Selasa, 2 Maret 2021

HORTIKULTURA : Manfaat Ciamik dari Tanaman Cantik

HORTIKULTURA : Manfaat Ciamik dari Tanaman Cantik

Foto: Dok. Tunas Agro Persada
Varietas Mada, lima hari lebih genjah dibandingkan kacang anjang biasa

Tak hanya cantik menghiasi pekarangan rumah, konsumsi tanaman-tanaman ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh kita.


Pandemi Corona yang memaksa masyarakat lebih banyak di rumah ternyata juga bikin omzet para pebisnis tanaman hias, sayuran hidroponik, dan sarana berkebun “terbang”.
 
Banyak anggota masyarakat yang kemudian melakukan kegiatan positif dengan bertanam di pekarangan dan pot.
 
Mereka sering berbagi foto tentang perkembangan tanaman kebanggaan mereka melalui berbagai media sosial.

Selain tanaman hias yang cantik, para pecinta tanaman juga dapat memanfaatkan lahan pekarangan mereka untuk membudidayakan sayuran berwarna-warni di pekarangan.
 
Tak cuma menyegarkan pandangan mata, sayuran tersebut bermanfaat ganda, yaitu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta mendongkrak kekebalan tubuh.
 
Sungguh tepat ditanam ketika kita tengah menghadapi ancaman serangan virus Corona seperti saat ini.


Perbaiki Pola Konsumsi

Dalam webinar yang digelar Ekasari Foundation akhir tahun silam, Prof. Dr. Muhamad Syukur, SP, M.Si. memaparkan ketahanan pangan nasional sampai ke level keluarga. Menurut Guru Besar Faperta IPB University ini, dalam masa pandemi Covid-19 kita harus mendiversifikasi konsumsi pangan.

“Ketergantungan kita terhadap beras sangat tinggi, sedangkan konsumsi protein masih rendah. Demikian pula konsumsi sayuran dan buah masih jauh di bawah rekomendasi FAO, baru 43% (106 g/hari). Padahal rekomendasinya 400 g/hari,” urai pengajar genetika dan pemuliaan tanaman ini.

Karena itu, anjuran Kementerian Kesehatan untuk memperbanyak konsumsi sayuran dan buah dalam masa pandemi sangat relevan. “Sayuran kaya akan mineral. Buah kaya vitamin. Sayuran dan buah kaya antioksidan dan serat sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh,” ujar alumnus Faperta IPB angkatan 27 tersebut.


Manfaat Sayuran Warna-Warni

Selain mengajar, Syukur yang menyelesaikan pendidikan S2, S3, hingga menyandang gelar profesor dari almamaternya ini juga melakukan banyak penelitian sayuran seperti cabai, tomat, kacang panjang, okra, terong, dan jagung manis.
 
Cakupan penelitiannya adalah semua aspek produksi dan pemanfaatan, keragaman genetik, analisis genetika, pemuliaan, dan perakitan kultivar.

Pemulia sayuran buah yang aktif di media sosial itu beserta tim IPB mulai merakit sayuran warna-warni sejak 2016.
 
“Sayuran berwarna tertentu mengandung gizi tertentu pula. Sebagai contoh, warna ungu mengandung antosianin tinggi yang berpotensi mempunyai antioksidan tinggi.
 
Karena fungsi sayuran adalah sumber vitamin, mineral, dan serat, serta bukan sumber utama protein dan karbohidrat, maka merakit sayuran warna-warni akan mendukung tujuan tersebut.
 
Jadi, kami merakit varietas sayuran warna-warni untuk tujuan sayuran bagi peningkatan kesehatan,” papar Kepala Divisi Pemuliaan Tanaman di Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB ini melalui pesan instan.

Lebih jauh dalam paparannya, Syukur menerangkan, sayuran dan buah berwarna oranye semisal dalam wortel, tomat, jeruk juga mangga mengandung karotenoid.
 
Manfaatnya untuk kesehatan mata, kuku, kulit, pembuluh darah, dan meningkatkan kekebalan. Buah warna merah seperti stroberi, tomat, juga ceri kaya akan likopen yang berkhasiat sebagai antioksidan dan menurunkan risiko kanker, khususnya pankreas dan prostat.

