan mutu jagung.
Suwandi meyakini, kunci dari produksi jagung JRA adalah proses panen dan pascapanen. Terkait dukungan alat, Kementan telah memberikan bantuan alat panen Corn Combine Harvester dan mesin pengering jagung vertical (dryer).
Try Surya A