Sementara klorofil atau pigmen hijau yang banyak terkandung dalam sayuran daun dan buah alpukat berguna untuk antioksidan, antiperadangan, antibakteri, antiparasit, antikanker, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
 
Sedangkan sayuran dan buah berwarna ungu berlimpah antosianin yang berguna untuk mengatasi kesulitan melihat pada malam hari, antikanker, mengelola kadar gula darah, menurunkan tekanan darah, mencegah penyakit jantung koroner, dan menyerap vitamin C.
 
Salah satu contoh perbandingan kandungan antosianin terlihat dalam buah okra hijau dan ungu (Tabel 1).


Cabai Hias hingga Kacang Panjang

Sejauh ini Syukur dan tim sudah meluncurkan varietas kacang panjang ungu (Fagiola IPB), okra ungu (Zahira IPB), kecipir lurik (Melody IPB), dan cabai ungu (Lembayung IPB) ke pasar.
 
Di samping cabai ungu, mereka juga menghasilkan cabai hias yang buahnya berwarna-warni, dari kuning, oranye, hingga oranye kemerahan dalam satu tanaman.
 
Buah muda berwarna kuning beranjak ke oranye lalu berubah jadi oranye kemerahan atau merah saat masak. Contoh varietasnya Ayesha IPB, Namira IPB, dan Syakira IPB.

Kehadiran cabai-cabai hias itu dapat menciptakan pemandangan yang semarak di pekarangan. Apalagi tanamannya cukup pendek, bisa dibudidayakan di pot atau pun langsung di tanah. Mulai berbunganya bervariasi, 13-20 hari setelah tanam. Buahnya siap dipanen saat berumur 65-70 hari.
 
Tentu saja buah cabai hias tidak hanya cantik tetapi juga tetap pedas rasanya sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Dalam kondisi harga cabai yang amat “pedas” akhir-akhir ini, kehadirannya di pekarangan memperkuat ketahanan pangan sekaligus ketahanan “kantong” keluarga.

Benih sayuran yang cantik tersebut dipasarkan melalui lapak digital seperti tokopedia, lazada, bukalapak, dan shopee. Selain itu ada juga di toko Benih Dramaga di Bogor, Jawa Barat yang merupakan binaan IPB.

Tahun ini, pria kelahiran Srikembang, Banyuasin, 2 Januari 1972 tersebut mulai melakukan penelitian cabai antialfaglikosidase. Enzim alfagikosidase berperan dalam pemecahan karbohidrat menjadi glukosa pada saluran pencernaan sehingga dapat meningkatkan kadar gula darah. Ini akan jadi varietas cabai fungsional.

Selain IPB, perusahaan benih swasta juga menjual sayuran berwarna. PT Tunas Agro Persada, perusahaan benih hortikultura di Demak, Jawa Tengah, menawarkan terong ungu Anila dan yang terbaru kacang panjang ungu, varietas Mada.

“Kacang panjang ungu ini cocok untuk urban farming (pertanian perkotaan). Umurnya lebih genjah lima hari ketimbang yang hijau. Rasanya agak manis jika dipanen umur 45 – 50 hari.
 
Varietas ini bersari bebas, jadi ibu-ibu bisa menanam bijinya lagi sebagai benih. Tapi kalau untuk benih, harus dipanen umur 65-70 hari,” ungkap Dwi Kartika M. Ghazalie, sang pemulia Mada, kepada AGRINA.

Varietas yang cocok dikembangkan di dataran menengah hingga tinggi (450-650 m dpl) ini menghasilkan 16-19 polong/tanaman. Dengan populasi 35 ribu–36 ribu/ha, produktivitasnya bisa mencapai 20–22 ton/ha. Kebutuhan benihnya 9,4-10 kg/ha.
 
Namun, karena membidik pasar urban farming, menurut Dwi, Tunas Agro bakal menjual benihnya melalui lapak digital dengan kemasan ekonomis berisi 50-100 biji.

“Untuk tanaman pekarangan, Mada cukup mudah dirawat. Kalau mau tanam di pot, media tanamnya biasa saja.  Dalam satu pot ditanam dua benih. Kebutuhan cahaya matahari terutama pagi jam 7-12 sudah cukup. Polongnya saat dimasak akan luntur sedikit, tapi manfaat antosianinnya masih ada,” tutup alumnus Faperta Universitas Brawijaya Malang, Jatim, ini.

Siapa tertarik menikmati keindahan warna dan memanen manfaat ciamiknya bagi tubuh?



Peni Sari Palupi

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain